BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

ANALISIS FRASE EKSOSENTRIK DAN ENDOSENTRIK RUBRIK BERITA PUAN DALAM SURAT KABAR TRIBUNNEWS EDISI 1-20 FEBRUARI 2016 E-JOURNAL

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

Penulisan Huruf Kapital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI

FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Klasifikasi Frase Nama-Nama Menu Makanan Berbahasa Inggris di Koran Minggu Ini. Wiwiek Sundari

STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014

Oleh Septia Sugiarsih

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016 Untuk membedakan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita kriminal dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji yang berjudul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016 oleh Ria Nengsih, NIM 120388201119, Tahun 2016. Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa eksosentrik dan endosentrik pada rubik berita Puan di surat kabar Tribunnews Tanjungpinang. Pada penelitian terdahulu, menunjukan bahwa penelitian mengenai Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut mendeskripsikan frasa eksosentrik berdasarkan posisi penghubungnya, yang diperoleh dalam teks rubrik berita Puan sebagai berikut: frasa eksosentrik preposisi, frasa eksosentrik posposisi, frasa eksosentrik preposposisi. Frasa endosentrik yang diperoleh dalam rubrik berita Puan sebagai berikut: frasa endosentrik koordinatif, dan frasa endosentrik apositif. Perbedaan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan penelitian, teknik pengumpulan data, data dan 6

7 sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun tujuan penelitian sebelumnya adalah mendeskripsikan frasa eksosentrik dan endosentrik pada pada rubik berita Puan. Teknik pengumpulan data pada penelitian sebelumnya menggunakan teknik dokumentasi, pada penelitian saat ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016. Penelitian saat ini data yang digunakan berupa frasa yang terdapat pada berita kriminalitas harian Suara Merdeka edisi Desember 2016. Pada bagian pembahasan penelitian sebelumnya menganalisis frasa eksosentrik dan frasa endosentrik, sedangkan penelitian ini menganalisis frasa endosentrik saja pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2016. 2. Penelitian dengan judul Frasa Endosentris Pada Bahasa Jepang Untuk membedakan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita kriminal dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Diponegoro yang berjudul Frasa Endosentris Pada Bahasa Jepang oleh Lina Rosliana, tahun 2015. Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa endosentrik yang terdapat pada bahasa Jepang. Pada penelitian terdahulu, menunjukan bahwa penelitian mengenai Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut menguraikan hasil yang mencakup: frasa endosentrik yang terdiri dari ; 1) frasa endosentrik atributif, 2) frasa endosentrik koordinatif dan 3) frasa endosentrik apositif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang pertama yaitu terletak pada tujuan penelitian, data dan sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun

8 tujuan penelitian sebelumnya mendeskripsikan frasa endosentrik pada bahasa Jepang, sedangkan pada penelitian ini hanya menganalisis frasa endosentrik pada berita Kriminal. Data yang digunakan penelitian sebelumnya berupa frasa yang terdapat pada bahasa Jepang, sedangkan pada penelitian ini yaitu berupa berita Kriminal. Bagian hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya menganalisis frasa endosentrik pada bahasa Jepang, sedangkan penelitian ini menganalisis frasa endosentrik pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2016. 3. Penelitian dengan judul Frasa Endosentrik Bahasa Jawa Dalam Novel Duraka Karya Any Asmara Untuk membedakan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Frasa Endosentrik Bahasa Jawa Dalam Novel Duraka Karya Any Asmara oleh Vina Retnawati NIM 08205244109, Tahun 2014. Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa endosentrik bahasa Jawa dalam novel Duraka karya Any Asmara. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa penelitian mengenai Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 belum pernah dilakukan. Hal-hal yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain: Pertama, tipe-tipe konstruksi frasa endosentrik bahasa Jawa yang meliputi tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif, tipe konstruksi frasa endosentrik atributif, dan tipe konstruksi frasa endosentrik apositif. Tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif meliputi dua jenis yaitu tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif kopulatif dan tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif alternatif. Kedua, kategori frasa endosentrik yang ditemukan dalam penelitian ini ada enam

