ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS ZONA KRITIS PERESAPAN AIR DENGAN PEMANFAATAN PNGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI SUB DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN

KAJIAN FOTO UDARA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KONDISI PERESAPAN AIR SUB DAS WEDI KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENDUGAAN POTENSI PERESAPAN AIR DAS WEDI KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP, Semarang. 2)

ANALISIS SPASIAL POTENSI KUANTITAS RELATIF AIR TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI GALEH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Agus Anggoro Sigit

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

Kata Kunci : Kerentanan, Banjir, Geoekosistem

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

PERKEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING SEBAGAI PENDORONG EROSI DI DAERAH ALIRAN CI KAWUNG

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

KAJIAN BIOFISIK LAHAN UNTUK PENILAIAN KERENTANAN BANJIR DI DAS BENGAWAN SOLO HULU

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberi gambaran baik mengenai potensi maupun permasalahan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TOMI YOGO WASISSO E

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

ANALISIS DAERAH RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANSBY-WILLIAMS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI BABURA PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

STUDI MENGENAI KOEFISIEN ALIRAN SEBAGAI INDIKATOR KERUSAKAN LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III TINJAUAN LOKASI

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI Agus Anggoro Sigit Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: anggoroseegee@yahoo.com ABSTRAK - Kemampuan infiltrasi menunjukkan besar kecilnya daya serap tanah terhadap air hujan yang jatuh di permukaan. Kemampuan infiltrasi yang rendah dapat menjadi bagian dari indikasi kemungkinan terjadinya bencana kekeringan di suatu wilayah. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Klaten Boyolali tepatnya di DAS Wedi yang merupakan Sub DAS Dengkeng. Tujuan penelitian ini adalah : () menentukan agihan kemampuan infiltrasi di daerah penelitian; () menganalisis agihan kemampuan infiltrasi daerah penelitian secara keruangan, terkait kemungkinan terjadinya bencana kekeringan hidrologis di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah survey, metode sampling yang digunakan adalah stratified purposive sampling, adapun metode analisis yang diterapakan adalah analisis SIG kuantitatif berjenjang. Hasil penelitian menunjukkan : () agihan kemampuan infiltrasi kecil menempati area seluas 9, km atau sekitar 8, % dengan satuan lahan BrIIIR (satuan berbatuan breksi vulkanik, lava dan tuf berkemiringan lereng %, berjenis tanah Regosol Kelabu) berada di bagian lereng tengah daerah penelitian; kemampuan infiltrasi sedang menempati area seluas sebesar 68, km (6,6 %) tersbar pada berbagai satuan lahan dan umumnya berada di bagian tengah hingga hulu; sedangkan agihan kemampuan infiltrasi besar menempati area seluas 7,6 % luas daerah penelitian atau sekitar 0,0 km. Zona kemampuan infiltrasi besar terluas ditempati oleh satuan lahan BrIRswi (satuan berbatuan breksi vulkanik, lava dan tuf, memiliki kemiringan lereng 0 8 %, berjenis tanah Regosol Kelabu). Satuan lahan yang masuk kelompok ini tersebar di wilayah bertopografi landai hingga datar di daerah penelitian yaitu dari bagian tengah hingga hilir; () wilayah yang dimungkinkan rentan terjadi bencana kekeringan hidrologis berasosiasi dengan agihan dimana kemampuan infiltrasi kecil berada, yaitu di sekitar lereng tengah dan setempatsetempat di perbukitan Bayat. Secara administrative terletak di Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Musuk bagian selatan (bawah) serta Kecamatan Karangnongko bagian utara (atas). Kata Kunci : SIG, Kemampuan Infiltrasi, Bencana Kekeringan Hidrologis PENDAHULUAN Di sebagian wilayah Kabupaten Klaten, permasalahan peresapan air diindikasikan oleh persoalan kesulitan memperoleh air bersih terutama pada musim kemarau. BAPPEDA Kabupaten Klaten (006) menyebutkan, bahwa di Kabupaten Klaten terdapat dua wilayah kecamatan yang menghadapi masalah 0

