BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman jumlah penduduk pra lansia (45-59 tahun) sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Sejalan dengan definisi kesehatan menurut UU Kesehatan. RI Nomor 23 tahun 1992, menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

I KETUT SUGIARSA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. persepsi, afek, rasa terhadap diri (sense of self), motivasi, perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau pola perilaku dan psikologi klinis signifikan yang terjadi pada seorang individu dan berhubungan dengan adanya distres atau ketidakmampuan (misalnya gangguan satu atau lebih dari fungsi) atau peningkatan yang signifikan terhadap penderitaan kematian, nyeri, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan yang bermakna (Missouri Department of Mental Health, 2011). World Health Organization (2013) menyatakan bahwa bentuk yang parah dari penyakit mental adalah skizofrenia. Sksizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006). Sumber lain menyatakan skizofrenia adalah salah satu istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan kejiwaan mayor. Pada gangguan ini terjadi perubahan persepsi individu, pikiran, afek, dan perilaku. Individu yang mengalami skizofrenia, akan memiliki kombinasi unik gejala dan pengalaman mereka sendiri, pola yang akurat akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dari penderita skizofren. (The National Collaborating Centre for Mental Health, 2010). 1

2 Menurut WHO (2013), skizofrenia yang mempengaruhi sekitar 7 per seribu dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun insiden rendah yaitu sejumlah 3 per 10.000, namun prevalensinya tinggi disebabkan oleh kronisitas. Di United States, Kanada, dan Eropa Barat, perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang terkena skizofrenia adalah 1,2 : 1 dengan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. (Gale Group, 2003). Berdasarkan Riskesdas (2007) di Indonesia penderita skizofrenia mencakup 4,6 %. Khusus wilayah Yogyakarta, prevalensi angka gangguan mental parah atau skizofrenia adalah 3,8 % (Riskedas, 2007). Data yang didapatkan di RS Jiwa Grhasia, penderita gangguan jiwa yang mendapatkan perawatan rawat inap selama tahun 2012 yaitu sejumlah 1115 pasien. Puncak tertinggi berada pada bulan Oktober 2012 yaitu sejumlah 112 pasien dengan berbagai tipe skizofrenia. Jumlah pasien dengan tipe skizofrenia tidak terinci mencakup 422 pasien, skizofrenia paranoid 301 pasien, tipe residual 59 pasien dan katatonik 39 pasien. Komponen utama dari skizofrenia meliputi kesulitan dalam pengolahan emosi dan dihubungkan dengan ketidakmampuan menjalankan fungsi sosial. (Kee et al., 2003; Baslet et al., 2009; Kring & Caponigro, 2010). Pasien dengan skizofrenia mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan emosi (Kimhy et al., 2012). Emosi secara umum dilihat sebagai bentuk yang relatif singkat dari afek yang dapat bangkit ketika ada stimulus baik eksternal maupun internal terhadap individu ketika sesuatu yang penting mungkin sedang berlangsung. Emosi penting untuk fungsi sosial yang menyediakan informasi mengenai arti dari situasi sosial

3 yang mampu untuk menentukan aksi atau ekspresi yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi yang ada. (Barret et al., 2001). Emosi berasal dari sistem limbik dan menjadi terpacu ketika pusatnya teraktivasi oleh area korteks yang berhubungan. Fungsi umum dari sistem limbik adalah untuk kontrol respon autonomik-afektif, pengkondisian emosi, dan kesadaran emosi, dorongan dan kehendak, yang pada akhirnya akan menentukan konsekuensi dari ekspresi yang akan ditampilkan (Bechara, Tranel, Damasio, & Damasio, 1996). Menurut Safaria dan Saputra (2009) emosi terdiri dari dua macam yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif atau yang biasa disebut dengan afek positif meliputi tenang, santai rilek, gembira, lucu, haru, dan senang. Sedangkan emosi negatif atau afek negatif macamnya meliputi sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan lain-lain. Djohan (2006), menyatakan bahwa manusia memiliki empat komponen cairan tubuh. Vibrasi yang ditimbulkan oleh terapi musik dapat mempengaruhi keseimbangan cairan tersebut dan apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan dapat menyebabkan gangguan mental. Teori lain mengenai terapi musik mengatakan bahwa terapi musik yang akan dilakukan ditujukan untuk menstimulasi aktivitas jaringan bilateral pada otak. Beberapa penelitian telah menunjukkan keterlibatan dari sistem limbik dan struktur paralimbik cerebral selama prosesi emosional musik (Koelsch, 2005). Sirkuit emosional secara luas didistribusikan ke otak yaitu pada daerah subcortical dan cortical, musik dapat dan telah mengakses ke sistem emosional pada beberapa tingkat (Panksepp & Bernatzky, 2002).

4 Selain itu musik juga dapat membuat pendengarnya mengekspresikan emosi seperti menangis, tertawa, tersenyum, menggerakkan mata. Fungsi lain juga meliputi pengaturan emosi seperti dapat memberikan respon ekspresi sesuai dengan stimulus (Juslin & Vastfjall, 2008). Hal ini akan dapat memberikan perubahan pada afek pasien skizofrenia. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 Mei 3013 di dapatkan data bahwa terapi musik sudah dilakukan di RS Jiwa Grhasia DIY. Akan tetapi belum ada penelitian terkait terapi musik yang sudah dilaksanakan rutin tersebut. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan perawat bangsal menghasilkan data bahwa pasien di RS Jiwa Grhsia mendapatkan terapi musik tetapi hanya sekedar mendengarkan dan tidak menggunakan alat musik dan tidak bernyanyi secara bersama. Alat musik hanya dimainkan oleh pasien yang akan mengikuti lomba atau tampil dalam acara tertentu. Sedangkan menurut pasien gangguan jiwa yang telah masuk pada tahap maintainance mengatakan bahwa sangat memerlukan hiburan daripada ngelangut (ngelamun, nganggur). Berdasarkan data dan penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti terkait pengaruh intervensi terapi musik terhadap emosi negatif dan emosi positif pada pasien dengan skizofrenia di RS Jiwa Grhasia. Terapi musik akan dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat musik.

