PENJADWALAN PENYELESAIAN KONSTRUKSI TOP COAT BOOTH EXPANSION MENGGUNAKAN ANALISIS JARINGAN KERJA (STUDI KASUS DI PT. XYZ)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB V ANALISA HASIL. kritis, artinya aktivitas tersebut merupakan aktivitas non kritis.

BAB II KEPUSTAKAAN. untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

BAB II STUDI PUSTAKA

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

MATERI 8 MEMULAI USAHA

Operations Management

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya


BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

BAB II STUDI PUSTAKA

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR

JALUR KRITIS (Critical Path)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

MINGGU KE-6 MANAJEMEN WAKTU (LANJUTAN)

Manajemen Waktu Proyek 10/24/2017

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN (WAKTU) PROYEK

Operations Management

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.2 : GANTT CHART, CPM DAN PERT) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini:

Manajemen Waktu Dalam Proyek

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

Proyek. Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama

: Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)

Analisis Optimasi Pelaksanaan Proyek Revitalisasi Integrasi Jaringan Universitas Kadiri Menggunakan Metode PERT Dan CPM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015.

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

BAB2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction)

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II DASAR TEORI. yang diharapkan stakeholder dari proyek tersebut (Project Managemen

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN 11 Float dan Lintasan Kritis

BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Parno, SKom., MMSI. Personal Khusus Tugas

Transkripsi:

PENJADWALAN PENYELESAIAN KONSTRUKSI TOP COAT BOOTH EXPANSION MENGGUNAKAN ANALISIS JARINGAN KERJA (STUDI KASUS DI PT. XYZ) Muhammad Kholil (), Rudini Mulya (2) Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta Email: ) m.kholil@mercubuana.ac.id, 2) rudinimenteri@gmail.com ABSTRAK Penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dijadwalkan selesai pada bulan September 203. Metode penjadwalan yang ada masih menggunakan Bar Chart, untuk mencegah adanya keterlambatan penyelesaian, dilakukan penjadwalan ulang menggunakan metode analisis jaringan kerja. Metode Analisis Jaringan Kerja merupakan peningkatan dari metode Bar Chart untuk dapat menentukan penjadwalan yang lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan yaitu Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review Technique (PERT), dalam kasus ini dapat mempercepat waktu penyelesaian kegiatan konstruksi dengan cara dilakukan crashing program pada jalur kritisnya. Hasil yang ditunjukan bahwa penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dapat dipersingkat dari 38 hari waktu normal (metode Bar Chart) menjadi 272 hari dengan teknik perhitungan CPM, dan 280 hari dengan teknik perhitungan PERT. Penjadwalan terpilih menggunakan metode CPM karena menghasilkan waktu penyelesaian tersingkat. Setelah dilakukan crashing program pada jalur kritis CPM, waktu penyelesaian konstruksi dapat dipersingkat menjadi 260 hari dengan kenaikan biaya 0,7% (Rp. 7.399.57.000 menjadi Rp. 7.450.860.000) tetapi terjadi peningkatan produktivitas sebesar 3,5x0-6 % dari 4,3x0-6 %. Kata kunci : penjadwalan, analisis jaringan kerja, CPM PERT, percepatan ABSTRACT The completion of Top Coat Booth Expansion construction scheduled to complete in September 203. The existing scheduling method is still use Bar Chart, to avoid any delay in completion, reschedule is using network analysis method. Network Analysis method is an improvement from Bar Chart method to determine more effective and efficient schedule. The method used is Critical Path Method (CPM) and Project Evaluation and Review Technique (PERT), in this case, using crashing program in it s critical path will accelerate the construction completion. The result showing that the construction completion can shortened from 38 days normal time (bar chart method) to 272 days with CPM calculation technique, and 280 days with PERT calculation technique. The Method of CPM is selected to use for operating the shortest finish time. After crashing program in CPM critical path done, the construction completion can be shortened to 260 days with 0.7% cost increase (IDR 7.399.57.000 to IDR 7.450.860.000) but increase in productivity of 3,5x0-6 % from 4,3x0-6 % Keywords : scheduling, network analysis, CPM - PERT, crashing

