BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis seta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Azwar,1996). Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal 46 dan 47. Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis pada Pasal 1, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat secara baik oleh para tenaga kesehatan yang selanjutnya akan di proses untuk dijadikan suatu informasi yang digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan pelayanannya. Penyelenggaraan rekam medis sangatlah penting sebagai acuan terdepan dalam pelayanan kesehatan dan menjadi tolok ukur kepuasaan pasien dalam menerima pelayanan yang telah diberikan. Rekam medis juga berperan penting dalam proses akreditasi rumah sakit. Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, rumah sakit wajib dilakukan akreditasi 1
berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Salah satu lembaga akreditasi yang ada di Indonesia adalah Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang mulai tahun 2012 merubah sistem dan konsep dari standar pelayanan berfokus pada provider menjadi berfokus kepada pasien dan berkesinambungan antar pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama. Standar akreditasi tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien rumah sakit, sasaran millenium development goals. Salah satu kelompok akreditasi adalah standar manajemen rumah sakit yang berisi 6 (enam) bab yang salah satunya adalah manajemen komunikasi dan informasi yang berisi 15 (lima belas) sub kelompok standarisasi yang salah satunya adalah standar MKI.13 yaitu rumah sakit menggunakan standar kode diagnosa, kode prosedur/tindakan, simbol, singkatan dan definisi yang mempunyai maksud dan tujuan untuk memfasilitasi pembanding data dan informasi di dalam maupun antar rumah sakit. Keseragaman penggunaan kode diagnosa dan kode prosedur tindakan mendukung pengumpulan dan analisis data singkatan dan simbol juga distandarisasi dan termasuk daftar yang tidak boleh digunakan. Standarisasi tersebut konsisten dengan standar lokal dan nasional yang berlaku. Dalam proses dan persiapan akreditasi diperlukan peran dari seluruh staf rumah sakit. Salah satu yang ikut berperan penting dalam persiapan akreditasi adalah staf Instalasi Rekam Medis. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada tanggal 18 September 2013 dengan melakukan 2
wawancara kepada Kepala Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta diketahui bahwa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sedang dalam proses persiapan akreditasi KARS dan mengacu pada standar akreditasi versi Joint Commision International (JCI). Peneliti memperoleh informasi bahwa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta telah menggunakan standar KARS mengenai simbol dan singkatan medis dan telah ada buku panduan mengenai penggunaan simbol dan singkatan yang telah disahkan oleh direktur rumah sakit, simbol dan singkatan medis merupakan salah satu elemen penilaian dalam standar akreditasi bab Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), sehingga dibutuhkan keseragaman penggunaan simbol dan singkatan medis agar dapat dipahami oleh tenaga kesehatan, dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti tentang penggunaan simbol dan singkatan medis terkait persiapan akreditasi KARS 2012 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis dalam berkas rekam medis terkait persiapan akreditasi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui bagaimana pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis dalam berkas rekam medis yang terstandarisasi KARS dalam persiapan akreditasi. 3
2. Tujuan khusus Berdasarkan masalah yang dikaji, tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: a. Mengetahui pemahaman staf mengenai penggunaan simbol dan singkatan medis terkait persiapan akreditasi. b. Mengetahui kepatuhan staf dalam penggunaan daftar simbol dan singkatan medis yang baku. c. Mengetahui faktor yang menghambat dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis. d. Mengetahui upaya untuk mengatasi faktor yang menghambat dalam pelaksanaan simbol dan singkatan medis. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi rumah sakit Sebagai masukan dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis,serta sebagai sarana bertukar informasi. b. Bagi peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan di bidang rekam medis serta menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya. Selain itu, dapat mengetaui peranan staf dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis. 4
