1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau pola perilaku dan psikologi klinis signifikan yang terjadi pada seorang individu dan berhubungan dengan adanya distres atau ketidakmampuan (misalnya gangguan satu atau lebih dari fungsi) atau peningkatan yang signifikan terhadap penderitaan kematian, nyeri, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan yang bermakna (Missouri Department of Mental Health, 2011). World Health Organization (2013) menyatakan bahwa bentuk yang parah dari penyakit mental adalah skizofrenia. Sksizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006). Sumber lain menyatakan skizofrenia adalah salah satu istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan kejiwaan mayor. Pada gangguan ini terjadi perubahan persepsi individu, pikiran, afek, dan perilaku. Individu yang mengalami skizofrenia, akan memiliki kombinasi unik gejala dan pengalaman mereka sendiri, pola yang akurat akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dari penderita skizofren. (The National Collaborating Centre for Mental Health, 2010). 1
2 Menurut WHO (2013), skizofrenia yang mempengaruhi sekitar 7 per seribu dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun insiden rendah yaitu sejumlah 3 per 10.000, namun prevalensinya tinggi disebabkan oleh kronisitas. Di United States, Kanada, dan Eropa Barat, perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang terkena skizofrenia adalah 1,2 : 1 dengan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. (Gale Group, 2003). Berdasarkan Riskesdas (2007) di Indonesia penderita skizofrenia mencakup 4,6 %. Khusus wilayah Yogyakarta, prevalensi angka gangguan mental parah atau skizofrenia adalah 3,8 % (Riskedas, 2007). Data yang didapatkan di RS Jiwa Grhasia, penderita gangguan jiwa yang mendapatkan perawatan rawat inap selama tahun 2012 yaitu sejumlah 1115 pasien. Puncak tertinggi berada pada bulan Oktober 2012 yaitu sejumlah 112 pasien dengan berbagai tipe skizofrenia. Jumlah pasien dengan tipe skizofrenia tidak terinci mencakup 422 pasien, skizofrenia paranoid 301 pasien, tipe residual 59 pasien dan katatonik 39 pasien. Komponen utama dari skizofrenia meliputi kesulitan dalam pengolahan emosi dan dihubungkan dengan ketidakmampuan menjalankan fungsi sosial. (Kee et al., 2003; Baslet et al., 2009; Kring & Caponigro, 2010). Pasien dengan skizofrenia mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan emosi (Kimhy et al., 2012). Emosi secara umum dilihat sebagai bentuk yang relatif singkat dari afek yang dapat bangkit ketika ada stimulus baik eksternal maupun internal terhadap individu ketika sesuatu yang penting mungkin sedang berlangsung. Emosi penting untuk fungsi sosial yang menyediakan informasi mengenai arti dari situasi sosial
3 yang mampu untuk menentukan aksi atau ekspresi yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi yang ada. (Barret et al., 2001). Emosi berasal dari sistem limbik dan menjadi terpacu ketika pusatnya teraktivasi oleh area korteks yang berhubungan. Fungsi umum dari sistem limbik adalah untuk kontrol respon autonomik-afektif, pengkondisian emosi, dan kesadaran emosi, dorongan dan kehendak, yang pada akhirnya akan menentukan konsekuensi dari ekspresi yang akan ditampilkan (Bechara, Tranel, Damasio, & Damasio, 1996). Menurut Safaria dan Saputra (2009) emosi terdiri dari dua macam yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif atau yang biasa disebut dengan afek positif meliputi tenang, santai rilek, gembira, lucu, haru, dan senang. Sedangkan emosi negatif atau afek negatif macamnya meliputi sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan lain-lain. Djohan (2006), menyatakan bahwa manusia memiliki empat komponen cairan tubuh. Vibrasi yang ditimbulkan oleh terapi musik dapat mempengaruhi keseimbangan cairan tersebut dan apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan dapat menyebabkan gangguan mental. Teori lain mengenai terapi musik mengatakan bahwa terapi musik yang akan dilakukan ditujukan untuk menstimulasi aktivitas jaringan bilateral pada otak. Beberapa penelitian telah menunjukkan keterlibatan dari sistem limbik dan struktur paralimbik cerebral selama prosesi emosional musik (Koelsch, 2005). Sirkuit emosional secara luas didistribusikan ke otak yaitu pada daerah subcortical dan cortical, musik dapat dan telah mengakses ke sistem emosional pada beberapa tingkat (Panksepp & Bernatzky, 2002).
4 Selain itu musik juga dapat membuat pendengarnya mengekspresikan emosi seperti menangis, tertawa, tersenyum, menggerakkan mata. Fungsi lain juga meliputi pengaturan emosi seperti dapat memberikan respon ekspresi sesuai dengan stimulus (Juslin & Vastfjall, 2008). Hal ini akan dapat memberikan perubahan pada afek pasien skizofrenia. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 Mei 3013 di dapatkan data bahwa terapi musik sudah dilakukan di RS Jiwa Grhasia DIY. Akan tetapi belum ada penelitian terkait terapi musik yang sudah dilaksanakan rutin tersebut. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan perawat bangsal menghasilkan data bahwa pasien di RS Jiwa Grhsia mendapatkan terapi musik tetapi hanya sekedar mendengarkan dan tidak menggunakan alat musik dan tidak bernyanyi secara bersama. Alat musik hanya dimainkan oleh pasien yang akan mengikuti lomba atau tampil dalam acara tertentu. Sedangkan menurut pasien gangguan jiwa yang telah masuk pada tahap maintainance mengatakan bahwa sangat memerlukan hiburan daripada ngelangut (ngelamun, nganggur). Berdasarkan data dan penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti terkait pengaruh intervensi terapi musik terhadap emosi negatif dan emosi positif pada pasien dengan skizofrenia di RS Jiwa Grhasia. Terapi musik akan dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat musik.
