FISIKA BANGUNAN 1 DESIGN STRATEGIES COOLING FOR BUILDING (SISTEM PENDINGIN BANGUNAN) TOPIK:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

BAB II LANDASAN TEORI

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB II LANDASAN TEORI

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II

Pengembangan RS Harum

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

SUHU, TEKANAN, & KELEMBABAN UDARA

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

BAB V KONSEP PERANCANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

Potensi Air Kondensat Sebagai Media Pendingin Untuk Aplikasi Modul Evaporative Cooling Terhadap Performansi AC Split 1 PK

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

Transkripsi:

FISIKA BANGUNAN 1 TOPIK: PERENCANAAN BANGUNAN YANG MENYANGKUT STRATEGI PENDINGINAN DALAM ASPEK RENCANA DENAH, POTONGAN, BENTUK, ZONING TERMAL, PEMANASAN DAN PENDINGINAN. PEMBAHASAN : DESIGN STRATEGIES COOLING FOR BUILDING (SISTEM PENDINGIN BANGUNAN) NAMA : GUSTI SALMAN ARIF NPM : 1451010032 PROGDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UPN VETERAN JAWA TIMUR TAHUN AJARAN 2015/2016

DESIGN STRATEGIES COOLING FOR BUILDING (SISTEM PENDINGIN BANGUNAN) Metode yang paling efektif untuk mengurangi penggunaan energi untuk pendinginan mekanik (AC) adalah untuk menghilangkan kebutuhan untuk itu adaptasi sebuah desain terhadap iklim setempat. Hal penting yang diperhatikan adalah : a. Iklim Iklim merupakan suatu cuaca yang berada di wilayah atau belahan dunia tertentu. Indonesia memiliki cuaca tropis sehinngga kelembapan yang berada di negara tersebut sangat tinggi. Dan memiliki tingkat panas yang lumayan tinggi. Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 C (Benyamin, 1997) Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 C 6 C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994)

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut : 1) Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan 20 x 100 % = 80 % 2) Kelembaban absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3. Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama, 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %. b. Jenis Bangunan Pengaruh terhadap bangunan yang di miliki juga berpengaruh terhadap panasnya suatu ruangan yang berada didalamnya. Luas dan ketinggian perlu sekali diperhitungkan.

Berikut ini adalah strategi-strategi desain yang dapat diterapkan guna memaksimalkan penghawaan alami, meminimalkan penggunaan pendingin mekanik (AC): 1. VENTILASI SILANG (CROSS VENTILATION) Sistem ini meletakkan bukaan pada arah yang berhadapan, sehingga terjadi pertukaran udara dari dalam keluar bangunan. Efektivitas tercapai dari ukuran bukaan (inlet-outlet), hasilnya adalah adanya peningkatan kecepatan udara dan turunnya suhu ruangan. Key Architectural Issues:

Ventilasi silang yang sukses membutuhkan sebuah bentuk bangunan yang memaksimalkan eksposur ke arah angin yang berlaku, menyediakan untuk inlet yang memadai daerah, penghalang internal yang minimal (antara inlet dan outlet), dan menyediakan untuk area outlet yang memadai. Pertimbangan peletakan bukaan memperhatikan juga sumber kebisingan. Prosedur Desain: a. Pengaturan peletakan bukaan (inlet-outlet) dalam ruangan, sumber panas terbesar dalam ruang harus didekatkan dengan outlet. b. Memperkirakan beban pendingin untuk ruangan (heat gain for space). c. Memperhatikan beban pendinginan pada tiap lantai. d. Menentukan besarnya daerah inlet, dibebaskan dari serangga, adanya pemberian shading. e. Tentukan daerah inlet sebagai persentase dari luas lantai. f. Meletakkan arah-arah inlet-outlet pada persimpangan yang tepat, sesuai dengan kecepatan pergerakan udara. g. Membandingkan kapasitas dengan kebutuhan. h. Memperbesar dan memperkecil ukuran inlet guna menyesuaikan dengan kebutuhan pendinginan dalam ruang.

2. VENTILASI PASIF (STACK VENTILATION) Sistem ini menggunakan strategi pendinginan pasif yang mengambil keuntungan stratifikasi suhu. Prinsip penting adalah : a. Udara panas akan naik keatas. b. Lingkungan-pertukaran udara. Untuk mengefektifkannya (yaitu menghasilkan aliran udara yang besar), perbedaan antara suhu udara ambien indoor dan outdoor harus setidaknya 3 F [1,7 C]. Perbedaan suhu yang lebih besar dapat menyediakan lebih sirkulasi udara yang efektif dan pendinginan.