2. Manfaat teoritis a. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan kajian yang berguna untuk pengembangan pendidikan dan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu rekam medis, serta dapat menjadi bahan masukan dalam proses pembelajaran di perkuliahan. b. Bagi peneliti lain Sebagai dasar maupun acuan dalam pendalaman materi. Selain itu peneliti lain bisa melanjutkan penelitian yang sudah ada. E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan peneliti, penelitian tentang Kepatuhan Penggunaan Simbol dan Singkatan Medis Dalam Berkas Rekam Medis Terkait Persiapan Akreditasi KARS di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sebelumnya sudah pernah ada penelitian yang serupa tetapi tidak mengenai simbol dan singkatan medis serta belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta : 1. Widyaningrum (2013) dengan judul Kelengkapan Pengisian Lembar Resume Dokter Terkait Persiapan Akreditasi KARS 2012 di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengisian lembar resume dokter dalam pemenuhan standar akreditasi, mengetahui penyebab ketidakterisian lembar resume dokter dan upaya yang dilakukan petugas rekam medis dan profesi terkait dalam mengatasi ketidakterisian lembar resume dokter. Hasil penelitian, persentase 5
kelengkapan lembar resume dokter dalam pemenuhan standar akreditasi adalah 57% untuk komponen identitas pasien, 24% untuk komponen bukti rekaman, 3% untuk komponen keabsahan rekaman, dan 16% untuk tatacara pencatatan, kemudian penyebab ketidakterisian lembar resume dokter adalah jumlah dokter dan kesibukan dokter, kurang sosialisasi terkait pengisian resume dokter, dan tidak adanya reward/punishment. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Widyaningrum (2013) yaitu dengan menggunakan deskriptif pendekatan kualitatif, dengan rancangan penelitian cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Widyaningrum (2013) yaitu terdapat pada tema yang diambil. Jika pada penelitian Widyaningrum (2013) menyoroti tentang kelengkapan lembar resume dokter dan persiapan dalam akreditasi KARS, maka penelitian ini lebih berfokus pada element manajemen komunikasi dan informasi ke 13 yaitu penggunaan simbol dan singkatan medis terkait akreditasi KARS. 2. Nurhayati (2013) dengan judul Kesiapan Kelengkapan Dokumen Pada Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien Dalam Akreditasi Baru 2012 di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan kelengkapan dokumen terkait rekam medis sesuai element penilaian standar akreditasi 2012 dalam kelompok standar berfokus kepada pasien di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta. Hasil penelitian, dari 6
pelaksanaan elemen penilaian yang berkaitan dengan rekam medis sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan belum dilengkapi dengan prosedur tetap maupun kebijakan sehingga menimbulkan ketidak konsistenan tugas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nurhayati (2013) yaitu sama-sama menggunakan Standar Akreditasi Departemen Kesehatan tahun 2012 sebagai acuannya. Kemudian sama-sama menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian secara cross-sectional, serta objek yang sama yaitu kesiapan instalasi rekam medis dalam menghadapi poin akreditasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nurhayati (2013) yaitu pada penelitian Nurhayati (2013) membahas seluruh bab pada kelompok standar berfokus pada pasien sedangkan pada penelitian ini lebih menitik beratkan pada penggunaan simbol dan singkatan medis pada kelompok standar manajemen rumah sakit bab manajemen komunikasi dan informasi standar ke 13. 3. Kurwanzari (2013) dengan judul Tinjauan Kesesuaian dan Ketepatan kode diagnosis pada lembar verifikasi dengan berkas rekam medis pasien jiwa Jamkesmas di Rumah Sakit Jiwa Dr. RM Soejarwadi Klaten Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengodean pada pasien penyakit jiwa rawat inap dan rawat jalan Jamkesmas, mengetahui tingkat kesesuaian dan dan keterisian diagnosisdan kode antara lembar verifikasi dan berkas rekam medis pasien jiwa jamkesmas, mengetahui tingkat ketepatan hasil 7
pengodean pasien jiwa jamkesmas, mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian dan ketidaktepatan kode diagnosis pada pasien jiwa jamkesmas dan mengetahui dampak ketidaksesuaian dan ketidaktepatan kode diagnosis. Hasil penelitian, tingkat kesesuaian dan keterisian kode dan diagnosis pada lembar verifikasi dan berkas rekam medis pada pasien rawat jalan sebesar 6% dan pada pasien rawat inap 33%, tingkat ketepatan kode kode pada lembar verifikasi rawat jalan 72,80% dan rawat inap 81,33%. Faktor penyebab ketidaksesuaian dan ketidaklengkapan kode dan diagnosis dipengaruhi oleh sumber daya manusia, kurangnya sarana prasarana, dan prosedur tetap yang ada. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kurwanzari (2013) yaitu dengan menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kurwanzari (2013) yaitu terdapat pada tujuan yang diambil. Jika pada penelitian Kurwanzari (2013) bertujuan untuk mengetahui kesesuaian diagnosis antara lembar verifikasi denga berkas rekam medis, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan staf dalam penggunaan simbol dan singkatan medis yang dilihat dari kesesuaian penggunaan simbol dan singkatan medis antara berkas rekam medis dengan buku panduan simbol dan singkatan medis yang berlaku di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dan bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan medis. 8