PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VERIETAS KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI

dokumen-dokumen yang mirip
PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

PENGARUH PUPUK ORGANIK FERMENTASI PADAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) ARTIKEL ILMIAH NURUL HIDAYAH

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

III. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

PENGARUH APLIKASI LEGIN DAN PUPUK KOMPOS TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS JERAPAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

PENGARUH VARIETAS DAN DOSIS PUPUK SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

RESPON TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

RESPON TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI

JURNAL SAINS AGRO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

III. MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Transkripsi:

257 PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VERIETAS KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI (Growth and Yield Two Soybean Varieties (Glycine max L.) with Biofertilzer Application) Mahdiannoor 1, Nurul Istiqomah 1 dan Syahbudin 2 1 Program Studi Agrotekonologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai 2 Alumnus Program Studi Agrotekonologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai email: mahdi_186@yahoo.com ABSTRACT Soybean is a much needed agricultural commodity in Indonesia. Soybean production in South Kalimantan in 2012 is 3,860 tons of dry weihgt (tdw), in 2013 4,072 tbk, in 2014 8,946 tdw, in 2015 10,537 tdw. Varieties play an important role in soybean production, because to achieve high yields are highly determined by genetic potential. Potential results in the field are influenced by the interaction between genetic factors with the management of climatic and soil environmental conditions. In podsolic soils and soils containing a lot of quartz sand, soybean growth is poor, unless the soil is given additional organic fertilizer. Bioertilizer is a fertilizer whose main content is living organisms (microorganisms) that are beneficial for plant growth. This study aims to (i) know the growth and yield of two soybean varieties with the provision of biological fertilizers (ii) to obtain the best soybean varieties with the provision of biofertilizer. The research was conducted in March - May 2017 at BPTP Experimental Plant of South Kalimantan Muara Rintis Village, District of Batang Alai Utara Regency of Hulu Sungai Tengah. The treatments were two varieties of soybean namely the national superior varieties (Anjosmoro) and local varieties given biological fertilizer. The result of research shows that all observation variables significantly affect with the best soybean varieties are Anjosmoro Varieties. Keywords: Soybean, varieties, genetics, podsolics, biofertilizer. PENDAHULUAN Produksi kedelai di Kalimantan Selatan berturut-turut pada tahun 2012: 3,860 ton biji kering (BK), 2013 : 4.072 ton BK, 2014 : 8.946 ton BK, 2015 : 10.573 ton BK (BPS Kalsel, 2016). Selain dengan peningkatan luas panen penggunaan varietas juga sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman kedelai. Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat di tentukan oleh potensi genetik. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan iklim dan tanah. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Marliah et. al., 2012). Kedelai Varietas Anjasmoro dilepas pada 22 Oktober tahun 2001, melalui SK Menteri Pertanian Nomor 537/Kpts/TP.240/10/2001. Daya hasil Varietas Anjasmoro mencapai 2,03 2,25 ton/ha. Ukuran biji termasuk kategori besar, berat 100 bijinya mencapai 14,8-15,3 g. Keunggulan Varietas Anjasmoro adalah ketahanannya pada rebah, serta moderat pada penyakit karat daun. Selain itu, varietas ini memiliki sifat polong yang tidak mudah pecah (Raharjo, 2010). Kedelai tumbuh baik pada tanah bertekstur gembur, lembap, tidak tergenang

