BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit dalam memberikan. KARS Oleh karena itu, untuk menunjang tercapainya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengisian lembar resume dokter dalam pemenuhan standar akreditasi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan dan kenyamanan pasien serta masyarakat. Salah. kesehatan. Sehingga jika dari masing-masing unit sudah

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat in ap, rawat jalan,

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun. memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dan kedokteran gigi. Salah satu fasilitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pemberi pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai. mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 24 jam, dimana dibutuhkan sistem kerja yang bergantian(shift) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi disemua sektor kehidupan termasuk di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB V PEMBAHASAN. 19.2, dan MKI 19.3 dalam Akreditasi KARS di RSUD dr.soeselo Slawi dengan meninjau

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang menaungi tenaga medis. profesional dan terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem pengelolahan Rekam Medis yang baik dan benar. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis seta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Azwar,1996). Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal 46 dan 47. Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis pada Pasal 1, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat secara baik oleh para tenaga kesehatan yang selanjutnya akan di proses untuk dijadikan suatu informasi yang digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan pelayanannya. Penyelenggaraan rekam medis sangatlah penting sebagai acuan terdepan dalam pelayanan kesehatan dan menjadi tolok ukur kepuasaan pasien dalam menerima pelayanan yang telah diberikan. Rekam medis juga berperan penting dalam proses akreditasi rumah sakit. Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, rumah sakit wajib dilakukan akreditasi 1

berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Salah satu lembaga akreditasi yang ada di Indonesia adalah Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang mulai tahun 2012 merubah sistem dan konsep dari standar pelayanan berfokus pada provider menjadi berfokus kepada pasien dan berkesinambungan antar pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama. Standar akreditasi tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien rumah sakit, sasaran millenium development goals. Salah satu kelompok akreditasi adalah standar manajemen rumah sakit yang berisi 6 (enam) bab yang salah satunya adalah manajemen komunikasi dan informasi yang berisi 15 (lima belas) sub kelompok standarisasi yang salah satunya adalah standar MKI.13 yaitu rumah sakit menggunakan standar kode diagnosa, kode prosedur/tindakan, simbol, singkatan dan definisi yang mempunyai maksud dan tujuan untuk memfasilitasi pembanding data dan informasi di dalam maupun antar rumah sakit. Keseragaman penggunaan kode diagnosa dan kode prosedur tindakan mendukung pengumpulan dan analisis data singkatan dan simbol juga distandarisasi dan termasuk daftar yang tidak boleh digunakan. Standarisasi tersebut konsisten dengan standar lokal dan nasional yang berlaku. Dalam proses dan persiapan akreditasi diperlukan peran dari seluruh staf rumah sakit. Salah satu yang ikut berperan penting dalam persiapan akreditasi adalah staf Instalasi Rekam Medis. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada tanggal 18 September 2013 dengan melakukan 2

wawancara kepada Kepala Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta diketahui bahwa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sedang dalam proses persiapan akreditasi KARS dan mengacu pada standar akreditasi versi Joint Commision International (JCI). Peneliti memperoleh informasi bahwa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta telah menggunakan standar KARS mengenai simbol dan singkatan medis dan telah ada buku panduan mengenai penggunaan simbol dan singkatan yang telah disahkan oleh direktur rumah sakit, simbol dan singkatan medis merupakan salah satu elemen penilaian dalam standar akreditasi bab Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), sehingga dibutuhkan keseragaman penggunaan simbol dan singkatan medis agar dapat dipahami oleh tenaga kesehatan, dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti tentang penggunaan simbol dan singkatan medis terkait persiapan akreditasi KARS 2012 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis dalam berkas rekam medis terkait persiapan akreditasi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui bagaimana pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis dalam berkas rekam medis yang terstandarisasi KARS dalam persiapan akreditasi. 3

2. Tujuan khusus Berdasarkan masalah yang dikaji, tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: a. Mengetahui pemahaman staf mengenai penggunaan simbol dan singkatan medis terkait persiapan akreditasi. b. Mengetahui kepatuhan staf dalam penggunaan daftar simbol dan singkatan medis yang baku. c. Mengetahui faktor yang menghambat dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis. d. Mengetahui upaya untuk mengatasi faktor yang menghambat dalam pelaksanaan simbol dan singkatan medis. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi rumah sakit Sebagai masukan dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis,serta sebagai sarana bertukar informasi. b. Bagi peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan di bidang rekam medis serta menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya. Selain itu, dapat mengetaui peranan staf dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis. 4

