KEADAAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB III TINJAUAN WILAYAH

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KONDISI W I L A Y A H

4.1. Letak dan Luas Wilayah

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL SANITASI SAAT INI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

BAB 5 RTRW KABUPATEN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

L E M B A R A N D A E R A H

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

Keadaan Geografis. Data Pokok Pembangunan 2014 DATA POKOK PEMBANGUNAN KABUPATEN MURUNG RAYA 2013

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Transkripsi:

40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0 o 46 06 LU. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Murung Raya terdiri dari 5 wilayah kecamatan, meliputi 116 Desa dan 2 kelurahan. Secara terperinci kecamatan tersebut antara lain; Kecamatan murung seluas 730 Km 2, Kecamatan Laung Tuhup 3.111 Km 2, Kecamatan Tanah Siang 1.549 Km 2, Kecamatan Permata Intan 1.227 Km 2, dan Kecamatan Sumber Barito 17.083 Km 2. 4.1.2 Topografi Wilayah Kabupaten Murung Raya khususnya dan DAS Barito Hulu pada umumnya memiliki topografi yang beragam dengan ketinggian berkisar 100 1000 m dari permukaan laut (dpl). dengan sebaran sebagai berikut : a. Dataran rendah dengan ketinggian tempat 100 m dpl, menyebar di sebelah Selatan Kabupaten Murung Raya berkisar 23%. b. Dataran bergelombang dengan ketinggian tempat 100 500 m dpl, menyebar di Timur Kabupaten Murung Raya berkisar 5 %. c. Perbukitan dengan ketinggian tempat 500 1.000 m dpl, menyebar di sebelah Utara Kabupaten Murung Raya terutama terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Sumber Barito berkisar 72% dikelilingi oleh pegunungan Muller/Schwaner. d. Kemiringan 0 3% menyebar di sebelah Selatan dan terkonsentrasi di tepi sungai Barito, kemiringan 3 15% tersebar di semua kecamatan dengan luasan mencapai 15% dari luas DAS Barito Hulu, kemiringan 15 30% tersebar di semua kecamatan dengan luasan mencapai 4%, kemiringan di atas30-45% sebagian besar di kecamatan Sumber Barito mencapai 6%, dan kemiringan > 45% terkonsentrasi di kecamatan Sumber Barito mencapai 75%. 4.1.3 Tanah dan Geologi Secara umum jenis tanah dominan yang terdapat di Kabupaten Murung Raya dan DAS Barito Hulu terdiri dari 3 jenis yaitu: Podsolik seluas 30%, Oksisol

41 (laterik) seluas 62%, dan Litosol seluas 8%. Jenis tanah podsolik sebagian besar menyebar di Kecamatan Laung Tuhup, Murung, Tanah Siang, Permata Intan, dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Sumber Barito. Oksisol sebagian besar ditemukan di Kecamatan Sumber Barito dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Tanah Siang. Sedangkan jenis litosol hanya terdapat di Kecamatan Sumber Barito mencapai 58%. Peta satuan tanah DAS Barito Hulu disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7, bahwa jenis tanah di DAS Barito Hulu tersebar secara merata hampir ke seluruh sub DAS. Sebaran tanah tanah di DAS Barito Hulu merupakan assosiasi beberapa ordo yang didominasi ordo Ultisol, Inseptisol, dan Entisol. a. Nama jenis tanah Jenis tanah yang tergolong ordo Ultisol di DAS Barito Hulu terdiri atas; Podsolik Merah Kuning sekitar 681.195,18 ha (25%), Glei Humus Rendah sekitar 74.719,05 ha (3%), Hidromorf Kelabu sekitar 40.245,07 ha (1%), Podsolik Coklat Kemerahan sekitar 892.318,42 ha (33%), dan Podsolik Coklat Kelabu sekitar 3.554,64 ha (0,1%). Jenis tanah yang tergolong ordo Inseptisol terdiri atas; Podsolik Coklat sekitar 643.361,44 ha (24%), Latosol sekitar 342,26 ha (0,01%), Brown Forest Soil sekitar 3.022,24 ha (0,11%), Mediteran Merah Kuning sekitar 11.164,44 ha (0,4%), dan Podsolik Air Tanah sekitar 839,48 ha (0,03%). Jenis tanah yang tergolong ordo Entisol terdiri atas; Aluvial sekitar 323.662,54 ha (12%), Regosol sekitar 25.992,35 ha (1%), dan Aluvial kelabu sekitar 3.499,56 ha (0,1). Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1998) sebaran tanah di DAS Barito Hulu terdiri atas 3 ordo yaitu: Ordo Ultisol, Inseptisol, dan Entisol. Ordo Ultisol diklasifikasikan ke dalam sub ordo Udult, grup hapludult, sub grup Typic hapludult. Ordo Inseptisol diklasifikasikan ke dalam sub ordo Udept, grup Eutrudept dan Dystrudepts, dan sup grup Typic Eutrudepts, Aquic Eutrudepts, Lithic Eutrudepts, Humic Dystrudepts, dan Typic Dystrudepts. Jenis tanah Podsolik Coklat Kemerahan sekitar penyebarannya paling luas dan hampir merata di seluruh areal yaitu mencapai sekitar 892.318,42 ha (33%), selanjutnya diikuti Podsolik Merah Kuning sekitar 681.195,18 ha (25%), Podsolik Coklat sekitar 643.361,44 ha (24%), dan Aluvial sekitar 323.662,54 ha (12%).

