PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman bawang ini membentuk umbi. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari peranakan umbi (Rahayu dan Berlian, 1999). Tanaman bawang merah diperkirakan berasal dari Asia Tengah yaitu India dan Pakistan sampai Palestina. Beberapa literatur mencatat bahwa bawang merah berasal dari Usbekistan, Afganistan dan Iran. Tanaman bawang merah tersebar dari Eropa ke berbagai negara termasuk daerah ekuator (Pitojo, 2008). Sebelum umbi bibit bawang merah ditanam, sebaiknya dilakukan pemotongan ujung umbi sepanjang 1/3 bagian. Hubungan dengan penelitian jika umbi bibit yang akan ditanam, dipotong terlebih dahulu ujungnya satu-dua hari sebelum penanaman kira-kira 1/3-1/4 bagian dari panjang umbi keseluruhan maka pertumbuhan bibit merata (seragam), umbi cepat tumbuh dan makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil umbinya meningkat. Kelemahannya jika umbi bibit tidak dipotong ujungnya, maka pertumbuhan dan produksi tanaman terhambat serta hasil umbinya menurun. Akan tetapi hati-hati dalam memotongnya, jangan sampai tunas yang ada dalam umbi ikut terpotong.
2 Tujuan pemotongan ujung umbi bibit ini adalah agar umbi dapat tumbuh merata, untuk merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan merangsang tumbuhnya anakan. Pada kondisi seperti sekarang ini, Indonesia yang sedang dalam keadaan krisis ekonomi harus dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya alamnya sebagai salah satu jalan untuk dapat memulihkan kondisi perekonomiannya. Sebagai negara agraris sejak dahulu dan dengan potensi alam yang memadai, sebenarnya kita tidak perlu menjadi negara pengimpor bawang merah seperti sekarang (www.lablink.or.id, 2008). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian (2008), konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 2007 adalah 4,7 kg/kapita/tahun atau 0,43 kg/kapita/bulan. Estimasi permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada tahun 2007 mencapai 1.090.200 ton (konsumsi = 904.914 ton; benih dan industri = 185.286 ton), sedangkan produksi bawang merah Indonesia pada tahun 2007 adalah 832.609 ton sehingga kebutuhan akan bawang merah nasional tidak terpenuhi. Meskipun tanaman bawang merah merupakan tanaman rempah yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit, dapat digemari semua orang sebagai bumbu masakan. Sebagai bahan makanan, bawang merah juga mengandung zatzat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam setiap 100 g bawang merah mengandung : 80-85% air, 1,5% protein, 0,3% lemak dan 9,2% karbohidrat, minyak atsiri dan
3 komponen lainnya diantaranya karotein 50 IU, Thiamin 30 mg, Riboflafin 0.04 mg, Niasin 20 mg dan asam ascorbat 9 mg (Tyndall, 1983). Salah satu unsur hara yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman adalah kalium. Kalium diserap dalam bentuk ion-ion K +, kalium bersifat mobile (mudah bergerak) sehingga dapat ditranslokasikan ke jaringan meristematik yang muda jika jumlahnya terbatas. Salah satu peran kalium yaitu memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak gampang rontok (Novizan, 2005). Gejala yang tampak pertama sekali dari kekurangan K dapat dilihat pada bagian daun (Leiwakabessy, 1998). Kalium terdapat di dalam cairan sel dalam bentuk ion-ion K +, tanah ion tersebut bersifat sangat dinamis. Secara fisiologis K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan mengatur membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi. Bila kandungan unsur K tinggi maka sel-sel stomata tanaman menutup, sehingga penguapan akan berkurang atau menurun (Noggle dan Fritz, 1983). Tanaman membutuhkan unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhannya. Unsur hara tersebut sebagian telah tersedia di tanah, namun sebagian lagi harus ditambahkan dengan jalan pemupukan. Berdasarkan aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk akar dan pupuk daun.
4 Pupuk daun ini memiliki keuntungan dikarenakan selain mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur hara mikro (Agromedia Pustaka, 2007). Kelebihan pupuk organik cair adalah sebagai berikut (http://www.litbang.deptan.go.id,2010) : 1. Meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Mn, Mo, Fe, Cu, Co, dan B) untuk tanaman, 2. Memperbaiki aktivitas biologi, sifat fisik dan kesehatan, serta keseimbangan ekologi tanah, 3. Dapat mengurangi kehilangan hara yang diberikan sebagai pupuk, baik kehilangan melalui proses penguapan, pencucian, ataupun pengikatan oleh komplek padatan tanah, 4. Dapat meningkatkan efisiensi pemupukan Urea, TSP, dan KCl hingga 20%, 5. Memperbaiki kemampuan tanah dalam menyimpan air, dan 6. Dapat menekan aktivitas patogen penyebab penyakit tanam. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair.
5 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dosis pupuk Kalium dan pupuk organik cair yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh pemberian pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). 2. Ada pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). 3. Ada pengaruh interaksi antara pemberian dosis pupuk kalium dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Medan dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.