3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan dari bulan Maret 2011 hingga Oktober 2011 dengan mengikuti penelitian bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan (MSPi). Pengambilan contoh dilakukan dengan interval 1 bulan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten (Gambar 2). Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004) 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kuisioner, peta, alat dokumentasi, dan ikan tembang. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data panjang total ikan tembang, produksi, biaya per trip, harga ikan, biaya operasional per trip,
15 dan daerah penangkapan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi produksi hasil tangkapan dan data upaya penangkapan ikan (trip) selama 8 tahun. 3.3. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini pengumpulan data primer diperoleh dari pengambilan contoh ikan yang dilakukan secara acak terhadap ikan tembang yang hanya tertangkap di perairan Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pengambilan ikan contoh dilakukan selama delapan bulan dengan interval waktu pengambilan satu bulan sekali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran panjang total ikan dan penentuan tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan penelitian terdahulu mengenai reproduksi ikan tembang yang nantinya akan diplotkan dalam bentuk matriks yang ditemukan ditiap bulan pengamatan. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan metode Penarikan Contoh Acak Berlapis (PCAB). Pada masing-masing gundukan ikan tembang dipilih secara acak sebanyak kurang lebih 100 ekor, dimana ikan contoh yang diambil proporsional terhadap masing-masing kelas ukuran panjang. Pengumpulan data dan informasi lain yang terkait dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada para nelayan yang menangkap ikan tembang (purposive sampling) dan pejabat pemerintah setempat dengan menggunakan kuisioner (Lampiran 1). Wawancara kepada nelayan dilakukan setiap 1 kali dalam 1 bulan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis tangkapan nelayan per trip dalam kurun waktu tertentu, rata-rata biaya operasional penangkapan per trip, jumlah trip selama 1 tahun, serta musim dan daerah penangkapan ikan tembang. Selain itu pengambilan data primer ini juga bertujuan untuk mengetahui daerah penangkapan ikan tembang serta frekuensi penangkapan dalam beberapa kurun waktu tertentu yang nantinya digunakan dalam analisis pola sebaran spasial dari ikan tembang. Data sekunder diperoleh dari Unit Pelaksanaan Teknis di PPP Labuan. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah produksi dan upaya penangkapan ikan tembang. Dari data produksi dan upaya ini akan dianalisa tangkapan per satuan upaya (TPSU) atau CPUE, dimana hasil analisis ini akan digunakan dalam
16 penentuan pola musim penangkapan ikan serta bioekonominya sehingga dapat menentukan strategi pengelolaan perikanan untuk kedepannya. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Tangkapan per satuan upaya Data tangkapan dan upaya ikan Tembang dapat dikaji dengan menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : TPSU adalah jumlah tangkapan per satuan upaya, T adalah jumlah tangkapan tahunan ikan Tembang (ton) dan U adalah jumlah upaya tahunan ikan Tembang. Selanjutnya TPSU ini disajikan dalam satuan kg, sedangkan data upaya penangkapan (effort) yaitu alat tangkap purse seine, dan gillnet yang disajikan dalam satuan trip. 3.4.2. Analisis pola sebaran penangkapan ikan Analisis pola sebaran penangkapan ikan tembang dilakukan dengan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara Analisis pola sebaran penangkapan ikan digunakan untuk mengetahui informasi mengenai daerah penangkapan ikan serta musim penangkapan ikan melalui hasil wawancara dengan nelayan setempat. Data yang diperlukan dalam menganalisis pola sebaran ini seperti arah atau posisi nelayan saat menangkapa ikan dan frekuensi trip nelayan saat berada di daerah penangkapan yang sama. Dari hasil yang diperoleh kemudian dilakukan pemetaan sehingga dapat dilihat daerah penangkapan ikan tembang yang bagus bagi kesejahteraan nelayan serta pola sebaran dari ikan tembang itu sendiri. 2. Matriks sebaran spasial dan temporal ikan Analisis pola sebaran penangkapan ikan selanjutnya dianalisis berdasarkan matriks sebaran sapsial dan temporal ikan tembang. Informasi yang digunakan dalam matriks ini diantaranya daerah atau lokasi penangkapan ikan tembang, selang kelas panjang ikan, dan tingkat kematangan gonad ikan selama penelitian.