42 Gambar 7 Peta satuan tanah DAS Barito Hulu 42

43 b. Kelas kelerengan Kelerengan lahan DAS Barito Hulu dikelaskan menjadi 4 (empat) kelas lereng. Pengkelasan ini bertujuan agar memudahkan dalam menentukan proporsi tutupan dan penggunaan lahan. Adapun 4 (empat) kelas lereng tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Kelas lereng datar sampai bergelombang (0 15%) luasnya mencapai sekitar 405.872,95 ha (15%), kelas lereng berbukit (15 30%) mencapai sekitar 98.847,17 ha (4%), kelas lereng agak curam (30 45%) mencapai sekitar 157.290,79 ha (6%), dan kelas lereng curam sampai sangat curam (> 45%) kelas lereng ini mencapai 2.040.398,95 ha (75%) dan merupakan areal yang paling luas di DAS Barito Hulu. 4.1.4 Iklim Kabupaten Murung Raya berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth Ferguson termasuk tipe B yaitu daerah beriklim basah bervegetasi hutan hujan tropis, secara geografis terletak di garis khatulistiwa dengan curah hujan antara 1.500 3.600 mm/tahun. Curah hujan rata-rata 2.961 mm/th, dengan kelembaban nisbi (RH) berkisar 85%. Suhu udara rata-rata pada siang hari 26 0 C dan suhu udara malam hari rata-rata 23 0 C. Rata-rata curah hujan tahun 1990 2003 disajikan pada. Tabel 2 Rata-rata curah hujan bulanan DAS Barito Hulu tahun 1990-2003 Tahun/Bln Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nop Des Total 1990 263 334 440 213 367 162 210 36 164 16 327 585 3117 1991 264 336 438 193 383 169 210 36 164 4 338 551 3086 1992 422 395 333 454 273 155 73 141 136 289 380 447 3498 1993 295 321 276 591 399 250 27 125 115 87 222 384 3092 1994 359 242 258 688 323 327 317 162 62 260 416 192 3606 1995 118 207 397 317 164 209 147 205 216 319 348 384 3031 1996 262 270 339 377 294 137 100 51 13 326 262 613 3044 1997 170 232 364 193 224 50 197 120 208 269 259 352 2638 1998 288 321 276 591 399 250 27 125 115 87 222 387 3088 1999 253 322 360 414 197 99 35 36 310 278 517 421 3242 2000 275 47 44 112 237 76 94 43 33 80 191 266 1498 2001 213 379 365 370 239 107 35 29 314 258 518 436 3263 2002 328 216 594 198 173 253 30 79 19 99 349 297 2635 2003 146 242 354 192 224 50 199 118 208 279 251 350 2613 4.1.5 Hidrologi Wilayah Kabupaten Murung Raya dilintasi oleh sungai Barito yang memiliki beberapa anak-sungai. Sungai Barito diperkirakan memiliki panjang 900 km,