. PENDAHULUAN Keberlangsungan suatu proyek ditentukan oleh tiga hal utama yaitu, perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian (Husein, 2009) Penjadwalan dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proyek sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan waktu yang optimal. Tanpa penjadwalan yang tepat maka bukanlah tidak mungkin dalam suatu proyek akan mengalami keterlambatan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya pemborosan waktu dan tenaga kerja yang mengakibatkan peningkatan biaya. Penyelesaian proyek yang tepat waktu tentunya memerlukan suatu metode penjadwalan yang lebih baik dan matang sehingga turut menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut seperti metode analisis jaringan kerja yang merupakan penyempurnaan metode bagan balok. Di antara berbagai versi analisis jaringan kerja yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), Teknik Evaluasi dan Review Proyek (Project Evaluation and Review Technique - PERT) dan metode Preseden Diagram (Preceden Diagram Methode-PDM) (Soeharto, 999) Dalam penelitian Adli Muhtadi (2009) Manajemen Proyek berbasis Efisiensi Waktu penjadwalan menggunakan analisis jaringan kerja dapat mencegah adanya keterlambatan, sehingga kegiatan proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dengan cara dilakukan percepatan. Konstruksi Top Coat Booth Expansion merupakan salah satu main activity dari proyek Expansion 30.000 unit/tahun di PT. XYZ yang dikerjakan oleh kontraktor PT. Taikisha (TKS). Konstruksi tersebut harus selesai tepat waktu bulan Agustus 203 dikarenakan akan dilakukan pemasangan robot dari pihak kontraktor lain. Penjadwalan konstruksi tersebut masih menggunakan metode bagan balok, sehingga tidak diketahui kegiatan yang bersifat kritis yang tidak boleh mengalami keterlambatan. Untuk mengantisipasi adanya keterlambatan penyelesaian konstruksi, dilakukan penjadwalan menggunakan metode analisis jaringan kerja (CPM PERT) dan dilakukan percepatan penjadwalan dengan cara analisis jalur kritis. Hasil yang diharapkan yaitu dengan analisis jaringan kerja nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk mengontrol serta mengkoordinasi dari berbagai kegiatan sehingga durasi proyek dapat diselesaikan tepat waktu. 2. IDENTIFIKASI MASALAH. Berapa durasi penyelesian konstruksi Top Coat Booth Expansion menggunakan metode CPM dan PERT? 2. Berapa durasi dan kenaikan biaya setelah dilakukan percepatan (crashing) pada jalur kritis? 3. Bagaimana perbandingan penyelesaian kegiatan secara normal dengan setelah dilakukan percepatan? 3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian yang hendak dicapai pada penelitian ini yaitu:. Menghitung durasi waktu penyelesaian konstruksi dengan metode CPM dan PERT untuk mendapatkan waktu penyelesaian tersingkat. 2. Menghitung durasi dan kenaikan biaya bila dilakukan percepatan (crashing) penyelesaian konstruksi. 3. Membandingkan penjadwalan konstruksi sebelumnya yang menggunakan metode bagan balok dengan metode analisis jaringan kerja untuk mengetahui penjadwalan yang lebih efektif 4. BATASAN MASALAH. Penelitian dilakukan di divisi Paint Finishing System yang menangani konstruksi Top Coat Booth Expansion untuk periode September 202 s/d Agustus 203. 2. Penyusunan jadwal yang optimal CPM- PERT. 3. Mengidentifikasi jalur kritis dan pengurangan waktu penyelesaian. Asumsi-asumsi. Pada proses percepatan penjadwalan, sumber daya dianggapn tersedia dan bukan merupakan suatu hambatan. 2. Kegiatan yang dilalui oleh jalur kritis berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetetapkan. 2

5. LANDASAN TEORI Penjadwalan Proyek Konstruksi Rangkaian kegiatan proyek terdiri atas tahap studi kelayakan, tahap perencanaan dan perancangan, tahap pelelangan/tender, dan tahap pelaksanaan konstruksi. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa perencanaan adalah salah satu bagian yang penting dalam proyek konstruksi. Dalam perencanaan proyek seorang pengambil keputusan dihadapkan pada pilihan dalam menetapkan sumber daya yang tepat. Salah satu bagian perencanaan adalah penjadwalan (scheduling), di mana penjadwalan ini merupakan gambaran dari suatu proses penyelesaian dan pengendalian proyek. Dalam penjadwalan ini akan tampak uraian pekerjaan, durasi atau waktu penyelesaian setiap pekerjaan, waktu mulai dan akhir setiap pekerjaan dan hubungan ketergantungan antara masing-masing kegiatan. Pada umumnya penjadwalan proyek dikerjakan oleh konsultan perencana dan kemudian dikoordinasikan dengan kontraktor dan pemilik (owner) dengan ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak. Dengan demikian, maka penjadwalan waktu setiap kegiatan proyek perlu diatur secara efisien dan seoptimal mungkin sehingga tidak akan terjadi keterlambatan penjadwalan waktu, maka kontraktor membuat pengelolaan penjadwalan proyek sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yang direncanakan dan kondisi di lapangan pada waktu pelaksanaan, serta mudah untuk dimonitoring pada setiap waktu. Untuk penjadwalan waktu, yang akan dibahas pada penelitian ini adalah perbandingan antara Metode Bar Chart, Metode Analisis Jaringan Kerja (Network Diagram). Metode Analisis Jaringan Kerja Metode Network Diagram atau metode jaringan kerja diperkenalkan pada tahun 50- an oleh tim perusahaan DuPont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen. Metode ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desainengineering, konstruksi, dan pemeliharaan. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis (Husein, 2009). Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan metode Bar Chart, karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode tersebut. Jaringan kerja merupakan metode yang mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan selanjutnya dapat memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan (Soeharto, 999). Ada beberapa macam metode analisis jaringan kerja yang dapat digunakan dalam penjadwalan waktu proyek, antara lain (Soeharto, 999): a) Critical Path Method (CPM) b) Project Evaluation and Review Technique (PERT) c) Precedence Diagramming Method (PDM) Metode CPM dan PERT termasuk dalam klasifikasi activity on arrow (AOA) sedangkan PDM adalah activity on node (AON). Kegiatan anak panah, atau AOA, disini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua lingkaran yang mewakili dua peristiwa, ekor anak panah merupakan awal kegiatan dan ujungnya akhir kegiatan, nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak panah. Kegiatan ditulis di dalam kotak atau lingkaran, yang disebut AON, anak panah hanya menjelaskan hubungan ketergantungan di antara kegiatankegiatan. Tanda/symbol dalam pembuatan jaringan kerja ditunjukan pada gambar. Gambar. Tanda/Simbol Dalam Membuat Jaringan Kerja (Sumber : Soeharto, 999) CPM (Critical Path Method) CPM adalah suatu metode perencanaan penjadwalan proyek konstruksi yang dapat menunjukkan aktivitas-aktivitas kritis. Aktivitas-aktivitas kritis tersebut sangat mempengaruhi waktu penyelesaian dari 3