258 air, dan memiliki ph 6 6,8. Pada ph 5,5 kedelai masih dapat berproduksi, meskipun tidak sebaik pada ph 6 6,8. Pada ph < 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan alumanium (Najiyati dan Danarti, 1993). Tanah-tanah yang cocok untuk pertumbuhan kedelai, yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah podsolik dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali jika tanah diberi tambahan pupuk organik (Cahyadi, 2012). Tanah podsolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. Tanah podsolik memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan warna merah atau kuning, memiliki tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki ph rendah, serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi. Jika dilihat dari ciri dan karakteristik tanah ini, dapat disimpulkan bahwa tanah podsolik merupakan tanah yang tergolong tidak subur baik itu secara fisik maupun kimianya. Untuk dapat melakukan kegiatan bercocok tanam pada tanah ini ada hal-hal yang harus dilakukan yaitu dengan cara menggunakan pupuk organik (Torus, 2012). Salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk hayati. Pupuk hayati atau sering disebutkan biofertilizer yaitu pupuk yang dibuat dari mikroba yang mempunyai kemampuan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, misalnya kebutuhan nitrogen, fosfat, Mg, Zn dan Cu. Mikroba penambat nitrogen Rhizobium sp. Hidup bekerja sama dangan tanaman dengan melibatkan aktivitas biokimia yang kompleks sehingga mampu menambah nitrogen dari udara. Nitrogen yang diperoleh digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Penerapan pupuk hayati Rhizobium pada budidaya tanaman kacang-kacangan dapat meningkatkan hasil rata-rata 13-50%. Pada jenis-jenis mikroba yang non-simbiotik umumnya mengeluarkan senyawa aktif tertentu (enzim) yang mampu meluruhkan unsur yang terikat dengan tanah sehingga dapat diserap oleh tanaman (Suwahyono, 2011). Menurut Soverda dan Hermawati (2009), tanaman kedelai yang diberi pemberian berbagai konsentrasi pupuk hayati Golden Harvest 2.5 ml memberikan pengaruh terbaik pada variabel tinggi tanaman, bobot kering pupus tanaman, bobot 100 biji akan tetapi tidak pada variabel hasil dan pemberian Golden Harvest pada konsentrasi 7.5 ml memberikan rata rata pertumbuhan tinggi tanaman, bobot kering tanaman, bobot kering akar, umur berbunga, bobot 100 biji dan hasil yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil dua varietas kedelai dengan pemberian pupuk hayati dan mendapatkan varietas kedelei terbaik yang diberikan pupuk hayati. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kebun BPTP Kalsel Desa Muara Rintis Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada bulan Maret - Mei 2017. Bahan yang digunakan benih kedelei Varietas Anjasmoro dan varietas lokal, lahan, pupuk hayati bioboost, pupuk kandang kotoran sapi, air, tali raffia dan pestisida. Alat yang dipakai parang, cangkul, tugal, timbangan analitik, gelas ukur, jangka sorong, meteran, gembor, handsprayer, alat tulis dan kamera. Penelitian ini merupakan percobaan yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal. Faktor yang diuji adalah dua varietas kacang kedelai(v), yaitu v 1 = kedelei Varietas Anjasmoro dan V2 = kedelai Varietas Lokal. Setiap perlakuan diulang sebanyak 16 kali, sehingga didapatkan 32 satuan percobaan. Dimana setiap percobaan terdiri dari 4 tanaman sampel yang diamati, sehingga jumlah

Tinggi Tanaman (cm) 259 tanaman sampel semuanya adalah 128 tanaman. Sedangkan pengelompokan percobaan berdasarkan topografi lahan. Pupuk hayati diberikan 3 kali yaitu seminggu sebelum dan sesudah tanam dan dua minggu setelah tanam dengan dosis 9 ml.l -1 air per petakan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang umur 14, 21 dan 28 hari setelah tanam (HST), serta pengamatan jumlah polong dan jumlah biji per tanaman. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji kehomogenan (α:5%) uji F (α:5% dan 1%) dan uji beda rata-rata DMRT (α:5%). HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis ragam tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST maka perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap peubah pengamatan tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST. Hasil uji beda ratarata tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST disajikan pada Tabel 1 berikut ini. Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman kedelai pada umur 14 HST perlakuan varietas kedelai (Anjasmoro) dan (Lokal) berbeda nyata. Tabel 1. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST. Rata-rata tinggi tanaman (cm) 14 HST 21 HST 28 HST 19.5625a 13.6875b 26.375a 20.5b 36,2813a 28,9844b Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf uji 5%. merupakan perlakuan terbaik dengan tinggi tanaman mencapai 19,5625 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan yaitu 13,6875 cm. Pada umur 21 HST perlakuan varietas kedelai juga berbeda nyata dengan, perlakuan merupakan perlakuan terbaik dengan tinggi tanaman mencapai 26,375 cm sedangkan perlakuan mencapai tinggi tanaman 20,5 cm. Begitu pula pada umur 28 HST perlakuan varietas anjasmoro berbeda nyata dengan, perlakuan juga merupakan perlakuan terbaik dengan tinggi tanaman 36,2813 cm sedangkan perlakuan rata-rata tinggi tanamannya adalah 28,9844 cm. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 36.28 26.37 28.98 20.5 19.56 13.68 14 HST 21 HST 28 HST Gambar 1. Histogram perlakuan dengan tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST

Jumlah Daun 260 Pada histogram di atas dapat dilihat bahwa perlakuan mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan untuk peubah tinggi tanaman umur 14, 21 dan 28 HST. Jumlah Daun Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis ragam jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST maka perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap peubah pengamatan jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST Rata-rata jumlah daun (helai) 14 HST 21 HST 28 HST 6.234375a 4.734375b 10.5625a 9.5625b 18,5156a 15,4844b Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf uji 5%. Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah daun tanaman kedelai pada umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan varietas kedelai (Anjasmoro) dan (lokal) berbeda nyata, pada umur 14 HST perlakuan varietas kedelai berbeda nyata dengan, perlakuan v 1 merupakan perlakuan terbaik dengan jumlah daun tanaman mencapai 6,23 helai sedangkan perlakuan dengan jumlah 4,73 helai. Dan pada umur 21 HST perlakuan varietas kedelai berbeda nyata dengan, perlakuan merupakan perlakuan terbaik dengan jumlah daun tanaman sebanyak 10,56 helai sedangkan perlakuan rata-rata jumlah daun tanamannya adalah 9,56 helai. Begitu pula pada umur 28 HST perlakuan varietas kedelai dan berbeda nyata. perlakuan juga merupakan perlakuan terbaik dengan jumlah daun tanaman sebanyak 18,51 helai sedangkan perlakuan rata-rata jumlah daun tanamannya adalah 15,48 helai. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 18.51 15.48 10.56 9.56 6.23 4.73 14 HST 21 HST 28 HST Gambar 2. Histogram perlakuan dengan jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST.

Diameter Batang 261 Pada histogram di atas dapat dilihat bahwa perlakuan mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan perlakuan untuk peubah jumlah daun tanaman umur 14, 21 dan HST. Diameter Batang Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis ragam diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST maka perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap peubah pengamatan diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST. Hasil uji beda rata-rata diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST v 1 Rata-rata diameter batang (cm) 14 HST 21 HST 28 HST 0.261375 a 0,288 a 0.3340625 a 0.233b 0,2478b 0.2876562b Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf uji 5%. Dari tabel 3 di atas dapat kita lihat bahwa diameter batang tanaman pada umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan varietas kedelai (Anjasmoro) dan (lokal) berbeda nyata, pada umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan varietas kedelai berbeda nyata dengan, perlakuan merupakan perlakuan terbaik dengan diameter batang mencapai 0,2613 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan yaitu 0,233 cm. Pada umur 21 HST perlakuan varietas kedelai juga berbeda nyata dengan, perlakuan merupakan perlakuan terbaik dengan diameter batang 0,288 cm sedangkan perlakuan diameter batang mencapai 0,2478 cm. Begitu pula pada umur 28 HST perlakuan varietas anjasmoro berbeda nyata dengan, perlakuan juga merupakan perlakuan terbaik dengan diameter batang 0,3340 cm sedangkan perlakuan rata-rata diameter batangnya adalah 0,2876 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 0.35 0.3 0.25 0.2 0.33 0.28 0.26 0.24 0.23 0.28 0.15 0.1 0.05 0 14 HST 21 HST 28 HST Gambar 3. Histogram perlakuan dengan diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST.

Jumlah Polong 262 Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa perlakuan mempunyai diameter batang yang lebih besar dibandingkan perlakuan untuk peubah diameter batang tanaman umur 14, 21 dan 28 HST. Jumlah Polong Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis ragam jumlah polong tanaman kedelai maka perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap peubah pengamatan jumlah polong tanaman kedelai. Hasil uji beda rata-rata jumlah polong tanaman kedelai disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil uji beda rata-rata jumlah polong tanaman kedelai. Jumlah polong 33.10a 36.67b Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf uji 5%. Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah polong tanaman pada perlakuan varietas kedelai (Anjasmoro) dan (lokal) berbeda nyata, perlakuan merupakan perlakuan terbaik dengan jumlah polong mencapai 36.01 yang berbeda nyata dengan perlakuan yaitu 33,67. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. 37 36 36.67 35 34 33 32 33.1 Jumlah Polong 31 Gambar 4. Histogram perlakuan dengan jumlah polong tanaman kedelai. Berdasarkan histogram di atas dapat dilihat bahwa perlakuan v 1 mempunyai nilai ratarata yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan untuk jumlah polong tanaman kedelai. Berat Biji Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis ragam berat polong tanaman kedelai maka perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap peubah pengamatan berat biji tanaman kedelai. Hasil uji beda rata-rata berat biji tanaman kedelai disajikan pada Tabel 5 berikut ini.