44 sedangkan beberapa anak sungai antara lain; sungai Laung sepanjang 36 km, sungai Babuat sepanjang 29 km, sungai Joloi sepanjang 41 km, dan sungai Busang sepanjang 75 km. Masing-masing anak sungai memiliki kedalaman dasar antara 3 8 m dan lebar badan sungai 25 m. 4.1.6 Potensi Sumber Daya Alam Kabupaten Murung Raya memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang cukup besar, tetapi belum semuanya mendapatkan penanganan yang optimal. Potensi sumber daya alam yang mungkin dapat dikembangkan di Kabupaten Murung Raya antara lain: a. Potensi sumberdaya air, di mana Wilayah Kabupaten Murung Raya ini dilalui oleh sungai Barito dan anak-anak sungainya selalu mengalir air sepanjang tahun. b. Dari segi potensi sumberdaya alam lainnya adalah keberadaan beberapa potensi-potensi sumber-sumber bahan galian C (pasir, tanah, dan batu), tambang logam mulia yaitu emas dan nikel. c. Potensi panorama alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan daerah dari sektor Pariwisata adalah Panorama perbukitan yang indah dan terdapatnya gua sarang burung walet di Kecamatan Sumber Barito dan panorama pegunungan Muller/Schwaner yang indah, tetapi belum dikelola dengan baik. d. Potensi hortikultura, sebagai pensuplai sayur mayur dan buah-buahan ke Kabupaten di sekitar Provinsi Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Selatan. Berdasarkan kesesuaian dan jenis tanah berpotensi dikembangkan perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet, dan tanaman pangan. 4.2 Sosial Ekonomi 4.2.1 Administrasi Pemerintah Kabupaten Murung Raya secara administrasi pemerintahan terdiri dari 5 kecamatan 116 desa dan 2 kelurahan. Kecamatan Laung Tuhup terdiri dari 35 Desa, Tanah Siang 31 Desa, Sumber Barito 20 Desa, Permata Intan 18 Desa, Kecamatan Murung terdiri dari 12 Desa dan 2 kelurahan. Berdasarkan jumlah tersebut diklasifikasikan bahwa; Desa swadaya 9 desa (8%), desa swakarsa 61 desa (52%), desa swasembada 48 desa (41%).

45 4.2.2 Potensi Ekonomi a. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di wilayah Kabupaten Murung Raya sebagian besar adalah bergerak pada sektor pertanian, jasa, industri, sebagian penduduk juga berusaha di sektor perdagangan. Sebagian besar penduduk berusaha di sektor pertanian, maka sektor ini merupakan sektor yang sangat penting, baik tanaman pangan, perkebunan maupun kehutanan. b. Pendapatan Daerah Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa sektor usaha di wilayah Kapupaten Murung Raya didominasi oleh sektor pertanian, jasa, industri dan perdagangan. Oleh karena itu pendapatan daerah juga didominasi oleh sektor tersebut. 4.3 Arah Pengembangan Kabupaten Murung Raya Adapun arahan kebijakan RTRW Kabupaten Murung Raya untuk alokasi pemanfaatan ruang serta arahan bentuk masing-masing kawasan dapat diuraikan sebagai berikut : 4.3.1 Kawasan Lindung Untuk kawasan lindung ini secara umum dilakukan pemantapan kawasan lindung yang berfungsi baik untuk wilayah Kabupaten Murung Raya sendiri maupun untuk wilayah yang lebih luas. Sehubungan dengan itu maka kebijaksanaan yang terkait dengan kawasan lindung ini mencakup : a. Kawasan hutan yang telah ditetapkan perlu dipertahankan keberadaannya. Pada beberapa bagian kawasan hutan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembalikan fungsi hutan vegetasi yang sesuai itu dalam bentuk penanaman kembali atau reboisasi dan rehabilitasi. b. Disamping ini perlu diidentifikasi dan dilakukan penelitian lokasi secara pasti bagi kawasan-kawasan lainnya yang berfungsi lindung yang meliputi : b.1. Kawasan perlindungan setempat seperti sempadan sungai kawasan sekitar dan kawasan sekitar sumber air lain. b.2. Kawasan suaka alam dan cagar budaya

46 b.3. Kawasan rawan bencana alam c. Guna mendukung fungsi hidro-ekologis wilayah, maka keberadaan danau alam/buatan perlu dipertahankan. 4.3.2 Kawasan Pengembangan Pertanian. Untuk kawasan budidaya pertanian dilakukan peningkatan produktivitas. Sehubungan dengan itu maka kebijaksanaan yang terkait mencakup : a. Mempertahankan areal persawahan/perladangan yang telah ada. b. Menambah, memperluas dan meningkatkan lahan pertanian beririgasi skala kecil dan pedesaan pada kawasan-kawasan yang memungkinkan. c. Mendaya gunakan lahan secara optimal, termasuk lahan-lahan pertanian yang belum dimanfaatkan dan kurang produktif. d. Mempertahankan dan mengefektifkan kawasan penyangga meliputi : areal perkebunan, tanaman tahunan dan hutan produksi terbatas. e. Konversi penggunaan lahan dari pertanian menjadi non pertanian diprioritaskan pada lahan-lahan yang tidak produktif. 4.3.3 Kawasan Pengembangan Pariwisata a. Pemanfaatan dan peningkatan pemanfaatan kawasan pariwisata yang telah berkembang dewasa ini dengan penekanan pada kegiatan yang memperhatikan kelestarian lingkungan b. Pengembangan kawasan-kawasan pariwisata baru terutama di bagian barat dan bagian timur wilayah sesuai dengan potensi sumber daya alam yang ada serta memperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan dengan ditunjang oleh saran dan prasarana baru. 4.3.4 Kawasan Pengembangan Industri a. Pemantapan zona industri yang telah berkembang pada koridor bagian tengah wilayah dengan penekanan pada pencegahan dampak yang dapat mengurangi daya dukung lingkungan, terutama dengan dikembangkannya instansi pengolah limbah. Pengembangan industry selanjutnya adalah pada industri yang non polutif b. Pengembangan agro-industri kerajinan rakyat/rumahtangga di luar zona industri yang telah berkembang, terutama pada pusat-pusat di bagian barat dan timur wilayah, dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup.