suatu proyek, karena jika penyelesaian pekerjaan dari salah satu aktivitas kritis terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan pelaksanaannya, yang berrarti akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan (O Brien, 984). Menggunakan CPM, pendekatan yang dilakukan secara deterministik hanya menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam metode CPM adalah sebagai berikut: a) Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat dimulai, dengan memperhitungkan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan kegiatan. b) Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. c) Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan. d) Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan. e) Duration (D) adalah kurun waktu kegiatan. Lingkaran kejadian dalam penentuan waktu menggunakan CPM dilihat pada gambar 2. ES i LS D Gambar 2. Lingkaran Kejadian CPM (Sumber, Dimyati, Dimyati, 200) Teknik Perhitungan CPM Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitasaktivitas (ES dan EF). Perhitungannya adalah: EF = ES + D EF j LF EF = Earliest Finish ES = Earliest Start D = Duration Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan maju, yaitu: a. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke nol sehingga untuk initial event berlaku ES=0 b. Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untukmenyelesaikan aktivitas-aktivitas yang berakhir pada event tersebut. c. Diantara dua peristiwa tidak boleh ada 2 kegiatan, sehingga untuk menghindarinya digunakan kegiatan semu atau dummy yang tidak mempunyai durasi. Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (LS, dan LF). Perhitungannya adalah LS = LF D LS = Latest Start LF = Latest Finish D = Duration Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan mundur ini pun terdapat dua langkah, yaitu sebagai berikut: a. Pada terminal event berlaku LF=LS. b. Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitasaktivitas yang berpangkal pada event tersebut. PERT (Project Evaluation and Review Technique) PERT merupakan suatu metode analitik yang digunakan untuk menjadwal penyelesaian pekerjaan dan menganggarkan sumber-sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan pada jadwal tertentu (Purnomo, 2004). PERT mempunyai banyak kesamaan dengan CPM, bila CPM memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi 4

dengan kadar ketidakpastian (Soeharto, 999). Berbeda dengan CPM dan PDM yang menggunakan perkiraan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik (satu angka yang mencerminkan adanya kepastian), PERT menggunakan pendekatan probabilistik yang dirancang untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainly) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan (Soeharto, 999). Adapun istilah yang digunakan dalam metode PERT adalah sebagai berikut: a) Earliest Time of Occurance (TE) adalah saat tercepat terjadinya kegiatan b) Latest Time of Occurance (TL) adalah saat paling lambat terjadinya kegiatan c) Expected Duration (Te) adalah durasi kegiatan yang diharapkan yang terdiri dari tiga angka estimasi, untuk mendapatkan nilai mean durasi: Te = (To+4Tm+Tp)/6. Tiga angka estimasi PERT yaitu: To = kurun waktu optimistik (optimistic duration time), yaitu durasi tercepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila segala sesuatunya berjalan dengan baik. Tm = kurun waktu yang paling mungkin (most likely time), yaitu durasi yang paling sering terjadi bila suatu kegiatan dilakukan berulangulang dengan kondisi yang hampir sama. Tp = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time), yaitu durasi yang paling lama dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila segala sesuatunya berjalan dalam kondisi buruk. Lingkaran kejadian dalam penentuan waktu menggunakan PERT dilihat pada gambar 3. perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitasaktivitas (TE i dan TE j ). Pada initial event berlaku TE=0. Perhitungannya: TE j = TE i + Te (i,j). TE j = waktu mulai kegiatan j TE i = waktu mulai kegiatan i Te (i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL i, dan TL j ). Pada terminal event berlaku TL=TE. Perhitungannya TL i = TL j - Te (i,j). TL i = waktu selesai kegiatan i TL j = waktu selesai kegiatan j Te (i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j Menurut Soeharto (999) estimasi kurun waktu kegiatan metode PERT memakai rentang waktu dan bukan kurun waktu yang relatif mudah dibayangkan. Rentang waktu ini menjadi derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini tergantung pada perkiraan untuk To dan Tp. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai Deviasi Standar (S) dan Varians (V), dengan rumus sebagai berikut: S = V V = ((Tp-To)/6) 2 Dalam PERT terdapat analisis untuk mengetahui kemungkinan kepastian mencapai target jadwal penyelesaian (TD), sehingga dapat diketahui probabilitas penyelesaian proyek yang dinyatakan dengan Z yang dirumus sebagai berikut: TEi i TLi Te Gambar 3. Lingkatan Kejadian PERT (Sumber : Dimyati, Dimyati, 200) Teknik Perhitungan PERT Perhitungan dengan metode PERT sama seperti CPM yaitu dengan cara perhitungan maju (forward computation) dan TEj j TLj Analisis Waktu Kelonggaran Ditinjau Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di samping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang 5

mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float/slack. Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float dalam CPM atau total slack dan free slack dalam PERT (Dimyati, Dimyati, 200). Total Float/Total Slack adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan. Free Float/Fee Slack adalah jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya aktivitas lain pada network (Dimyati, Dimyati, 200). Dengan selesainya perhitungan maju dan perhitungan mundur pada network, barulah float/slack dapat dihitung. Float dalam CPM dapat dicari dengan perhitungan: FF=EF ES-D dan TF=LF-ES- D. Slack dalam PERT dicari dengan perhitungan: SF (i,j) =TE j -TE i -Te (i,j) dan ST (i,j) = TL j -TE i -Te (i,j). Jalur Kritis CPM dan PERT Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan kerja yang memiliki rangkaian komponenkomponen kegiatan, dengan total waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur kritis mempunyai arti penting dalam penyelesaian suatu proyek, karena kegiatankegiatan dalam jalur kritis diusahakan tidak mengalami keterlambatan penyelesaian (Purnomo, 2004). Identifikasi aktivitas kritis dalam CPM ditandai dengan nilai free float dan total float sama dengan nol (FF dan TF = 0). Identifikasi aktivitas kritis dalam PERT ditandai dengan nilai free slack dan total slack sama dengan nol (FS dan TS = 0). Aktivitas kritis tersebut nantinya membentuk suatu jalur yaitu jalur kritis yang pengerjaannya tidak boleh mengalami penundaan agar tidak terjadi keterlambatan proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan. Menurut Badri (997), manfaat yang didapat jika mengetahui jalur kritis adalah sebagai berikut : a. Penundaan pekerjaan pada jalur kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya. b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaanpekerjaan yang ada pada jalur kritis dapat dipercepat. c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui jalur kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien Analisis Percepatan (Crashing Program) Proses mempercepat kurun waktu suatu proyek disebut cashing program. Dalam menganalisis proses tersebut digunakan asumsi sebagai berikut (Soeharto, 999):. Jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti dalam menganalisis program mempersingkat waktu, akternatif yang akan dipilih tidak dibatasi oleh ketersediaan sumber daya. 2. Bila diinginkan waktu penyelesaian kegiatan lebih cepat dengan lingkup yang sama, maka keperluan sumber daya akan bertambah. Sumber daya ini dapat berupa tenaga kerja, material, peralatan atau bentuk lain yang dapat dinyatakan dalam sejumlah dana. Jadi, tujuan utama dari program mempersingkat waktu adalah memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya minimal. Proses memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2009). Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan biaya suatu 6

kegiatan didefinisikan sebagai berikut (Soeharto, 999):. Kurun waktu normal (Normal Duration - Dn), adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi di luar pertimbangan adanya kerja lembur, dan usaha-usaha khusus lainnya seperti menyewa peralatan yang lebih canggih. 2. Biaya normal (Normal Cost Cn), adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal. 3. Kurun waktu dipersingkat (Crash Duration - Dc), adalah waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih mungkin. Disini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan. 4. Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash Cost - Cc), adalah jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat. Gambar 4. Hubungan Waktu-Biaya untuk Suatu Kegiatan (Sumber: Soeharto, 999) Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan seperti grafik gambar 4. Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan kedua titik (A dan B) disebut kurva waktu-biaya. Menurut Soeharto (999), jika diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui berapa slope atau sudut kemiringanya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk mempersingkat waktu satu hari dengan rumus : 6. METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Masalah Identifikasi Masalah disertai dengan Studi Literatur dan Observasi Lapangan. Masalah yang terjadi yaitu jadwal konstruksi masih menggunakan Bar Chart sehingga tidak dapat diketahui kegiatan yang bersifat kritis, sehingga dilakukan penjadwalan ulang menggunakan metode Analisis Jaringan Kerja sebagai peningkatan metode. Tujuan dan Batasan Penelitian Tujuan penelitian diperlukan untuk memfokuskan penelitianyaitu mendapatkan jadwal yang optimal dengan penyelesaian secara CPM dan PERT dan dilakukan percepatan pada jalur kritis. Batasan penelitian hanya pada konstruksi Top Coat Booth Expansion karena merupakan kegiatan utama dari proyek expansion. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer yang berupa informasi urutan pengerjaan kegiatan konstruksi, urutan ketergantungan antar aktivitas, dan penentuan waktu pesimis dan optimis. Data sekunder berupa data durasi dan data biaya. Pengolahan Data Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan pembuatan diagram network proyek kemudian dilakukan perhitungan dengan metode CPM dan PERT untuk mendapatkan jadwal tercepat. Analisa Analisa data dilakukan dengan membandingkan jadwal CPM dan PERT, dari kedua metode tersebut dipilih satu jadwal yang menghasilkan waktu penyelesaian tercepat kemudian dilakukan crashing pada jalur kritisnya sehingga dapat dilakukan perbandingan antara jadwal Bar Chart dan Network Diagram. Simpulan & Saran Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data maka diberikan kesimpulan dan saransaran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam menentukan metode penjadwalan yang lebih optimal, efektif dari segi waktu, dan efisien dari segi biaya. 7. PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu jadwal kegiatan, urutan ketergantungan aktivitas, durasi, serta biaya yang dibutuhkan. Keseluruhan data diperoleh dari master schedule pengerjaan proyek yang berupa Bar Chart, wawancara 7