Salah satu cara untuk mencapai perbedaan suhu lebih besar adalah untuk meningkatkan ketinggian tumpukan tumpukan-semakin tinggi, semakin besar stratifikasi vertikal suhu. Key Architectural Issues: Stack perlu menghasilkan perbedaan suhu yang besar antara udara keluar dan udara masuk. Tumpukan cenderung zona "blur" termal, mendukung ruang yang lebih rendah pada ventilasi " rantai "-dengan kata lain, memberikan pergerakan udara lebih (ventilasi) pada tingkat yang lebih rendah dari tumpukan stack.

Prosedur Desain: a. Meninggikan bangunan, diberi ventilasi pada bagian atas bangunan(2 kali puncak tertinggi bangunan). b. Menentukan ukuran bukaan stack yang tepat pada area bawah dan atas, inlet-outlet. c. Menentukan ukuran bukaan sesuaikan dengan kebuhan ruang, lihat pada grafik. 3. EVAPORATIVE COOL TOWERS

Sistem ini menggunakan asas langsung evaporatif pendinginan dan downdraft untuk pasif mendinginkan udara luar panas kering dan bersirkulasi melalui sebuah bangunan. Udara kering panas terkena air di puncak menara. Seperti air menguap ke udara di dalam menara, suhu udara turun dan isi kelembaban meningkat udara; udara lebih padat yang dihasilkan tetes menuruni menara dan keluar dari pembukaan di pangkalan. Secara teoritis udara yang muncul dari proses penguapan akan memiliki suhu bola kering sama dengan suhu wet bulb. Dalam aplikasi praktis hasil proses dalam suatu bola kering suhu yang adalah sekitar 20 sampai 40% lebih tinggi dari wet bulb (Givoni 1994). Evaporative kinerja menara adalah tergantung pada wet bulb depresi (perbedaan antara suhu bola kering dan basah udara). Semakin besar depresi wet bulb semakin besar potensi perbedaan antara suhu udara ambien di luar ruangan dan suhu dari udara dingin keluar menara. Tingkat aliran udara dari dasar menara dingin tergantung pada depresi dan wet bulb desain menara-khususnya ketinggian menara dan daerah bantalan dibasahi di puncak menara. Key Architectural Issues:

Menara evaporative bekerja efektif dengan rencana lantai terbuka yang memungkinkan pendinginan udara beredar di seluruh interior tanpa terhambat oleh dinding atau partisi. Menara dingin tidak mengandalkan angin untuk sirkulasi udara dan membutuhkan masukan energi minimal. Menara ini memang mengharuskan bahwa bantalan menguapkan akan terus disimpan basah dan meningkatkan relatif kelembaban udara ambien. Menara juga melibatkan aliran udara yang cukup besar volume- nya. Prosedur Desain : a. Membangun kondisi desain. b. Cari suhu udara keluar perkiraan untuk menentukan kelayakan. c. Menentukan tingkat aliran udara yang diperlukan. Tentukan jumlah aliran udara keluar (pada suhu bola kering meninggalkan) yang diperlukan untuk mengimbangi beban pendinginan ruang / bangunan yang masuk akal.

4. NIGHT VENTILATION OF THERMAL MASS Sistem ini mengambil keuntungan dari sifat kapasitif bahan besar untuk mempertahankan kenyamanan suhu ruang. Massa bahan suhu udara moderat, mengurangi ayunan ekstrim bolak suhu panas dan dingin. Pada siang hari, saat suhu hangat dan radiasi matahari dan beban internal yang bertindak untuk meningkatkan suhu interior, massa bangunan menyerap dan menyimpan panas. Pada malam hari, saat suhu udara luar yang dingin, udara luar disirkulasikan melalui panas bangunan.udara panas yang diserap selama siang hari dilepaskan dari massa udara dingin ke beredar melalui ruang dan luar ruangan kemudian dibuang. Siklus ini memungkinkan massa untuk melepaskan,

memperbaharui potensi untuk menyerap lebih panas hari berikutnya. Selama bulan-bulan dingin massa yang sama dapat digunakan untuk membantu memberikan udara panas secara pasif. Keberhasilan dari strategi ini sangat bergantung pada iklim setempat. Perbedaan suhu harus besar (sekitar 20 F [11 C]). Tinggi suhu siang hari (dan / atau matahari beban dan keuntungan panas internal) menghasilkan beban pendinginan. Suhu malam hari rendah dapat menyediakan panas yang tenggelam (sumber coolth). Massa termal menghubungkan dua kondisi sepanjang waktu. Key Architectural Issues: Karena strategi ini bergantung pada aliran udara luar yang luas seluruh bangunan, penataan ruang bangunan penting untuk yang kebaikan desain yang diinginkan, terutama pada ventilasi alami yang akan memberikan airflow. Prosedur Desain : a. Menentukan potensi ventilasi malam massa termal untuk diberikan lokasi. b. Memperoleh data iklim dan menghitung udara dalam ruangan serendah mungkin suhu. Cari udara musim panas desain bola tertinggi kering suhu (DBT), kisaran rata-rata suhu harian untuk lokasi proyek, dan menghitung suhu terendah DB. c. Perkiraan suhu terendah massa. d. Hitung kapasitas penyimpanan massa termal.

e. Tentukan persentase dari panas yang tersimpan yang dapat dihapus pada malam hari. f. Menentukan tingkat ventilasi yang diperlukan untuk mendinginkan termal massa termal pada malam hari. g. Bandingkan persyaratan ventilasi dengan kebutuhan desain lainnya.

