BAB 1 PENDAHULUAN. belum ada lembaga resmi yang memiliki angka prevalensi individu autistik di

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN PENERIMAAN IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang supportif dan kondusif termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Keadaan akan mejadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

EFEKTIFITAS PELATIHAN INCREDIBLE MOM TERHADAP PENINGKATAN SIKAP PENERIMAAN ORANGTUA DENGAN KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak yang terlahir sempurna merupakan dambaan setiap orangtua yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme. Dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. kurangnya adaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

1) Kehidupan awal perkawinan subjek. a. Sudah berapa lama Ibu menikah? b. Bagaimana kehidupan Ibu di awal pernikahan?

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR STRES PADA ORANGTUA ANAK AUTIS

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

KONSEP PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam status pernikahannya. Ada yang sudah menikah, ada juga yang belum

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum jumlah penyandang autis terus meningkat, namun belum ada lembaga resmi yang memiliki angka prevalensi individu autistik di Indonesia sesuai fakta lapangan dikarenakan alasan biaya, tenaga kerja, dan keengganan orang tua mengakui bahwa putra-putrinya menyandang autisme. (http://nasional.kompas.com/read/2008/06/08/1739470/ boom. autisme.terus.meningkat). Autisme berbeda dengan penyakit. Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan otak pada anak dan mempengaruhi hubungan sosial, komunikasi, minat, dan perilaku anak. Karakteristik autisme dapat ditunjukkan dari perbedaan perilaku dalam jenis kelamin, usia, prevalensi (seberapa sering perilaku muncul), onset (kapan perilaku muncul), dan tingkat keparahan (http://www.mcf.gov.bc.ca/autism/pdf/autism_handbook _web.pdf ) Keengganan orang tua mengakui bahwa anaknya menyandang autisme disebabkan oleh rasa frustasi orang tua mengingat anak mereka tidak mungkin memiliki masa kecil yang riang. Orang tua hanya akan melihat keputus-asaan, ketergantungan, dan isolasi sosial dengan adanya perbedaan yang terjadi pada perkembangan anaknya dengan anak normal lainnya (Seligman & Darling dalam Altiere & Kluge, 2009). Disamping itu, orang tua juga harus menghadapi beberapa masalah dengan anak autistik, seperti mempersiapkan mental untuk dapat menerima kenyataan bahwa

2 putra atau putri mereka menyandang autisme dan mengukur kemampuan keluarga dari segi waktu, tenaga, dan biaya dalam menjalankan program penanganan autisme. (Pamoedji,2010) Orang tua cenderung menyalahkan diri mereka karena memiliki anak autistik diakibatkan oleh perilaku mereka. Hal ini terutama dirasakan oleh ibu. Rasa bersalah pada ibu muncul karena ia merasa sebagai penyebab anak menjadi penyandang autis. Selain itu, ibu juga menganggap dirinya sebagai bagian yang paling bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang menyandang autisme (Gray dalam Meadan, Halle, & Ebata, 2010). Rasa bersalah tersebut menyebabkan frustasi (Gray, dalam Altiere & Kluge, 2009). Menurut Hasting dan Hering (dalam Meadan, Halle, & Ebata, 2010), meskipun beberapa penelitian tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam peran yang dimiliki ibu dan ayah, tetapi sebagian besar melaporkan bahwa stres, depresi, dan kecemasan lebih sering dihadapi oleh ibu daripada ayah. Kondisi stres, depresi, dan cemas yang dialami oleh ibu dapat menyebabkan ibu tidak dapat mengasuh anaknya dengan baik. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya dukungan sosial. Ibu yang merasa menerima tingkat dukungan lebih tinggi, terutama dari pasangannya dan saudaranya, melaporkan rendahnya tingkat depresi yang berhubungan dengan gejala somatik dan masalah dalam pernikahannya (Dunn, Burbine, Bowers, & Tantleff-Dunn, 2001). Dukungan sosial dapat bersifat formal dan informal. Dukungan formal didefinisikan sebagai bantuan yang bersifat sosial, psikologis, finansial, dan disediakan baik secara gratis atau imbalan untuk biaya lembaga. Sementara

3 dukungan informal adalah jaringan yang mencakup keluarga dekat, teman, tetangga, dan orang lain yang membentuk kelompok dengan keluhan yang sama (Schopler & Mesibov dalam Plumb, 2008). Sifat dukungan yang lebih banyak diterima ibu adalah dalam bentuk informal. Karena menurut Herman dan Thompson (dalam Plumb, 2011), dukungan informal lebih banyak memberi dukungan pada saat dukungan formal seperti perkumpulan orang tua, kelompok sosial, dan day care tidak tersedia. Sedikit atau banyaknya dukungan sosial yang diterima akan tergantung dari persepsi ibu atas dukungan sosial tersebut. Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa stres (Zimet dalam Louw & Viviers, 2010). Persepsi atas adanya dukungan sosial tidak hanya membantu ibu mengatasi stres, tetapi juga dapat membantu penerimaan ibu terhadap anaknya yang menyandang autisme (Dunn, Burbine, Bowers, & Tantleff- Dunn, 2001). Menurut Porter (1954) penerimaan adalah, perasaan dan perilaku orang tua yang dapat menerima keberadaan anak tanpa syarat, menyadari bahwa anak juga memiliki hak untuk mengekspresikan perasaannya, dan kebutuhan anak untuk menjadi individu yang mandiri. Penelitian terhadap tiga pasang orang tua anak autistik menemukan bahwa penerimaan orangtua terhadap anak autistik dipengaruhi oleh faktor dukungan dari keluarga besar, masyarakat umum, para ahli, tingkat pendidikan, kemampuan keuangan, dan lain-lain. Ginanjar (2008) mengatakan, penerimaan yang tulus dari orang tua adalah terapi yang sangat luar biasa bagi anak-anak dengan kebutuhan

4 khusus. Apabila ibu sudah dapat menerima anaknya maka proses pembelajaran dan perkembangan anak akan lebih cepat (Meadan, Halle, & Ebata, 2010). Melihat pentingnya dukungan sosial yang dipersepsikan dan penerimaan ibu terhadap anak autistik, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan ibu yang memiliki anak penyandang autis. 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi dukungan sosial dan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis - Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian tentang penerimaan diri dan dukungan sosial dalam perkembangan disiplin ilmu psikologi.

5 2. Manfaat praktis - Memberikan tambahan informasi kepada ibu akan pentingnya penerimaan terhadap anak autistik dan faktor-faktor yang terkait dengan pencapaian tahap penerimaan. - Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya persepsi dukungan sosial agar diharapkan dapat memberikan dukungan sosial kepada keluarga yang yang memiliki anak autistik.