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 tentang air terutama pada musim kemarau, yaitu Kecamatan Kemalang dan Karangnongko. Kecamatan Kemalang dan Karangnongko sebagian besar wilayahnya terliput oleh sebuah sistem aliran, yaitu DAS Wedi. Karakteristik fisik lahan pada DAS Wedi cukup bervariasi, dengan luas wilayah sekitar 0.98,6 Ha atau 09,86 km. Batuan, jenis tanah, kemiringan lereng, vegetasi dan sistem pengelolaan lahan yang bervariasi di daerah penelitian dimungkinkan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peresapan air. Karakteristik fisik lahan dapat disadap melalui teknologi penginderaan jauh. Di dalam penyadapan data spasial karakteristik fisik lahan muka bumi, dewasa ini teknik penginderaan jauh telah berkembang pesat dan telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Teknologi penyadapan data karakteristik fisik lahan di permukaan bumi yang cepat dengan menggunakan teknik pengideraan jauh (dalam hal ini foto udara) akan menghasilkan output informasi secara cepat dan akurat jika ditunjang dengan teknik pengolahan data yang memadai. Dewasa ini teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang kajian kebumian, dalam rangka optimalisasi analisis dan penyajian data spasial. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik interpretasi foto udara disertai uji/kerja lapangan, kecuali untuk data sekunder. Analisis data dilakukan dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode sampling yang terapkan adalah stratified sampling (untuk kemiringan lereng dan kerapatan vegetasi); dan purposif sampling (untuk batuan, tekstur tanah, dan konservasi/pengelolaan lahan). Data primer diperoleh dari interpretasi foto udara dan kerja lapangan, sedang data sekunder diperoleh dari instansi penyedia data. Data primer meliputi : tekstur tanah, kemiringan lereng, kerapatan vegetasi, praktek pengelolaan lahan (konservasi); sedangkan data sekunder meliputi: jenis batuan serta data rerata curah hujan tahunan selama 0 tahun. Dalam penelitian ini, data-data tersebut sekaligus menjadi variabel penelitian. Klasifikasi masingmasing variabel berikut pengharktannya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Klas I II III IV V Tabel. Klasifikasi hubungan kemiringan lereng dengan infiltrasi Nilai Faktor Infiltrasi Kemiringan Lereng (%) Infiltrasi (fc) 0-8 >0,80 8-0,70-0,80-0,0-0,70-0 0,0-0,0 > 0 < 0,0 Sumber : Chow, 96 dalam Dirjen Reboisasi dan Rehabilitas Lahan, 998 0

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 Tabel. Klasifikasi hubungan jenis batuan dengan infiltrasi Laju Infiltrasi Sifat Jenis batuan Klasifikasi (m/hari) Terkonsolidasi Andesit/aliran Sangat 0-7 0- lava lambat 0- Breksi volkanik Lambat Batu pasir - 0 0 Batu gamping - 0 0 Endapan piroklastik Endapan lahar Cepat 0 06 Endapan koluvium Endapan alluvium Sumber : Gregory Wall, 97 dengan modifikasi Dulbahri, 99 Tidak terkonsolidasi Tabel. Klasifikasi hubungan tekstur tanah dengan kecepatan infiltrasi relatif. Tekstur Tanah Pasir, pasir geluhan Geluh lempung pasiran, geluh pasiran Geluh pasiran Geluh lempungan, geluh lempung debuan Lempung pasiran, lempung geluhan Lempung berat, lempung ringan, lempung, lempung debuan Sumber : Dulbahri, 99 Kecepatan Infiltrasi Cepat Sangat cepat Lambat Sangat lambat Tabel. Klasifikasi hubungan curah hujan dengan besar infiltrasi Curah Hujan Rerata Klas Potensi Infiltrasi Tahunan (mm) I < 00 Kecil II 00-00 III 00-00 Agak besar IV 00-00 Besar V >00 Sangat besar Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 998 0

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 Tabel. Klasifikasi hubungan kerapatan vegetasi dengan infiltrasi Potensi Kerapatan Vegetasi Infiltrasi Kira-kira 90 % tertutup baik oleh kayubesar kayuan atau sejenisnya Kira-kira 0 % tertutup baik oleh pepohonan dan rumputan Tanaman penutup sedikit, tidak ada Kecil tanaman pertanian dan penutup alam sedikit Tidak ada penutup efektif atau sejenis Sangat Kecil Sumber : Totok Gunawan (997) dengan modifikasi Tabel 6. Klasifikasi hubungan pengelolaan lahan dengan infiltrasi Jenis Konservasi Lahan Tingkat Infiltrasi Tidak ada konservasi atau tidak efektif Sangat rendah Guludan, guludan bersaluran, teras Rendah saluran, teras bangku kondisi buruk Teras bangku kondisi cukup Teras bangku kondisi baik Tinggi Sumber : Arsyad, 989 dengan modifikasi Klasifikasi Kemampuan Infiltrasi Kemampuan infiltrasi dalam penelitian ini diperoleh dari penggabungan harkat antara variabel jenis batuan, kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, kerapatan vegetasi dan pengelolaan lahan. Hasil penggabungan harkat keenam variabel tersebut akan diperoleh nilai harkat total terendah 6 dan tertinggi 6. Kemampuan infiltrasi dibagi ke dalam lima kelas, masing-masing adalah sangat kecil, kecil, sedang, besar dan sangat besar. Klasifikasi kemampuan infiltrasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Klasifikasi Kemampuan Infiltrasi Total Notasi Kelas Kemampuan Infiltrasi 6 9 0 7 8 6 e d c b a Sangat kecil Kecil Besar Sangat besar HASIL DAN PEMBAHASAN DAS Wedi meliput luas areal sekitar 09,86 km, mencakup wilayah kecamatan (satu masuk wilayah Kabupaten Boyolali dan sepuluh masuk Kabupaten Klaten). Hulu sungai DAS Wedi berada pada unit geomorfologi lereng atas sisi tenggara Gunungapi Merapi dan bermuara di Sungai Dengkeng. Satuan 0