5 B. Rumusan Masalah Peneltian Dari keterangan yang tertera di latar belakang, peneliti merumuskan rumusan masalah penelitian yaitu : Apakah ada pengaruh intervensi terapi musik pada kondisi emosi negatif dan emosi positif pada pasien dengan skizofrenia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya pengaruh terapi musik terhadap emosi pada pasien dengan skizofrenia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kondisi emosi positif dan negatif pada pasien dengan skizofrenia pada kelompok kontrol. b. Mengetahui kondisi emosi positif dan negatif pada pasien dengan skizofrenia sebelum dan setelah terapi musik pada kelompok intervensi. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Untuk mengetahui adanya pengaruh terapi musik terhadap emosi pada pasien dengan skizofrenia. 2. Praktis a. Bagi Penderita Skizofrenia Meningkatkan pengolahan emosi pada pasien dengan skizofrenia.

6 b. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh terapi musik terhadap emosi pada pasien dengan skizofrenia. c. Bagi Rumah Sakit Memberikan masukan dalam pemberian pelayanan kepada pasien gangguan jiwa. E. Keaslian Penelitian 1. Hasil penelitian Peng, et al (2010) tentang Effect of Group Music Activity as an Adjunctive Therapy on Psychotic Symptoms in Patients With Acute Schizophrenia. Penelitian tersebut menggunakan rancangan randomized control trial dengan design pretest posttest, 2-group repeated measured yang dilakukan di rumah sakit pemerintah daerah Taiwan Selatan. Jumlah seluruh partisipan ada 67 pasien yang memiliki rentang usia 20-50 tahun dengan 32 pasien pada kelompok intervensi dan 35 pasien pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi diberikan terapi musik 50 menit per sesi selama 2 minggu. Kelompok kontrol mengikuti standard care yang ada. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan skizofrenia pada kelompok intervensi mengalami penurunan signifikan pada gejala negatif dan positif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : a) Jenis penelitian : randomized control trial dengan design pretest posttest, 2-group repeated measured sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan quasi experimental dengan design non equivalent

7 control group; b) Subyek dan lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di rumah sakit pemerintah daerah Taiwan Selatan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil reponden di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta; c) Outcome penelitian : pada penelitian oleh Peng et al (2010) ini menilai mengenai gejala negatif dan positif pada pasien skizofrenia sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menetapkan emosi positif dan negatif sebagai outcomenya. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : variabel independen yang digunakan pada penelitian oleh Peng (2010) adalah terapi musik pada pasien skizofrenia. 2. Penelitian berjudul Music therapy for in-patients with schizophrenia: Exploratory randomised controlled trial yang dilakukan oleh Talwar et al (2006). Penelitian tersebut menggunakan rancangan randomized control trial yang dilakukan di empat rumah sakit tengah dan pusat di London (Park Royal Centre for Mental Health, Paterson Centre, St Charles Hospital and St Clement s Hospital). Jumlah seluruh partisipan ada 81 pasien yang memiliki rentang usia 18-64 tahun (mean 37) dengan 33 (41 %) pasien pada kelompok intervensi dan 48 (59 %) pasien pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi diberikan terapi musik 45 menit per sesi selama 12 minggu. Kelompok kontrol mengikuti standard care yang ada. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan skizofrenia pada kelompok intervensi mengalami Perubahan pada skor PANSS (Positif and Negatif Syndrom Scale). Perubahan skornya secara signifikan lebih besar pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok standart care.

8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : a) Jenis penelitian : randomized control trial penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan quasi experimental dengan design non equivalent control group; b) Subyek dan lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di rumah sakit empat rumah sakit tengah dan pusat di London (Park Royal Centre for Mental Health, Paterson Centre, St Charles Hospital and St Clement s Hospital), sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil reponden di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta; c) Outcome penelitian : pada penelitian oleh Talwar et al (2006) ini menilai mengenai gejala negatif dan positif pada pasien skizofrenia sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menetapkan emosi positif dan negatif sebagai outcomenya. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : variabel independen yang digunakan pada penelitian oleh Talwar et al (2006) adalah terapi musik pada pasien skizofrenia. 3. Hasil penelitian, Rudianto (2011) tentang Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso. Penelitian tersebut menggunakan rancangan quasi experimental dengan time series, di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Jumlah seluruh partisipan ada 32 lansia yang memiliki rentang usia 60-89 tahun. Intervensi diberikan terapi musik 30-45 menit per sesi selama 4 minggu. Intervensi ini dilakukan ketika lansia akan tidur. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mengalami kenaikan signifikan pada kualitas hidup. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu :

9 a) Jenis penelitian : quasi experimental dengan time series sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan quasi experimental dengan design non equivalent control group; b) Subyek dan lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil reponden di rumah sakit jiwa Grhasia Yogyakarta; c) Outcome penelitian : pada penelitian oleh Rudianto 2011 ini menilai mengenai kualitas tidur pada lansia sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menetapkan emosi positif dan negatif sebagai outcomenya; d) Responden penelitian : Penelitian ini menggunkan lansia sebagai respoden, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan pasien dengan skizofrenia. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : variabel independen yang digunakan pada penelitian oleh Rudianto (2011) adalah terapi musik.