5. EARTH COOLING TUBES(COOL TUBES) Sistem tabung pendingin ini digunakan untuk mendinginkan ruang dengan membawa udara luar ke dalam ruang interior melalui pipa bawah tanah atau udara tubes. Efek pendinginan tergantung pada keberadaan perbedaan suhu antara udara luar dan tanah di kedalaman tabung. Key Architectural Issues: Tabung pendinginan bumi ini perlu dibangun dari tahan lama, kuat, tahan terhadap korosi, dan efektif biaya, menggunakan bahan seperti aluminium dan plastik. Ukuran dari tabung mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a. kondisi tanah setempat, b. kelembaban tanah, c. tinggi tabung, d. faktor site sekitar. Untuk mengoptimalkan kinerja pendinginan tabung harus dikubur setidaknya 6 ft [1,8 m] dalam. Bila mungkin tabung harus ditempatkan dalam teduh lokasi.

Prosedur Desain : a. Menentukan suhu tanah pada saat musim panas. b. Decide on the desired outflow air temperature from the earth tube (TOUTFLOW).This will be the supply air temperature (which must be severaldegrees lower than room air temperature) if the earth tubeinstallation is handling the entire cooling load (not common orrecommended). If the earth tube is precooling air for an airconditioning system a higher exiting temperature would be acceptable. c. Menentukan karakteristik kelembaban tanah. d. Perkiraan beban pendinginan untuk instalasi tabung bumi. e. Tentukan panjang tabung bumi yang diperlukan.

6. EARTH SHELTERING Sistem ini meletakkan bangunan di bawah tanah, pada dasarnya adalah implementasi pasif dari prinsip tanah yang mendasari sumber pompa panas, dalam tanah menyediakan lingkungan hangat di musim dingin dan lingkungan yang dingin di musim panas, jika dibandingkan dengan atmosfer lingkungan di atas tanah. Hal yang perlu diperhatikan adalah sistem struktur, waterproofing, dan sistem insulasi pada desain.

Selain mengurangi suhu ekstrem, penutup tanah juga dapat menghasilkan waktu yang cukup lama tertinggal pengalihan suhu terendah dari pertengahan musim dingin dan ke musim semi dan tertinggi suhu keluar dari musim panas dan musim gugur. Sistem ini mampu untuk menahan api dan angin kencang. Key Architectural Issues: Mampu menghemat energi pendingin dan pemanas ruang, karena mampu menyetabilkan suhu dalam ruang, kemudian karena letak bangunan yang terselubung, maka mampu menahan adanya kebisingan dari area luar bangunan. Prosedur Desain : a. Menganalisis situs, mempertimbangkan pola-pola drainase alam, ada vegetasi, akses matahari, pola angin aliran, mikro, dan kondisi bawah permukaan. b. Pilih sistem struktural. c. Pilih strategi waterproofing yang sesuai. d. Perhitungan yang tepat, mengenai luasnya bagian bangunan yang tertutupi oleh tanah. e. Menggunakan sistem penghijauan pada dalam dan luar bangunan yang tepat.

7. ABSORPTION CHILLERS

Sistem ini tidak menggunakan energi listrik dalam jumlah berlebih, tenaga yang digunakan bisa dari air panas maupun uap panas. Air mengalir melalui proses empat tahap, yaitu penguapan, kondensasi, penguapan, penyerapan panas yang bergerak sebagai bagian integral dari lithium bromide process. Key Architectural Issues: Menara pendingin yang digunakan dengan pendingin serapan cenderung lebih besar dari yang digunakan dengan sistem kapasitas sebanding uap kompresi. Ruang eksternal untuk menara pendingin harus dipertimbangkan selama skematik desain. Sebuah kualitas sumber air, seperti danau atau baik, dapat digunakan sebagai pengganti menara sebagai penyerap untuk energi.

Prosedur Desain : a. Menentukan area mana yang akan didinginkan. b. Memperhitungkan beban pendingin yang diperlukan. c. Memperhatikan persyaratan ruang chiller. d. Memperhatikan area mekanik untuk mengadakan absorbtion chiller.