dengan manajer proyek dan estimasi biaya proyek dapat dilihat pada tabel. Tabel. Struktur Kegiatan, Durasi dan Biaya Aktivitas Hari Rp. Durasi Biaya No Predecessor A - 7 30,09,000 2 B - 7 9,440,000 3 C - 33 4,856,000 4 D A 57 245,024,000 5 E A 8 34,390,000 6 F E 27 545,930,000 7 G B 20 6,84,000 8 H B 22 29,666,000 9 I B 36 48,545,000 0 J B 7 22,924,000 K C 78 335,296,000 2 L C 59 253,62,000 3 M E 8 34,390,000 4 N F,G 29 24,662,000 5 O N 29 24,662,000 6 P F,G 64 275,5,000 7 Q L 7 30,09,000 8 R L 7 30,09,000 9 S D 2 90,272,000 20 T M 3 33,259,000 2 U L 47,286,000 22 V L 4 8,879,000 23 W Q,R,U,349,000 24 X S,T 66 283,72,000 25 Y S,T 4,299,000 26 Z H,I,J 49 66,074,000 27 AA K 36 54,752,000 28 BB X 66 283,72,000 29 CC X 66 283,72,000 30 DD Z,AA 2 8,598,000 3 EE Z,AA 56 240,725,000 32 FF Z,AA 63 270,86,000 33 GG Z,AA 85 4,69,000 34 HH Y 7 305,205,000 35 II P,O 65 279,43,000 36 JJ Z 2 520,22,000 37 KK Z 5 64,480,000 38 LL KK 8 34,390,000 39 MM DD 8 34,390,000 40 NN DD 4,299,000 4 OO EE 36 48,545,000 42 PP V,W 99 33,497,000 43 QQ LL,MM 7 30,09,000 44 RR NN 5 64,480,000 45 SS BB,CC HH,II,JJ 4,299,000 46 TT KK 50 24,933,000 47 UU QQ,RR 50 24,933,000 48 VV FF,GG,OO,PP 22 29,660,000 49 WW C 28 937,08,000 TOTAL 38 7,399,57,000 Sumber : Data Proyek PT. TKS Pengolahan Data Seluruh data yang telah di peroleh digunakan untuk membuat jaringan kerja yang menggambarkan rangkaian kegiatan konstruksi mulai dari preparation sampai commisioning. Pembuatan jaringan kerja menggunakan metode CPM dan PERT untuk mengetahui total durasi dari masingmasing metode yang digunakan. Perhitungan CPM Perhitungan waktu penyelesaian menggunakan metode CPM dilakukan dengan hitung maju dan hitung mundur seperti yang pada jaringan gambar 5. Gambar 5. Jaringan CPM Penyelesaian Top Coat Booth Expansion menggunakan metode CPM diselesaikan dalam waktu 272 hari waktu normal dengan 6 aktivitas kritis yaitu aktivitas A-E-F-P-II-SS. Hasil perhitungan metode CPM dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Perhitungan CPM Aktivitarasi itis Du- Kr ES EF LS LF FF TF A 7 0 7 0 7 0 0 Y B 7 0 7 0 22 0 5 T C 33 0 33 0 44 0 T D 57 7 64 7 8 0 54 T E 8 7 5 7 5 0 0 Y F 27 5 42 5 42 0 0 Y G 20 7 42 22 42 5 5 T H 22 7 29 22 0 0 72 T I 36 7 43 22 0 0 58 T J 7 7 24 22 0 0 77 T K 78 33 44 22 0 T L 59 33 92 44 37 0 45 T M 8 5 23 5 08 0 85 T N 29 42 7 42 77 0 6 T O 29 7 206 77 206 6 6 T P 64 42 206 42 206 0 0 Y Q 7 92 99 37 50 0 5 T R 7 92 99 37 50 0 5 T S 2 64 85 8 39 0 54 T T 3 23 85 08 39 3 85 T U 92 03 37 50 0 47 T V 4 92 06 37 5 0 45 T W 03 06 50 5 2 47 T X 66 85 5 39 205 0 54 T Y 85 86 39 200 0 4 T Z 49 43 92 0 50 0 58 T AA 36 47 22 58 0 T BB 66 5 27 205 27 0 54 T CC 66 5 27 205 27 0 54 T DD 2 47 49 58 206 0 57 T EE 56 47 203 58 24 0 T FF 63 47 20 58 250 0 40 T GG 85 47 232 58 250 0 8 T HH 7 86 27 200 27 4 4 T II 65 206 27 206 27 0 0 Y JJ 2 92 27 50 27 58 58 T KK 5 92 07 50 207 0 00 T LL 8 57 207 25 42 00 T MM 8 49 57 206 25 0 58 T NN 49 50 206 207 0 57 T OO 36 203 239 24 250 0 T PP 99 06 239 5 250 34 45 T QQ 7 57 65 25 222 58 T RR 5 50 65 207 222 0 57 T SS 27 272 27 272 0 0 Y TT 50 07 272 207 272 5 5 T UU 50 65 272 222 272 57 57 T VV 22 239 272 250 272 T WW 28 33 272 44 272 2 2 T 8