17 Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menentukan selang kelas panjang ikan tembang jantan dan ikan tembang betina yang didapat dari pengukuran panjang total ikan contoh yang diplotkan berdasarkan bulan penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui informasi mengenai tingkat kematangan gonad (TKG) ikan yang tertangkap selama bulan penelitian. Informasi ini dapat menentukan sebaran dan waktu pemijahan ikan tembang yang dilihat berdasarkan persentase TKG 3 dan 4 tertinggi selama bulan penelitian. Dari penentuan selang kelas panjang dan TKG ikan juga dapat menentukan kapan ukuran ikan tembang mencapai matang gonad pertama kali. Hasil matriks sebaran ini dapat memberikan solusi mengenai upaya pengelolaan perikanan tembang di wilayah Selat Sunda, khususnya PPP Labuan, Banten untuk masa yang akan datang. 3.4.3. Analisis pola musim penangkapan ikan Pola musim penangkapan dianalisis dengan menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average) seperti yang dekemukakan oleh Dajan (1986) in Taeran (2007) dengan langkah sebagai berikut : a) Menyusun deret TPSU i bulan Januari 2008 hingga Desember 2011 i : 1, 2, 3,..., 108 n i : TPSU urutan ke-i b) Menyusun rata-rata bergerak TPSU selama 12 bulan (RG) Rg i : Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i TPSU i : CPUE urutan ke-i i : 1, 2, 3,..., 108 i : 7, 8, 9,..., 103 c) Menyusun rata-rata bergerak TPSU terpusat (RGP) d) Rasio rata-rata bulan (Rb)
18 Rb i : Rasio rata-rata bulan ke-i TPSU i : CPUE urutan ke-i i : 1, 2, 3,..., 103 e) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang disusun untuk setiap bulannya, dimulai dari bulan Juli. Kemudian menghitung nilai total rasio rata-rata tiap bulan, menghitung total rasio rata-rata secara keseluruhan, dan menghitung indeks musim penangkapan. 1) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RRB i ) RRB i : Rata-rata RB ij untuk bulan ke-i RB ij : Rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i x j i : 1, 2, 3,..., 12 j : 1, 2, 3,..., n 2) Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRRB) JRRB i : Jumlah rasio rata-rata bulan RRB i : Rata-rata RB ij untuk bulan ke-i (i : 1, 2, 3,..., 12) 3) Menghitung faktor koreksi : FK : Nilai faktor koreksi JRRB : Jumlah rasio rata-rata bulanan 4) Indeks musim penangkapan IMP i : Indeks musim penangkapan bulan ke-i RBB i : Rasio rata-rata untuk bulanan ke-i (i: 1, 2, 3,..., 12) Kriteria Indeks Musim Penangkapan (IMP) : IMP < 50 % : Musim paceklik IMP 50%<IMP<100% IMP>100% : Bukan musim penangkapan : Musim penangkapan
19 3.4.4. Model bioekonomi perikanan Model bioekonomi merupakan salah satu cara pendekatan yang paling mudah dan sederhana untuk mengetahui MSY,,, MEY dan open access. Pendekatan analisis bioekonomi dalam penelitian ini menggunakan model Walters- Hilbron. Model Walters-Hilbron dikenal sebagai suatu model yang berbeda dari model Schaefer. Perbedaan antara model Walters-Hilbron dengan model Schaefer adalah model Walters-Hilbron dapat memberikan dugaan masing-masing untuk parameter fungsi produksi surplus r, q, dan K dari tiga koefisien regresi (Walters dan Hilbron 1992 in Tinungki 2005). Walters-Hilbron menggambarkan persamaannya sebagai berikut :... (1) Prosedur model Walters-Hilbron adalah sebagai berikut :, jika... (2) maka diperoleh : yang menyatakan CPUE atau tangkapan per satuan upaya Persamaan dasar model surplus produksi dapat diformulasikan kembali sebagai berkut :... (3) Penyusunan kembali persamaan diatas dengan memindahkan kesisi kiri dan mengalikan persamaan dengan sehingga diperoleh persamaan model Walters-Hilbron sebagai berikut :... (4) Persamaan diatas digunakan dalam regresi linear dalam peubah tidak bebas yang merupakan laju perubahan biomassa dan peubah bebas merupakan (Walters dan Hilbron 1992 in Tinungki 2005). Secara umum bentuk persamaan regresi diatas dapat dituliskan sebagai berikut :... (5) dimana,,,,,, merupakan error dari persamaan regresi. Error ini diasumsikan mempunyai rataan nol dan ragam yang konstan, sehingga regresi OLS dapat digunakan (Fauzi 1998 in Tinungki 2005). dan