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 geomorfologi DAS Wedi berasal dari dua bentukan asal, yaitu Vulkanik (Gunungapi Merapi) dan sebagian Struktural (Perbukitan Bayat). Di wilayah bagian selatan terdapat sebuah rawa, yaitu Rowo Jombor. Hasil pemetaan faktor atau variabel penentu kondisi peresapan air dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8 hingga. Tabel 8. Luas hamparan jenis batuan di daerah penelitian No Jenis Batuan Luasan (km) Breksi vulkanik, lava, tuff Batu gamping, napal Konglomerat, batu pasir Sekis, malihan 0,7 9,8,9,7 0,8 0,,8,6 09,86 00,00 Sumber : Peta Geologi Daerah Penelitian dan Analisis SIG Tabel 9. Tekstur tanah daerah penelitian berikut luas hamparan Tekstur Tanah Keterangan Luasan (km) geluh lempungan, Lambat,8, lempung pasiran geluh lempung pasiran, 8,0 7,0 geluh pasiran pasir, pasir geluhan Cepat,0 9,6 Total 09,86 00,00 Sumber : Peta Tekstur Tanah Daerah Penelitian dan Analisis SIG Tabel 0. Kemiringan lereng daerah penelitian berikut luas hamparan Kemiringan Lereng (%) Luasan (km) 0-8 6,76, 8 -,6, - 9,8 7,9-0,79,6 > 0,69, Total 09,86 00,00 Sumber : Peta Kemiringan Lereng dan Analisis SIG Tabel. Penggunaan lahan daerah penelitian berikut luas hamparan Penggunaan Lahan Luas Hamparan (Km) Belukar 0, Hutan,0 Kebun campur 0,77 Lahan kosong 0,09 Permukiman 7, Rawa,89 Sawah irigasi 6,0 Tegalan 8,8 Total Luas 09,86 Sumber : Peta Penggunaan Lahan dan Analisis SIG 0 0,, 8,6 0,08,,6,0 7, 00.00

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 Tabel. Konservasi lahan daerah penelitian berikut luas hamparan Konservasi Lahan Luasan (km) Tidak ada Buruk Cukup Baik,8,6,7 8,, 0,6,6 9,68 Total luas 09,86 00.00 Sumber : Peta Kondisi Konservasi Lahan dan Analisis SIG Tabel. Kerapatan vegetasi di daerah penelitian berikut luas hamparan Kerapatan Vegetasi Luasan (km ) Tanpa vegetasi penutup,680, Vegetasi penutup sedikit 7,, Vegetasi penutup 0 %,,66 Vegetasi penutup 90 %,68, Total luas 09,86 00.00 Sumber : Peta Kerapatan Vegetasi dan Analisis SIG Tabel. Luas hamparan wilayah curah hujan daerah penelitian Luas Hamparan Curah Hujan Rerata No Tahunan (mm) (Km) <.00 80,6 7,76.00.00,7 9,90.00.00 6,9 6, 09,86 00,00 Sumber : Peta Isohiyet Daerah Penelitian dan Analisis SIG Penyusunan Peta Satuan Lahan Satuan lahan dalam penelitian ini disusun berdasarkan hasil tumpangsusun peta-peta pokok yang meliputi peta : batuan, kemiringan lereng, dan jenis tanah. Hasil tumpangsusun dengan proses SIG menghasilkan 67 zona satuan lahan. Berikut ini adalah contoh penamaan satuan lahan dengan notasi yang mencerminkan komponen atau elemen penyusunnya (lihat Gambar ). Adapun model analisis spasial kemampuan infiltrasinya dapat dilihat pada Gambar. 06