Perhitungan PERT Dalam penentuan waktu metode PERT menggunakan 3 angka durasi yaitu, waktu optimis (To), waktu yang sering terjadi (Tm), dan waktu pesimis (Tp). Kemudian dihitung waktu yang diharapkan (Te), variansi (V), dan standar deviasi (S) seperti dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Perkiraan Waktu dan Perhitungan Te, V, dan S Aktivitas To Tm Tp Te V S A 5 7 9 7 0,44 0,67 B 4 7 0 7,00,00 C 25 33 37 32 4,00 2,00 D 48 57 75 59 20,25 4,50 E 7 8 0 8 0,25 0,50 F 23 27 53 3 25,00 5,00 G 06 20 55 24 66,69 8,7 H 5 22 25 2 2,78,67 I 4 36 50 35 36,00 6,00 J 8 7 22 6 5,44 2,33 K 72 78 0 8 23,36 4,83 L 54 59 74 6, 3,33 M 6 8 8 0,69 0,83 N 22 29 32 28 2,78,67 O 23 29 3 28,78,33 P 6 64 76 66 6,25 2,50 Q 4 7 0 7,00,00 R 6 7 8 7 0, 0,33 S 4 2 24 20 2,78,67 T 25 3 33 30,78,33 U 0 3 0,25 0,50 V 3 4 6 4 0,25 0,50 W 2 0,03 0,7 X 62 66 80 68 9,00 3,00 Y 2 0,03 0,7 Z 42 49 65 5 4,69 3,83 AA 29 36 39 35 2,78,67 BB 63 66 78 68 6,25 2,50 CC 64 66 79 68 6,25 2,50 DD 2 3 2 0, 0,33 EE 50 56 7 58 2,25 3,50 FF 59 63 76 65 8,03 2,83 GG 80 85 05 88 7,36 4,7 HH 59 7 73 69 5,44 2,33 II 63 65 79 67 7, 2,67 JJ 7 2 46 25 23,36 4,83 KK 3 5 8 5 0,69 0,83 LL 7 8 0 8 0,25 0,50 MM 6 8 9 8 0,25 0,50 NN 2 0,03 0,7 OO 28 36 40 35 4,00 2,00 PP 95 99 8 02 4,69 3,83 QQ 6 7 9 7 0,25 0,50 RR 3 5 7 5 0,44 0,67 SS 2 0,03 0,7 TT 45 50 64 52 0,03 3,7 UU 44 50 65 52 2,25 3,50 VV 5 22 25 2 2,78,67 WW 90 28 290 225 277,78 6,67 Sumber : Data Proyek PT. TKS dan Data Pengolahan Dalam perhitungan waktu penyelesaian menggunakan metode PERT, dapat diketahui kemungkinan/probabilitas waktu penyelesaian kegiatan konstruksi Top Coat Booth Expansion yaitu dengan cara menggunakan rumus deviasi (z). Dari perhitungan PERT diketahui aktivitas kritis yaitu A-E-F-P-II-SS. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut: Te kritis = 280 hari TD = 272 hari (Asumsi penyelesaian CPM) Z = -,28 0,003 Probabilitas = 0,003 = 0,89 Berdasarkan perhitungan di atas probabilitas sekitar 89% dari total area dibawah kurva normal. Hal ini berarti, bahwa kemungkinan kegiatan konstuksi dapat selesai tepat waktu cukup tinggi. Perhitungan waktu penyelesaian menggunakan metode PERT dilakukan dengan hitung maju dan hitung mundur seperti yang digambarkan pada jaringan gambar 6. Gambar 6. Jaringan PERT Penyelesaian Top Coat Booth Expansion menggunakan metode PERT diselesaikan dalam waktu 280 hari waktu normal dengan 6 aktivitas kritis yaitu aktivitas A-E-F-P-II-SS. Hasil perhitungan metode PERT dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan PERT Aktivitas Te TEi TEj TLi TLj FS TS Kritis A 7 0 7 0 7 0 0 Y B 7 0 7 0 22 0 5 T C 32 0 32 0 50 0 8 T D 59 7 66 7 23 0 57 T E 8 7 5 7 5 0 0 Y F 3 5 46 5 46 0 0 Y G 24 7 46 22 46 5 5 T H 2 7 28 22 03 0 75 T I 35 7 42 22 03 0 6 T J 6 7 23 22 03 0 80 T K 8 32 3 50 3 0 8 T L 6 32 93 50 43 0 50 T M 8 5 23 5 3 0 90 T N 28 46 74 46 84 0 0 T O 28 74 22 84 22 0 0 T P 66 46 22 46 22 0 0 Y Q 7 93 00 43 56 0 56 T R 7 93 00 43 56 0 56 T S 20 66 86 23 43 0 57 T T 30 23 86 3 43 33 90 T U 93 04 43 56 0 52 T V 4 93 07 43 57 0 50 T W 04 07 56 57 2 52 T X 68 86 54 43 2 0 57 T Y 86 87 43 20 0 23 T Z 5 42 93 03 54 0 6 T AA 35 3 48 3 66 0 8 T BB 68 54 222 2 279 0 57 T CC 68 54 222 2 279 0 57 T DD 2 48 50 66 22 0 62 T EE 58 48 206 66 224 0 8 T FF 65 48 23 66 259 0 46 T GG 88 48 236 66 259 0 23 T HH 69 87 279 20 279 23 23 T II 67 22 279 22 279 0 0 Y JJ 25 93 279 54 279 6 6 T KK 5 93 08 54 23 0 05 T LL 8 08 58 23 22 42 05 T MM 8 50 58 22 22 0 63 T NN 50 5 22 23 0 62 T OO 35 206 24 224 259 0 8 T 9

