BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko kesehatan masyarakat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi Merapi dengan menggunakan variabel dan parameter yang ditetapkan pada Pedoman Penyusunan Peta Geomedik Tahun 2005, Kementerian Kesehatan RI. Tingkat risiko kesehatan ditentukan dari identifikasi ancaman, kapasitas dan kerentanan. Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1) Hasil identifikasi ancaman menunjukkan bahwa seluruh wilayah penelitian mengalami gangguan kesehatan akibat erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010. Terdapat 2 kelompok tingkat ancaman di wilayah penelitian, yaitu tingkat sedang dan tinggi. Sebanyak 14 dusun (23%) termasuk kategori ancaman sedang, sedangkan dusun yang lain tergolong ancaman tinggi. Upaya pengurangan risiko dengan relokasi masyarakat dari area terdampak langsung (ATL) terkendala resistensi dari masyarakat sendiri. 2) Hasil identifikasi kapasitas menunjukkan bahwa seluruh dusun di wilayah penelitian memiliki kapasitas sedang, berdasarkan variabel jumlah SDM, sarana prasarana, focal point dan pendidikan-pelatihan kebencanaan. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kapasitas terutama adalah 113
114 penambahan alokasi SDM kesehatan berdasarkan standar Visi Indonesia Sehat 2015. 3) Tingkat kerentanan diidentifikasi dari beberapa komponen variabel, yaitu kepadatan penduduk, rasio kelompok rentan dan rasio kemiskinan. Hasil analisis menunjukkan 42% wilayah penelitian tergolong sangat rentan dan 58% lainnya tergolong sedang dan rendah. Kemiskinan diberi bobot terbesar dalam penilaian kerentanan karena kondisi ekonomi masyarakat menentukan daya lenting masyarakat terhadap bencana. 4) Hasil analisis risiko berdasarkan tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas kesehatan menunjukkan bahwa terdapat 3 variasi tingkat risiko di wilayah penelitian, yaitu rendah, sedang hingga tinggi. Hanya terdapat 1 dusun yang memiliki tingkat risiko rendah, yaitu Dusun Pentingsari, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan. 15 dusun lainnya memiliki tingkat risiko sedang dan 57 dusun sisanya berisiko tinggi. Dusun pentingsari memiliki risiko rendah karena secara geografis berada di lokasi dengan ancaman sedang, tingkat kerentanan rendah dan kapasitas yang cukup baik. 5) Pemetaan geomedik dengan analisis ancaman, kerentanan dan kapasitas kesehatan penting dilakukan sebagai upaya preventif untuk mengurangi potensi risiko kesehatan masyarakat di Kawasan Rawan Bencana erupsi Merapi. Hasil analisis risiko selanjutnya dapat dijadikan rujukan bagi pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan bencana mulai fase prabencana.
115 5.2 Rekomendasi Beberapa rekomendasi untuk instansi-instansi terkait upaya pengurangan risiko bencana erupsi Gunungapi Merapi khususnya di bidang kesehatan, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, adalah sebagai berikut: 5.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman 1) Pemetaan geomedik perlu diterapkan pada pelaksana pelayanan kesehatan pada setiap level (Poskesdes, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan) karena penting untuk memetakan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat, sehingga risiko kesehatan (hingga kematian) dapat dikurangi. 2) Metode pemetaan yang lebih praktis, seperti dalam penelitian ini perlu dipertimbangkan untuk revisi buku Pedoman Penyusunan Peta Geomedik, agar lebih mudah dipahami dan diterapkan pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat di berbagai tingkat administrasi pemerintahan. 3) Untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, pelatihan terkait pemetaan geomedik perlu dilaksanakan untuk staf pelayanan kesehatan, mulai Poskesdes, Puskesmas hingga Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sebagai dasar penyusunan upaya pengurangan risiko kesehatan masyarakat akibat bencana. 4) Dokumentasi arsip catatan kejadian penyakit pada masa tanggap darurat perlu diperbaiki untuk memudahkan investigasi/penelitian kesehatan masyarakat di masa mendatang.
116 5) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk rekomendasi penambahan SDM kesehatan di kawasan rawan bencana terutama di wilayah penelitian. 6) Untuk menjawab permasalahan terkait sarana dan prasarana kesehatan yang kurang adekuat, perbaikan sarana dan prasarana kesehatan perlu menjadi perhatian, seperti peningkatan fasilitas pelayanan kedaruratan di Puskesmas Pembantu atau di Poskesdes. 7) Untuk meningkatkan mutu SDM terutama dalam hal manajemen kedaruratan kesehatan perlu dipertimbangkan adanya pembiayaan pelatihan-pelatihan manajemen kedaruratan untuk tenaga kesehatan di wilayah penelitian. 8) Pelatihan manajemen kedaruratan yang mendasar, seperti P3K dasar perlu juga dibekalkan pada masyarakat atau kader kesehatan di desa untuk meningkatkan kapasitas mereka menghadapi situasi darurat. 5.2.2 BPBD dan SKPD Lain yang Terkait Program Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Merapi d Kabupaten Sleman 1) Perlu dilakukan koordinasi terkait sistem pemeliharaan barak pengungsian pada kondisi normal dengan masyarakat terutama yang nantinya dievakuasi di barak tersebut, agar siap digunakan jika kondisi darurat terjadi.
117 2) Perlu dilakukan pendekatan yang lebih intensif dengan masyarakat yang masih enggan direlokasi dari Area Terdampak Langsung (ATL) di Desa Glagaharjo, Cangkringan. Selain upaya insentif yaitu dengan menyediakan hunian tetap, dapat dilakukan upaya disintensif yang lebih tegas, seperti pemberlakuan denda atau sanksi sejenis untuk mengurangi risiko krisis kesehatan masyarakat. 3) Jika terjadi situasi darurat (erupsi Merapi), perlu diprioritaskan alokasi alat evakuasi ke Dusun Tunggularum (Desa Wonokerto) dan Dusun Ngepring (Desa Girikerto), karena berdasarkan analisis penelitian ini kedua dusun memiliki ancaman dan kerentanan yang tinggi, namun kurang didukung dengan kapasitas (khususnya alat evakuasi) yang cukup. 4) Koordinasi lintas sektor yang intensif, antara instansi pemerintah, swasta dan masyarakat perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman erupsi Merapi agar tidak melemah pada saat kondisi normal. 5) Program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, terutama pengembangan potensi selain sektor pertanian, perlu lebih ditingkatkan untuk mengurangi kerentanan (kemiskinan) masyarakat di wilayah penelitian.
118 5.2.3 Pihak Akademisi dan Peneliti Selanjutnya 1) Terdapat celah dalam penelitian ini yang dapat dijadikan peluang untuk penelitian selanjutnya. Penelitian yang dapat dikembangkan antara lain tentang kualitas kapasitas pelayanan kesehatan di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi untuk mengurangi risiko kesehatan dan penelitian tentang koordinasi lintas sektor kaitannya dalam pengurangan risiko kesehatan di KRB Merapi. 2) Penting untuk memperkaya penelitian mengenai risiko kesehatan karena Indonesia merupakan negara yang tinggi risiko bencana. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan akademis untuk pengayaan ilmu kesehatan dan kebencanaan.