ISBN: 978-60-6-0-0 Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 Br I R : BrIR : batuan breksi vulkanik : kemiringan lereng 0 8 % : jenis tanah regosol Pembacaan Satuan Lahan BrIR : Satuan berbatuan breksi vulkanik, berlereng 0 8 % bertanah regosol Gambar. Cara penamaan dan pembacaan satuan lahan (landunit) Batuan Lereng Tekstur Tanah Vegetasi Konservasi Hujan 6 = a 8 = b 8 = c 0 = d 6 0 = e Gambar. Model Analisis Kemampuan Infiltrasi Daerah Penelitian Kemampuan Infiltrasi Daerah Penelitian. Agihan Kemampuan Infiltrasi Daerah Penelitian Berdasarkan hasil tumpangsusun peta berikut pengolahan data atributnya, maka tingkat kemampuan infiltrasi daerah penelitian terbagi menjadi (tiga) kelas kemampuan infiltrasi dengan luas hamparan sebagaimana tersaji pada Tabel ; sedangkan agihan spasialnya tersaji pada Gambar. 07

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 Tabel. Kemampuan Infiltrasi Daerah Penelitian Luas Kelas Kemampuan Landunit Persentase No Notasi Total Infiltrasi Terliput (%) (Km) 0 d Kecil 6 9, 8, 7 c 9 68, 6,6 8 b Besar 0,0 7,6,89, Total luas 09,86 00,00 Sumber : Hasil analisis SIG Analisis dengan SIG menghasilkan (tiga) kelas kemampuan infiltrasi di daerah penelitian, yaitu : b (besar), c (sedang) dan d (kecil). a. Kemampuan Infiltrasi Kecil Total luas satuan lahan daerah penelitian yang memiliki kemampuan infiltrasi kecil adalah 9, km (8, %). Satuan lahan yang menempati wilayah paling luas dalam kelas kemampuan infiltrasi kecil adalah BrIIIR (satuan berbatuan breksi vulkanik, lava dan tuf berkemiringan lereng %, berjenis tanah Regosol Kelabu). Agihan spasial satuan-satuan lahan berkemampuan infiltrasi kecil dapat dilihat pada Gambar. b. Kemampuan Infiltrasi Sebagian besar wilayah di daerah penelitian memiliki kemampuan infiltrasi sedang, yaitu sebesar 68, km (6,6 %). Satuan-satuan lahan yang berkemampuan infiltrasi sedang tersebar mulai dari wilayah bagian tengah hingga hulu DAS Wedi pada kemiringan lereng di atas 8 %. Sebagian lainnya tersebar secara sporadis di bagian tengah hingga hilir daerah aliran sungai tersebut (lihat Gambar ). Pada umumnya satuan lahan yang memiliki kemampuan infiltrasi kelompok ini keadaan konservasi lahannya buruk. c. Kemampuan Infiltrasi Besar Agihan wilayah dengan kemampuan infiltrasi besar pada umumnya berada pada daerah dengan kemiringan lereng antara 0 8 % yang menempati sekitar 7,6 % luas daerah penelitian atau sekitar 0,0 km. Zona kemampuan infiltrasi besar terluas ditempati oleh satuan lahan BrIRswi (satuan berbatuan breksi vulkanik, lava dan tuf, memiliki kemiringan lereng 0 8 %, berjenis tanah Regosol Kelabu dengan penggunaan lahan sawah irigasi). Satuan lahan yang masuk kelompok ini tersebar di wilayah bertopografi landai hingga datar di daerah penelitian. Untuk melihat agihan satuan-satuan lahan pada kelompok ini dapat dilihat pada Gambar. 08

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 Gambar. Peta Kemampuan Infiltrasi Daerah Penelitian. Analisis Keruangan Kemampuan Infiltrasi di Daerah Penelitian a. Kemampuan Infltrasi Kecil Satuan-satuan lahan dalam kelas kemampuan ini umumnya berlereng antara % pada jenis tanah Regosol dan Komplek Litosol Mediteran. 09