9 kategori yaitu verba, nomina, adjektiva, adverbia, numeralia, dan pronomina. Kategori frasa endosentrik yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah frasa berkategori nomina. Ketiga, hubungan makna yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain penjumlahan, pemilihan, penerang, pembatas, penentu/penunjuk, jumlah, ragam, negatif, aspek, tingkat, sebutan, dan kesamaan. Perbedaan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan penelitian, data dan sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun tujuan penelitian sebelumnya adalah mendeskripsikan tipe, kategori, dan hubungan makna antar unsur yang membentuk konstruksi frasa endosentrik bahasa Jawa yang terdapat dalam novel Duraka karya Any Asmara. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah frasa endosentrik bahasa Jawa dalam novel Duraka karya Any Asmara. Penelitian saat ini data yang digunakan berupa frasa yang terdapat pada berita kriminalitas harian Suara Merdeka edisi Desember 2016. Pada bagian pembahasan penelitian sebelumnya menganalisa frasa berdasarkan tipe, kategori, dan hubungan makna antar unsur yang membentuk konstruksi frasa endosentrik, sedangkan penelitian yang saat ini membahas frasa endosentrik berdasarkan tipe strukturnya. B. Sintaksis Sintaksis atau syntax (Ing) adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk frasa, klausa, dan kalimat, dengan satuan terkecilnya berupa bentuk bebas, yaitu kata (Sukini, 2010: 3). Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat (Verhaar, 2001: 11). Menurut Supriyadi (2014: 2)

10 Sintaksis adalah salah satu subdisiplin linguistik yang berada dalam wilayah tatabahasa. Sebagai subdisiplin dalam tata bahasa, sintaksis membahas hal-hal yang meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Menurut Khirah dan Ridwan (2014: 10) sintaksis berusaha menjelaskan hubungan fungsional antara unsur-unsur dalam satuan sintaksis yang tersusun bersama dalam wujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Menurut Arifin dan Junaiyah dalam Sukini (2010: 3) menyatakan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech), dan unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang kombinasi kata, susunan kata dalam kalimat yang tersusun dalam wujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana. C. Frasa 1. Pengertian Frasa Istilah frasa dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan istilah kelompok kata. Dengan penyamaan tersebut, terimplikasi makna bahwa frasa itu selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Dalam bahasa Indonesia, istilah frasa diserap dari kata phrase (Ingg). Istilah frasa kadang-kadang disebut pula dengan frase. Mengacu pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Sukini, 2010: 20). Frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang (Verhaar, 2001: 291). Frasa adalah gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif, dan tidak melebihi batas fungsi dalam kalimat, sehingga ia tidak berpotensi untuk menjadi kalimat seperti halnya klausa (Rosliana, 2015: 52).

11 Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. Sebuah frasa sekurangkurangnya mempunyai dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian sebuah frasa yang terdekat atau langsung membentuk frasa itu (Parera 2009: 32). Frasa tersusun atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa (Khairah dan Ridwan, 2014: 21). Menurut Chaer (2012: 222) frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Kridalaksana dalam Sukini (2010: 20) menyatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang sifatnya tidak predikatif atau nonpredikatif. Menurut Suhardi (2010:19) bahwa frasa atau frase dapat didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua kata tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satu saja berupa inti. Namun, satu hal yang perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing-masing kata yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang bersifat nonprediktif, terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi atau dapat disebut pula dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat dan tidak melebihi batas unsur klausa. 2. Ciri-Ciri Frasa Menurut Suhardi (2013: 21) mengingat antara frasa dan kata majemuk memiliki kesamaan yaitu sama-sama dibangun atas beberapa kata maka untuk dapat membedakan keduanya perlu diketahui ciri-ciri dasar yang terdapat pada frasa itu