5 B. Rumusan Masalah Peneltian Dari keterangan yang tertera di latar belakang, peneliti merumuskan rumusan masalah penelitian yaitu : Apakah ada pengaruh intervensi terapi musik pada kondisi emosi negatif dan emosi positif pada pasien dengan skizofrenia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya pengaruh terapi musik terhadap emosi pada pasien dengan skizofrenia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kondisi emosi positif dan negatif pada pasien dengan skizofrenia pada kelompok kontrol. b. Mengetahui kondisi emosi positif dan negatif pada pasien dengan skizofrenia sebelum dan setelah terapi musik pada kelompok intervensi. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Untuk mengetahui adanya pengaruh terapi musik terhadap emosi pada pasien dengan skizofrenia. 2. Praktis a. Bagi Penderita Skizofrenia Meningkatkan pengolahan emosi pada pasien dengan skizofrenia.
6 b. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh terapi musik terhadap emosi pada pasien dengan skizofrenia. c. Bagi Rumah Sakit Memberikan masukan dalam pemberian pelayanan kepada pasien gangguan jiwa. E. Keaslian Penelitian 1. Hasil penelitian Peng, et al (2010) tentang Effect of Group Music Activity as an Adjunctive Therapy on Psychotic Symptoms in Patients With Acute Schizophrenia. Penelitian tersebut menggunakan rancangan randomized control trial dengan design pretest posttest, 2-group repeated measured yang dilakukan di rumah sakit pemerintah daerah Taiwan Selatan. Jumlah seluruh partisipan ada 67 pasien yang memiliki rentang usia 20-50 tahun dengan 32 pasien pada kelompok intervensi dan 35 pasien pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi diberikan terapi musik 50 menit per sesi selama 2 minggu. Kelompok kontrol mengikuti standard care yang ada. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan skizofrenia pada kelompok intervensi mengalami penurunan signifikan pada gejala negatif dan positif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : a) Jenis penelitian : randomized control trial dengan design pretest posttest, 2-group repeated measured sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan quasi experimental dengan design non equivalent
7 control group; b) Subyek dan lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di rumah sakit pemerintah daerah Taiwan Selatan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil reponden di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta; c) Outcome penelitian : pada penelitian oleh Peng et al (2010) ini menilai mengenai gejala negatif dan positif pada pasien skizofrenia sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menetapkan emosi positif dan negatif sebagai outcomenya. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : variabel independen yang digunakan pada penelitian oleh Peng (2010) adalah terapi musik pada pasien skizofrenia. 2. Penelitian berjudul Music therapy for in-patients with schizophrenia: Exploratory randomised controlled trial yang dilakukan oleh Talwar et al (2006). Penelitian tersebut menggunakan rancangan randomized control trial yang dilakukan di empat rumah sakit tengah dan pusat di London (Park Royal Centre for Mental Health, Paterson Centre, St Charles Hospital and St Clement s Hospital). Jumlah seluruh partisipan ada 81 pasien yang memiliki rentang usia 18-64 tahun (mean 37) dengan 33 (41 %) pasien pada kelompok intervensi dan 48 (59 %) pasien pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi diberikan terapi musik 45 menit per sesi selama 12 minggu. Kelompok kontrol mengikuti standard care yang ada. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan skizofrenia pada kelompok intervensi mengalami Perubahan pada skor PANSS (Positif and Negatif Syndrom Scale). Perubahan skornya secara signifikan lebih besar pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok standart care.
8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : a) Jenis penelitian : randomized control trial penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan quasi experimental dengan design non equivalent control group; b) Subyek dan lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di rumah sakit empat rumah sakit tengah dan pusat di London (Park Royal Centre for Mental Health, Paterson Centre, St Charles Hospital and St Clement s Hospital), sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil reponden di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta; c) Outcome penelitian : pada penelitian oleh Talwar et al (2006) ini menilai mengenai gejala negatif dan positif pada pasien skizofrenia sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menetapkan emosi positif dan negatif sebagai outcomenya. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : variabel independen yang digunakan pada penelitian oleh Talwar et al (2006) adalah terapi musik pada pasien skizofrenia. 3. Hasil penelitian, Rudianto (2011) tentang Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso. Penelitian tersebut menggunakan rancangan quasi experimental dengan time series, di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Jumlah seluruh partisipan ada 32 lansia yang memiliki rentang usia 60-89 tahun. Intervensi diberikan terapi musik 30-45 menit per sesi selama 4 minggu. Intervensi ini dilakukan ketika lansia akan tidur. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mengalami kenaikan signifikan pada kualitas hidup. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu :
9 a) Jenis penelitian : quasi experimental dengan time series sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan quasi experimental dengan design non equivalent control group; b) Subyek dan lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil reponden di rumah sakit jiwa Grhasia Yogyakarta; c) Outcome penelitian : pada penelitian oleh Rudianto 2011 ini menilai mengenai kualitas tidur pada lansia sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menetapkan emosi positif dan negatif sebagai outcomenya; d) Responden penelitian : Penelitian ini menggunkan lansia sebagai respoden, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan pasien dengan skizofrenia. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : variabel independen yang digunakan pada penelitian oleh Rudianto (2011) adalah terapi musik.