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 Berdasarkan elemen penyusun satuan lahannya terlihat faktor batuan dan lereng cukup berperan atas kecilnya kemampuan infiltrasi daerah ini. Jenis batuan breksi vulkanik, lava dan tuf memiliki laju infiltrasi sangat lambat hingga lambat; kemiringan lereng % menjadikan wilayah ini sebagai media transportasi air, sehingga air tidak banyak terinfiltrasi ke dalam tanah. Adapun faktor lain yang dimungkinkan berperan dalam hal ini adalah faktor kerapatan vegetasi dan konservasi lahan. Berdasarkan analisis spasial dengan SIG sangat jelas terlihat, bahwa sebagian besar satuan-satuan lahan dengan kemampuan infiltrasi kecil berada pada zona dengan vegetasi penutup sedikit dan buruk keadaan konservasi lahannya. Adapun faktor hujan dapat dikatakan hampir tidak berpengaruh karena hampir 98 % satuan-satuan lahan dalam kelompok ini masih berada pada satu zona curah hujan yang sama, yaitu < 00 mm per tahun. b. Kemampuan Infiltrasi Persebaran wilayah dengan kemampuan infiltrasi sedang adalah daerah dengan kemiringan lereng di atas 8 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian tengah hingga bagian atas. Berdasarkan elemen satuan lahannya, agak sulit untuk mengatakan faktor manakah yang berperan kuat atas kelas kemampuan infiltrasi di sini, karena satuan-satuan lahan pada kelompok ini tersebar merata pada seluruh jenis batuan, kemiringan lereng, jenis tanah, dan zona curah hujan. Faktor kerapatan vegetasi tidak cukup berperan karena dijumpai banyak satuan lahan yang berada pada wilayah-wilayah dengan kerapatan vegetasi di atas 0 %. Satu-satunya faktor yang dimungkinkan paling kuat perannya adalah keadaan konservasi lahan. Berdasarkan analisis spasial dengan SIG jelas terlihat bahwa kelas kemampuan infiltrasi sedang mendominasi satuan-satuan lahan dengan kondisi konservasi lahan tanpa konservasi pada wilayah berlereng < 8 % dan kondisi konservasi lahan buruk pada wilayah berlereng > 8 %. c. Kemampuan Infiltrasi Besar Faktor elemen satuan lahan yang dimungkinkan cukup berperan atas kelas kemampuan infiltrasi besar wilayah ini adalah lereng dengan indikasi sebagian besar satuan lahan yang masuk kelas ini berlereng di bawah 8 %. Adapun kemampuan infiltrasi besar di daerah berkemiringan lereng 0 % dijumpai pada satuan lahan dengan penggunaan lahan kebun campur dan hutan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pengaruh kerapatan vegetasi pada kedua penggunaan lahan tersebut yang relatif rapat. Hasil analisis spasial dengan SIG mengindikasikan faktor-faktor lain yang dimungkinkan berpengaruh adalah konservasi lahan pada umumnya dalam kondisi baik dengan kerapatan vegetasi rata-rata sekitar 0 %. PENUTUP Kesimpulan. Sebagian besar daerah penelitian memiliki kemampuan infltrasi besar yang menempati wilayah sebesar 6,6 %, tersebar di bagian tengah 0

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 hingga hilir yang sebagian besar bertopografi landai hingga datar... Wilayah yang dimungkinkan rentan bencana kekeringan hidrologis di daerah penelitian bersesuaian dengan daerah yang sering mengalami kekeringan saat musim kemarau, yaitu wilayah Kecamatan Kemalang (Klaten) dan Kecamatan Musuk (Boyolali). Saran Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :. Perlu adanya upaya perbaikan perlakuan konservasi lahan seperti teraserring dan penghijauan terutama di daerah berkemampuan infiltrasi kecil dalam mengurangi kemungkinan terjadinya resiko kekeringan hidrologis. Zona-zona atau satuan-satuan lahan di daerah penelitian yang memiliki kemampuan infiltrasi sedang dan rendah dapat ditingkatkan dan diperbaiki kemampuan infiltrasinya melalui upaya peningkatan kerapatan vegetasi dan perbaikan konservasi lahan dengan tetap memperhatikan batas-batas kemungkinan tindakan itu dilakukan. REFERENSI Anonim, 998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Direktur Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Departemen Kehutanan. Asdak, C., 99. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Chow, V.T., 98. Hand Book of Applied Hydrology. New York : McGraw-Hill. International Book Company. Dulbahri, 99. Kemampuan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Kajian Agihan dan Pemetaan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Progo. Disertasi Program Doktor Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Garg, S.K., 979. Water Resources and Hydrology. New Delhi : Khana Publisher,. Gunawan, T., 99. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh untuk Menduga Debit Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS, Studi Kasus di DAS Bengawan Solo Hulu Jawa Tengah. Disertasi : Fakultas Pascasarjaa IPB. Santoso, S.J., 00. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh untuk Pendugaan Kapasitas Infiltrasi Tanah di DAS Serang Hulu Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.