Berat biji 263 Tabel 5. Hasil uji beda rata-rata berat biji tanaman kedelai. Berat biji pertanaman (g) 3.19a 2.47b Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf uji 5%. Dari tabel 5 di atas dapat kita lihat bahwa berat biji tanaman pada perlakuan varietas kedelai (Anjasmoro) dan (lokal) berbeda nyata, perlakuan merupakan perlakuan terbaik dengan berat biji mencapai 3,19 g yang berbeda nyata dengan perlakuan yaitu 2,47 g. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3.19 2.47 Berat Biji Pertanaman Gambar 5. Histogram perlakuan dengan berat biji tanaman kedelai. Berdasarkan histogram di atas dapat dilihat bahwa perlakuan v 1 mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan untuk berat biji tanaman kedelai. Berdasarkan hasil pengamatan analisis ragam bahwa perlakuan varietas anjasmoro () dengan varietas lokal () berbeda terhadap pertumbuhan tinggi tanaman umur 14, 21 dan 28 HST, juga terhadap jumlah daun umur 14, 21, 28 HST dan deamiter batang umur 14, 21 dan 28 HST, jumlah polong dan berat biji pertanaman. Tabel 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa dari dua varietas kedelai yang dicobakan, varietas Anjasmoro () lebih baik pertumbuhannya jika dibandingkan dengan varietas lokal (). Dalam hal ini faktor genetik menyebabkan perbedaan yang beragam seperti penampilan fenotip tanaman dengan menampilkan ciri dan sifat khusus yang berbeda antara satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gabesius et. al., (2012), yang menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Susunan genetik dapat berbeda di antara biji yang berasal dari tanaman yang berbeda, bahkan dari tanaman yang sama. Hal ini membuktikan bahwa varietas anjasmoro unggul dalam pertumbuhan dibandingkan dengan varietas lokal. Meningkatnya pertumbuhan tanaman kedelai pada varietas anjasmoro () diduga

264 karena varietas tersebut mampu beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuhnya sehingga dapat menunjukkan respon yang baik terhadap pertumbuhannya, tingginya produksi suatu varietas dikarenakan varietas tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya, meskipun secara genotip varietas lain mempunyai potensi yang baik, akan tetapi karena masih dalam tahap beradaptasi produksinya lebih rendah daripada yang seharusnya. Varietas anjasmoro (V1) merupakan salah satu jenis varietas unggul yang memiliki kelebihan dari varietas lokal. Pada varietas ini pertumbuhannya lebih tinggi dari tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang lebih besar, dibandingkan dengan varietas lokal (V2). Sifat genetik mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pertumbuhan merupakan akibat dari adanya interaksi antara berbagi faktor internal perangsang pertumbuhan (yaitu dalam kendali genetik) dan unsur-unsur iklim, tanah dan biologis dari lingkungan (Dewi dan Jumini, 2012). Perbedaan karakter-karakter yang dimiliki oleh kedua varietas ini disebabkan oleh berbedanya susunan genetik pada masing-masing varietas sehingga menunjukkan respon yang berbeda terhadap lingkungan dan faktor produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soverda dan Hermawati (2009), yang menyatakan hasil dari suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik yang meliputi ketahanan terhadap hama dan patogen serta kekeringan dan sifat tanaman hibrid. Faktor lingkungan meliputi suhu, ketersediaan air, cahaya matahari, struktur dan komposisi tanah, reaksi tanah serta mikroorganisme. Hasil analisis tanah menunjukan kandungan unsur hara dalam tanah penelitian sangat rendah. Menurut Gabesius et. al., (2012), pengaruh terhadap sifat fisik tanah yaitu melalui pembentukan agregat tanah sehingga dapat memperbaiki struktur tanah. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatnya kandungan unsur hara tanah, sedangkan pengaruhnya terhadap biologi tanah adalah meningkatnya populasi dan aktivitas mikroorganisme sehingga ketersediaan unsur hara akan meningkat pula. Untuk mengatasi kendala kekurangan unsur hara didalam tanah tersebut, dilakukan dengan penambahan bahan organik, pupuk dan memeperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk hayati merupakan upaya memperbaiki kondisi lingkungan tanaman dalam hal penyediaan unsur hara, menetralkan ph tanah dan mengaktifkan zat renik maupun mikroorganisme dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan subur. Pupuk hayati mengandung unsur hara makro dan mikro, unsur Ca dan Mg merupakan unsur hara esensial. Penyediaan unsur Ca akan membantu pembentukan akar selain unsur Ca, akar juga menyerap unsur Mg yang merupakan unsur penting dalam proses fotosintesis (Soverda dan Hermawati, 2009). Dari analisis ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah polong/tanaman, berat biji/tanaman, hasil terbaik terdapat pada varietas lokal dalam hal jumlah polong 36,67 dibandingkan jumlah polong varietas anjasmoro 33,1, namun dalam peubah pada berat biji varietas anjsmoro perlakuan terbaik 3,19 g dibandingkan varietas lokal 2,47 g. Hal ini diduga adanya pengaruh genetik dari varietas yang dominan, yang juga dibantu dengan lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan varietas unggul yang berdaya hasil lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Gabesius et. al., (2012), yang menyatakan bahwa varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Menurut Ratnasari et. al., (2015), produktivitas kedelai dapat ditingkatkan diantaranya dengan perbaikan teknik budidaya melalui sistem pemupukan dan penggunaan varietas unggul. Tanaman kedelai memiliki banyak varietas, masing-masing varietas akan