2. Manfaat teoritis a. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan kajian yang berguna untuk pengembangan pendidikan dan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu rekam medis, serta dapat menjadi bahan masukan dalam proses pembelajaran di perkuliahan. b. Bagi peneliti lain Sebagai dasar maupun acuan dalam pendalaman materi. Selain itu peneliti lain bisa melanjutkan penelitian yang sudah ada. E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan peneliti, penelitian tentang Kepatuhan Penggunaan Simbol dan Singkatan Medis Dalam Berkas Rekam Medis Terkait Persiapan Akreditasi KARS di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sebelumnya sudah pernah ada penelitian yang serupa tetapi tidak mengenai simbol dan singkatan medis serta belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta : 1. Widyaningrum (2013) dengan judul Kelengkapan Pengisian Lembar Resume Dokter Terkait Persiapan Akreditasi KARS 2012 di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengisian lembar resume dokter dalam pemenuhan standar akreditasi, mengetahui penyebab ketidakterisian lembar resume dokter dan upaya yang dilakukan petugas rekam medis dan profesi terkait dalam mengatasi ketidakterisian lembar resume dokter. Hasil penelitian, persentase 5

kelengkapan lembar resume dokter dalam pemenuhan standar akreditasi adalah 57% untuk komponen identitas pasien, 24% untuk komponen bukti rekaman, 3% untuk komponen keabsahan rekaman, dan 16% untuk tatacara pencatatan, kemudian penyebab ketidakterisian lembar resume dokter adalah jumlah dokter dan kesibukan dokter, kurang sosialisasi terkait pengisian resume dokter, dan tidak adanya reward/punishment. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Widyaningrum (2013) yaitu dengan menggunakan deskriptif pendekatan kualitatif, dengan rancangan penelitian cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Widyaningrum (2013) yaitu terdapat pada tema yang diambil. Jika pada penelitian Widyaningrum (2013) menyoroti tentang kelengkapan lembar resume dokter dan persiapan dalam akreditasi KARS, maka penelitian ini lebih berfokus pada element manajemen komunikasi dan informasi ke 13 yaitu penggunaan simbol dan singkatan medis terkait akreditasi KARS. 2. Nurhayati (2013) dengan judul Kesiapan Kelengkapan Dokumen Pada Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien Dalam Akreditasi Baru 2012 di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan kelengkapan dokumen terkait rekam medis sesuai element penilaian standar akreditasi 2012 dalam kelompok standar berfokus kepada pasien di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta. Hasil penelitian, dari 6

pelaksanaan elemen penilaian yang berkaitan dengan rekam medis sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan belum dilengkapi dengan prosedur tetap maupun kebijakan sehingga menimbulkan ketidak konsistenan tugas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nurhayati (2013) yaitu sama-sama menggunakan Standar Akreditasi Departemen Kesehatan tahun 2012 sebagai acuannya. Kemudian sama-sama menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian secara cross-sectional, serta objek yang sama yaitu kesiapan instalasi rekam medis dalam menghadapi poin akreditasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nurhayati (2013) yaitu pada penelitian Nurhayati (2013) membahas seluruh bab pada kelompok standar berfokus pada pasien sedangkan pada penelitian ini lebih menitik beratkan pada penggunaan simbol dan singkatan medis pada kelompok standar manajemen rumah sakit bab manajemen komunikasi dan informasi standar ke 13. 3. Kurwanzari (2013) dengan judul Tinjauan Kesesuaian dan Ketepatan kode diagnosis pada lembar verifikasi dengan berkas rekam medis pasien jiwa Jamkesmas di Rumah Sakit Jiwa Dr. RM Soejarwadi Klaten Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengodean pada pasien penyakit jiwa rawat inap dan rawat jalan Jamkesmas, mengetahui tingkat kesesuaian dan dan keterisian diagnosisdan kode antara lembar verifikasi dan berkas rekam medis pasien jiwa jamkesmas, mengetahui tingkat ketepatan hasil 7

pengodean pasien jiwa jamkesmas, mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian dan ketidaktepatan kode diagnosis pada pasien jiwa jamkesmas dan mengetahui dampak ketidaksesuaian dan ketidaktepatan kode diagnosis. Hasil penelitian, tingkat kesesuaian dan keterisian kode dan diagnosis pada lembar verifikasi dan berkas rekam medis pada pasien rawat jalan sebesar 6% dan pada pasien rawat inap 33%, tingkat ketepatan kode kode pada lembar verifikasi rawat jalan 72,80% dan rawat inap 81,33%. Faktor penyebab ketidaksesuaian dan ketidaklengkapan kode dan diagnosis dipengaruhi oleh sumber daya manusia, kurangnya sarana prasarana, dan prosedur tetap yang ada. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kurwanzari (2013) yaitu dengan menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kurwanzari (2013) yaitu terdapat pada tujuan yang diambil. Jika pada penelitian Kurwanzari (2013) bertujuan untuk mengetahui kesesuaian diagnosis antara lembar verifikasi denga berkas rekam medis, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan staf dalam penggunaan simbol dan singkatan medis yang dilihat dari kesesuaian penggunaan simbol dan singkatan medis antara berkas rekam medis dengan buku panduan simbol dan singkatan medis yang berlaku di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dan bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis. 8