BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul- Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An Nisa (4): 100) Sesungguhnya manusia dalam proses bergerak dan berfungsi untuk mencapai sesuatu atau menuju sesuatu yang lebih baik. Berhijrah dalam artian bergerak menuju ke sesuatu yang lebih baik (Ghianovan, 2014). Sama halnya pada bayi dalam proses berjalannya, mulai dari hanya diam di tempat tidur, merangkak menuju ke tempat lain, berdiri dengan berpegangan, berdiri mandiri, hingga berjalan mandiri bahkan berlari. Dari kondisi unstabil, stabil lalu bergerak seimbang (move) yang menandakan anak telah berkembang motoriknya dan hal tersebut tak lepas dari stimulasi yang dilakukan oleh ibu (Gunadi, 2011). Motor control merupakan faktor penting dalam gerak manusia akibat dari pengaruh perkembangan dan fungsi sel-sel syaraf. Motor learning merupakan proses penyempurnaan gerakan yang berkaitan dengan bentuk latihan dan pengalaman pada setiap individu. Motor development merupakan suatu proses dari pengalaman stimulasi yang mempengaruhi kematangan syaraf. (Ma`mun dan Saputra, 2000). Pola perkembangan fisik manusia mengikuti hukum cephalocaudal dan proximodistal, artinya perkembangan fisik 1
2 individu selalu dimulai dari kepala, kemudian ke bagian tubuh di bawahnya, hingga berakhir di kaki (cephalocaudal) (Hurlock, dalam Prasetyaningrum, 2008). Pada aktivitas fisik dibutuhkan keselarasan dalam gerak fungsi tubuh sesuai dengan tahapan usia. Pada anak-anak saat berktivitas sehari-hari sering menggunakan keterampilan lokomotor yang terpelihara untuk mendukung mobilitas agar tetap optimal (Mahendra dan Yudha, 2006). Menurut Piaget perkembangan gerak berhubungan dengan proses perkembangan kognitif. Pada usia 0-2 tahun masuk dalam kategori perilaku sensomotorik, pengetahuan, dan berfikir muncul sebagai hasil suatu perilaku yg terjadi akibat gerak tubuh. Aspek perkembangan anak dapat ditumbuhkan melalui kegiatan bermain yang dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuannya serta berkembang keseimbangan mental anak. Misal ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak termotivasi untuk bergerak mengambil bola, menghindari diri dari bola atau bahkan menendang dan menangkapnya (Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & Whitheneyerr dalam As`adi,2010). Pemberian stimulasi pada anak dapat merangsang motoriknya karena adanya pergerakan fungsi tubuh dan proses pengendalian dari koordinasi dan keseimbangan yang terletak pada batang otak yang akan mempengaruhi motorik kasar pada anak seperti duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007).
3 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan Jawa Timur pada Juni 2011 terhadap masingmasing responden (20 responden) setelah diberikan permainan bola menggambarkan bahwa terdapat 12 responden (60%) mempunyai perkembangan motorik kasar normal, 5 responden (25%) advanced, dan 3 responden (15%) caution. Bahwa melalui stimulasi bermain bola dapat meningkatkan kemampuan dalam perkembangan motorik kasar anak usia 0-3 tahun (Indrawati, 2012). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh peneliti, kurangnya pengetahuan ibu terhadap pemberian stimulasi pada bayinya yang menyebabkan keterlambatan perkembangan. Hasil survei yang awal berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Kader Kesehatan daerah kelurahan Gonilan terdapat bayi usia diatas usia 1 tahun yang belum mampu berjalan secara mandiri. Oleh karena itu, orang tua atau pengasuh harus mengetahui tahap-tahap perkembangan per usia anak. Cara ini juga sangat efektif untuk mendeteksi gangguan pada anak (Hasan, 2009). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Stimulasi Bermain Bola terhadap Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu Apakah ada pengaruh pemberian stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu? C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang fisioterapi, mengenai pengaruh stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. 2. Manfaat Praktisi a. Bagi institusi, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam mengembangkan potensi terutama bidang Fisioterapi. b. Bagi peneliti, diharapkan dapat membantu untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam pemberian stimulasi terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu.
5 c. Bagi responden, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan perkembangan bayi serta dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran kepada masyarakat pentingnya stimulasi untuk perkembangan anak.