265 memberikan respon pertumbuhan dan tingkat produksi yang berbeda-beda. Setiap varietas mempunyai sifat genetik yang tidak sama, hal ini dapat dilihat dari penampilan dan karakter dari masing-masing varietas tersebut. Perbedaan sifat genetik dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap lingkungan dan faktor produksi. Menurut Purba (2016), pemberian pupuk hayati dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk penambahan tinggi tanaman, jumlah bintil akar dan bobot kering pada beberapa varietas kedelai yang diujikan. menaikkan jumlah polong diduga karena aktivitas bakteri sebagai pelarut unsur Phospat dalam tanah, kandungan unsur Phospat yang ada di dalam tanah dapat lebih efektif perannya dengan penambahan pupuk organik, sehingga tanaman lebih cepat dewasa dan selanjutnya memberikan jumlah cabang produktif, jumlah polong dan berat biji yang lebih baik. KESIMPULAN 1. Pertumbuhan dan hasil dua varietas kedelai (Glycine max L.) dengan pemberian pupuk hayati berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada umur 14, 21 dan 28 HST, jumlah polong dan berat biji pertanaman. 2. Varietas Anjasmoro merupakan perlakuan terbaik dengan pertumbuhan dan hasil yang lebih optimal. UCAPAN TERIMAKASIH Atas peminjaman lahan penelitian kepada BPTP Kalsel Kebun Muara Rintis Kabupaten Hulu Sungai Tengah DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2016. Survei Produksi Tanaman Padi dan Palawija Kalimantan Selatan. Http://Kalsel.bps.go.id. Diakses Pada Tanggal 22 Desember 2016. Balitra. 2017. Hasil Analisis Tanah Desa Muara Rintis. Banjarbaru. Cahyadi, S. T. 2012. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta. Dewi, P Dan Jumini. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tomat Akibat Jenis Pupuk. Puspita Dewi dan Jumini. J. Floratek, 7: 76 84. Gabesius, Y. O., Luthfi Aziz Mahmud Siregar dan Yusuf Husni. 2012. Respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) terhadap pemberian pupuk bokashi. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1 No. 1 Purba, R. 2016. Respon pertumbuhan dan produksi kedelai terhadap pemupukan kayati pada lahan kering di pandeglang, banten. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 19, No.3, 253-261. Ratnasari, D., Bangun, K.B dan Damanik, M.R.I. 2015. Respons dua varietas kedelai (glycine max (L.) merrill.) pada pemberian pupuk hayati dan npk majemuk. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol.3, No.1. ISSN No. 2337-6597. Raharjo, I. B. 2010. Varietas Unggul Salah Satu Upaya Tingkatkan Produksi Kedelai. http://indranmt0710523003.blogspot. co.id. Diakses pada tanggal 21 Februari 2017. Soverda, N dan Hermawati, T. 2009. Respon tanaman kedelai (Glycine max (L.)

266 Merill) terhadap pemberian berbagai konsentrasi pupuk hayati. Jurnal Agronomi. Vol. 13 No. 1. Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta Torus. 2012. Tanah Podzolik. http://allaboutpertanian.blogspot.co.i d. Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2016. Lampiran Hasil Analisis Tanah Desa Muara Rintis No. Parameter Satuan Hasil* Nilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. ph H 2 O C-Organik N C/N KTK Aldd P K - % % % Cmol (+)/kg Cmol (+)/kg Mg/100gr Mg/100gr 5,89 1,756 0,154 11,40 20,77 4,211 9,431 6,544 Agak masam Rendah Sangat rendah Sedang Sedang - Sangat rendah Sangat rendah Sumber : *Ballitra (2017).