PP 02 07 24 57 259 32 50 T QQ 7 58 66 22 228 63 T RR 5 5 66 23 228 0 62 T SS 279 280 279 280 0 0 Y TT 52 08 280 23 280 20 20 T UU 52 66 280 228 280 62 62 T VV 2 24 280 259 280 8 8 T WW 225 32 280 50 280 23 23 T 8. Analisa Hasil Hasil pengolahan data pada pembahasan sebelumnya dapat dibandingkan penjadwalan menggunakan metode CPM dan PERT memiliki jalur kritis yang sama yaitu serangkaian aktivitas A-E- F-P-II-SS. Total durasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian konstruksi dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Grafik Metode Terhadap Durasi Teknik perhitungan metode CPM lebih cepat 8 hari dibanding dengan teknik perhitungan metode PERT, hal ini dikarenakan metode CPM memiliki satu angka estimasi durasi yang pasti, sedangkan metode PERT memiliki tiga angka estimasi durasi yang merupakan perkiraan. Dengan asumsi serangkaian aktivitas yang termasuk ke dalam jalur kritis dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (waktu normal), maka untuk tahap mempercepat penjadwalan digunakan hasil perhitungan dengan menggunakan metode CPM karena memiliki total durasi paling cepat. Crashing Program Tujuan utama dilakukan crashing adalah untuk mempersingkat waktu penyelesaian kegiatan konstruksi Top Coat Booth Expansion dengan biaya yang minimal. Oleh karena itu kegiatan crashing hanya dilakukan pada serangkaian aktivitas yang terdapat pada jalur kritis. Bedasarkan hasil penyelesaian kegiatan menggunakan metode CPM terdapat 6 aktivitas kritis yaitu aktivitas A-E-F-P-II-SS, pada aktivitas S tidak dapat dilakukan crashing karena durasi yang ada tersebut merupakan durasi yang paling optimal. Perhitungan crashing program dilakukan dengan cara mengurangi waktu penyelesian kegiatan konstruksi dengan menekan sebanyak mungkin aktivitasaltivitas kritis yang mempunyai slope terkecil seperti pada tabel diba5. Acti vity Tabel 5. Hasil Perhitungan PERT Dn Dc Cn Cc Slope Hari Hari Rp. Rp. A 7 5 30.09.000 37.689.000 3.799.000 E 8 7 34.390.000 38.289.000 3.899.000 P 64 6 275.5.000 287.622.000 4.69.000 F 27 23 545.930.000 563.25.000 4.298.750 II 65 63 279.43.000 288.2.000 4.399.000 Tahap percepatan dari setiap aktivitas dilakukan dengan cara mencari batas penekanannya (Compession Limit). Compresion Limit tersebut merupakan banyaknya pengurangan durasi yang diizinkan untuk aktivitas yang dilakukan percepatan. Compresion Limit ditentukan dari hasil pemilihan dari batas percepatan (Crash Limit - CL) masing-masing aktivitas dan FF minimum dari network sebelumnya. Hasil perhitungan percepatan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Perhitungan Percepatan Durasi C Akt CL FF Comp Total Biaya N C Normal 272 A 2 2 A 3 E 4 P 3 5 P 2 6 P 7 F 4 8 F 3 9 F 2 0 F II 2 2 II VV 7 7.399.57.000 27 7.403.36.000 270 7.407.5.000 269 7.4.04.000 268 7.45.83.000 267 7.49.352.000 266 7.423.52.000 265 7.427.89.750 264 7.432.8.500 263 7.436.47.250 262 7.440.76.000 26 7.445.5.000 260 7.450.860.000 Penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dengan menganalisis jalur kritis A-E-F-P-II-SS dapat dipercepat sebanyak 2 kali dengan jalur kritis tetap dari percepatan ke- sampai ke-0. Pada percepatan ke- terdapat penambahan jalur kritis yaitu pada aktivitas C-K-AA-EE-OO- VV. Munculnya dua jalur kritis ini menunjukkan bahwa untuk mengurangi waktu penyelesaian konstruksi, pengurangan harus dilakukan terhadap kedua jalur kritis itu secara bersamaan. Sehingga pada jalur kritis ke-2 dipilih slope terkecil untuk dilakukan percepatan. Maka pada percepatan ke-2 dilakukan 2 percepatan sekaligus 0