47 4.3.5 Kawasan Pertambangan/Penggalian a. Penetapan lokasi dan pemantauan kawasan pengusahaan penggalian bahan galian golongan C dengan peningkatan inventarisasi dan pemetaan kawasan penggalian golongan C tersebut. b. Penetapan lokasi dan pemantauan kawasan pengusahaan pertambangan batu bara dengan peningkatan inventarisasi dan pemetaan kawasan penggalian batu bara tersebut. c. Penetapan lokasi dan pemantauan kawasan pengusahaan pertambangan logam mulia (emas) dengan peningkatan inventarisasi dan pemetaan kawasan penggalian emas tersebut. d. Mengurangi dampak lingkungan sebagai akibat penggalian bahan galian golongan C, pertambangan batu bara dan emas tersebut, berupa lahan kritis ataupun gangguan lingkungan lainnya. 4.3.6 Pengembangan Sistem Perkotaan dan Pusat-pusat Permukiman a. Pengembangan kota-kota yang dapat menjadi pusat pertumbuhan wilayah. Pusat-pusat yang potensial itu masing-masing adalah Kecamatan Murung, Laung Tuhup, dan Permata Intan. b. Melanjutkan pengembangan Kota Kabupaten dan Kecamatan sebagai pusat administrasi pemerintahan yang sekaligus diharapkan menjadi pusat pelayanan dan pusat pertumbuhan bagi wilayah c. Sejalan dengan pengembangan kota-kota tersebut adalah pengembangan pusat-pusat permukiman yang akan menampung baik kebutuhan internal yang tumbuh maupun luberan dari luar wilayah d. Perlunya pengendalian pusat-pusat permukiman yang berkembang di bagian tengah wilayah dengan memperhatikan daya dukung lingkungan e. Pengembangan dan peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana kota yang meliputi jalan, air bersih, listrik, perumahan, pengelolaan sampah dan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan dasar kota lainnya. 4.3.7 Pengembangan Permukiman Pedesaan Strategi pengelolaan bagi kawasan pedesaan adalah meliputi langkahlangkah: a. Perlu dikendalikan bagi permukiman pedesaan tidak berubah menjadi permukiman perkotaan dengan tujuan agar lahan pertanian produktif tetap dapat dipertahankan serta konservasi tanah dan air dapat tetap terjaga dengan baik

48 b. Diperkenankan adanya kegiatan industri kecil/kerajinan yang tidak menimbulkan pencemaran linkungan dan sarana sosial ekonomi pedesaan c. Perkembangan dibatasi bagi petani atau penduduk setempat d. Dapat dikembangkan agro-industri keluarga e. Diperkenankan intensifikasi pekarangan bagi penghijauan f. Dapat dikembangkan sebagai desa wisata Strategi pengembangan system permukiman pedesaan di Kabupaten Murung Raya dikembangkan ke dalam konteks kebutuhan untuk pusat permukiman adalah : a. Desa-desa dengan potensi tumbuh dengan investasi kecil, merupakan desa-desa ibukota kecamatan dan desa-desa pusat pertumbuhan b. Desa-desa yang berfungsi sebagai penyedia pelayanan pada desa-desa sekitarnya c. Desa-desa yang berfungsi sebagai perantara antar kota dengan desadesa 4.3.8 Pengembangan Sistem Transportasi Wilayah a. Sehubungan dengan pengembangan kawasan-kawasan pusat produksi di atas, maka perlu dukungan sistem transportasi wilayah yang akan menghubungkan kawasan-kawasan tersebut dengan pusat-pusat pemasaran yang ada baik dalam wilayah maupun luar wilayah b. Dengan demikian pengembangan sistem tranportasi diarahkan untuk dapat mendorong perkembangan pusat-pusat dan kawasan di bagian Barat dan bagian Timur wilayah, baik dalam bentuk peningkatan terhadap sistem transportasi yang ada maupun pengembangan baru atau tambahan Selain itu mengingat pesatnya perkembangan kegiatan di bagian tengah wilayah perlu diidentifikasi dan diteliti.