untuk jalur kritis yang berbeda. Karena seluruh aktivitas kritis pada jalur kritis ke- (A-E-F-P-II-SS) telah mencapai crash timenya, maka tidak mungkin lagi dilakukan pengurangan terhadap waktu penyelesaian konstruksi ini, sehingga perhitungan selesai. Crashing program dilakukan sebanyak 2 kali percepatan dari penyelesian waktu normal selama 272 hari menjadi 260 hari, sehingga meningkatkan biaya sebanyak Rp. 5.343.000 dari total biaya normal Rp. 7.399.57.000 menjadi total biaya percepatan Rp. 7.450.860.000 seperti yang digambarkan pada gambar 8. Gambar 8. Grafik Hubungan Durasi Terhadap Biaya Perbandingan Bar Chart dan Network Analysis Perbandingan waktu dan biaya waktu normal dengan menggunakan metode Bar Chart dan waktu dipercepat dengan menggunakan metode Network Analysis dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 7. Perbandingan Waktu dan Biaya Waktu Normal dan Dipercepat Normal Percepatan Uraian (Bar Chart) (Network) Selisih Waktu 38 hari 260 hari 58 hari Biaya Rp. 7.399.57.000 Rp. 7.450.860.000 Rp. 5.343.000 Berdasarkan tabel 5.4 total waktu penyelesaian kegiatan secara keseluruhan dapat dipersingkat 58 hari dengan kenaikan biaya Rp. 5.343.000. Perbandingan produktivitas penyelesaian konstruksi: Output : Durasi dan Input : Biaya Produktivitas : Output/Input Berdasarkan perbandingan tersebut, kenaikan biaya 0,7% dari biaya normal masih dalam batas wajar, karena meskipun biaya naik tapi menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibanding penyelesaian secara normal. 9. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian, maka didapatkan beberapa kesimpulan :. Durasi penyelesaian konstruksi Top Coat Booth Expansion dengan perhitungan menggunakan metode CPM yaitu selama 272 hari, dan dengan perhitungan menggunakan metode PERT yaitu selama 280 hari. Durasi tersebut merupakan waktu normal penyelesaian kegiatan. 2. Penjadwalan terpilih yaitu dengan metode perhitungan CPM karena memiliki total durasi lebih cepat dibanding PERT. Berdasarkan jaringan kerja CPM tersebut dilakukan percepatan pada jalur kritisnya dari total penyelesaian 272 hari menjadi 260 hari dengan kenaikan biaya Rp. 5.343.000 sehingga total biaya percepatan menjadi Rp. 7.450.860.000. 3. Perbandingan penjadwalan secara normal yaitu dengan menggunakan metode Barr Chart kegiatan konstruksi dapat diselesaikan selama 38 hari, sedangkan dengan menggunakan metode Analisis Jaringan Kerja dan dilakukan percepatan pada jalur kritisnya dapat diselesaikan 58 hari lebih cepat menjadi 260 hari dengan kenaikan biaya 0,7% dari biaya normal (Rp. 7.399.57.000) Saran Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan saran berikut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, antara lain:. Untuk menager proyek, penentuan/perkiraan waktu penjadwalan harus lebih diperhatikan lagi dari setiap aktivitas kegiatan proyek agar diperoleh waktu penyelesaian yang paling optimal. 2. Perencanaan awal dalam teknik penentuan jadwal harus lebih matang agar mempermudah pada saat tahap implementasi jadwal di lapangan. 3. Penggunaan metode Analisis Jaringan Kerja dalam keberlangsungan suatu proyek dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan jadwal sehingga dapat mempermudah kegiatan pengawasan terhadap jalannya proyek untuk mengetahui apakah ada keterlambatan/tidak dan melakukan sebuah action apabila terjadi

keterlambatan untuk mengejar keterlambatan tersebut. 4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan mencoba teknik perhitungan lain dari Metode Analisis Jaringan Kerja, misalnya metode Preceden Diagram Methode - PDM sehingga dapat lebih dipahami perbandingan, kelebihan dan kekurangan dari setiap metode. O Brien, James. J., 984, CPM in Construction Management (3 rd Edition), NC Graw-Hill, Newyork. Prawiroharjono, S., 985, Dasar-dasar Evaluasi Proyek, Andi, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Adeleke, R.A., et al, 20, Aplication of Network Analisys to Project Management, The Pacific Journal of Science and Technology, Vol. 2, No.. Badri, S., 997, Dasar-dasar Network Planing, Rika Cipta, Jakarta. Dimyati, Tjutju T., dan Ahmad Dimyati, 200, Operation Research Modelmodel Pengabilan Keputusan (Edisi 2), Sinar Baru Algensindo, Bandung. Ervianto, Wulfram I., 2005,Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi), Andi, Yogyakarta. Frederika, Ariany, 200, Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek Konstruksi, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Universitas Udayana Denpasar, Vol. 4, No. 2. Handoko, T.H., 999, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi (Edisi Pertama), BPFE, Yogyakarta. Heizer, Jay, dan Barry Render, 2009, Manajemen Operasi (Edisi 9), Salemba Empat, Jakarta. Husein, Abar, 2009, Manajemen Proyek, Andi Offset, Yogyakarta. Muhtadi, Adhi, 2009, Manajemen Proyek Berbasis Efisiensi Waktu Pelaksanaan Pembangunan Gedung Polres kabupaten Probolinggo, Jurnal Neutron, Vol. 9, No. 2. 2