12 sendiri. Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya telah tersirat pada beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli. Ada empat ciri-ciri frasa, yaitu (a) frasa terdiri dari dua kata atau lebih. (b) frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK). (c) frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa. (d) frasa lebih kecil daripada klausa. 3. Jenis-Jenis Frasa Klasifikasi frasa dibedakan menjadi empat yaitu frasa eksosentrik, frasa endosentrik, frasa koordinatif, dan frasa apositif (Chaer, 2012: 225). Menurut Tarigan (2009: 96) klasifikasi frasa berdasarkan tipe strukturnya dibedakan menjadi dua yaitu: frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Berdasarkan distribusi unsur-unsurnya dalam kalimat, frasa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu frasa endosentrik dan frasa endosentrik (Sukini, 2010: 21). Secara umum frasa dibedakan menjadi dua macam frasa. Ada frasa endosentris dan ada frasa eksosentris (Parera, 2009: 55). a. Frasa Eksosentrik Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014: 14). Frasa eksosentrik adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentukanya. Ahli lain mendefinisikan frasa yang tidak memiliki unsur inti. Biasanya frasa eksosentrik ini mengisi unsur keterangan dalam kalimat (Suhardi, 2013: 27). Menurut Verhaar dalam Sukini (2010: 22) Frasa eksosentrik adalah frasa adalah frasa yang berdistribusi komplementer dengan pusatnya. Contohnya frasa dari Jakarta. Frasa tersebut

13 berdistribusi dari komplementer, artinya unsur-unsurnya tidak bisa menggantikan kedudukan keseluruhan frasa tersebut. Menurut Khairah dan Sakura Ridwan (2014: 22) frasa eksosentris yaitu konstruksi frasa yang tidak berfungsi dan berdistribusi sama dengan semua unsur pembentuknya. Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014:11). Dari pendapat beberapa ahli bahasa di atas maka dapat disimpulkan bahwa frasa eksontrik adalah frasa yang tidak bisa menduduki keseluruhan frasanya dan tidak mempunyai unsur pusat (UP). b. Frasa Endosentrik Frasa endosentrik adalah frasa yang berhulu, yang berpusat, atau headed phrase yaitu frasa yang mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya, Whitehall dalam Tarigan (2009: 100). Frasa endosentris Dikatakan sebuah frasa apabila satuan konstruksi frasa itu berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya (Parera, 2009: 55). Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya (Chaer 2012: 226). Frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya, disebut frasa endosentrik (Supriyadi, 2014: 11). Frasa endosentrik adalah frasa yang berdistribusi pararel dengan salah satu atau semua unsur pembentuknya (Sukini, 2010: 22). Menurut Khairah dan Ridwan (2014: 22) frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan salah satu anggota pembentuknya disebut frasa endosentrik. Dari pendapat

14 beberapa ahli bahasa di atas maka dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik adalah frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan pembentuknya atau salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan komponen yang lain atau bisa disebut saling menggantikan. 1) Frasa Endosentrik Koordinatif Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik... baik, makin... makin, dan baik... maupun... Frasa koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya (Chaer, 2012: 228). Frasa endosentrik koordinatif atau frasa serial adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda (Tarigan, 2009: 102). Frasa endosentrik koordinatif terdiri atas unsur-unsur yang memiliki kedudukan setara. Kesetaraannya itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Supriyadi, 2014: 18) a) Frasa Koordinatif Nominal Frasa koordinatif nominal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe nominal. Frasa nominal terdiri dari kelas kata yang bertipe nomina bergabung dengan kelas kata yang bertipe nomina pula, sehingga terbentuk frasa nominal. Frasa nomina pada intinya berbentuk kata benda atau nomina. Dalam frasa nominal, yang berfungsi sebagai inti (unsur pusat) adalah nomina. Frasa ini memiliki distribusi yang sama dengan nomina. Selain memiliki distribusi yang sama dengan nomina, frasa nomina

15 juga paling sering menduduki fungsi subjek dan objek sebagaimana halnya nomina. Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian utama (pusat), sedangkan pewatasnya berada di depan atau dibelakangnya. Pewatas yang terletak sebelum inti dinamakan pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti dinamakan pewatas belakang (Khairah dan Ridwan, 2014: 31). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nominal adalah kata yang digunakan untuk menamakan bermacam-macam hal yang dibendakan seperti nama orang, tempat, nama suatu benda atau gagasan. Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif nominal. (1) Johan dan Amir bekerja di perusahaan yang sama. Terdiri dari nomina yang setara yaitu Johan dan Amir yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuk frasa koordinasi nominal. Frasa Johan dan Amir terdiri dari dua nomina yaitu kata Johan dan kata Amir yang menjadi unsur pusat (UP). (2) Ayah saya mempunyai pabrik kopi dan keju di Jakarta. Terdiri dari nomina yang setara yaitu kopi dan keju yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuk frasa koordinatif nominal. Frasa kopi dan keju terdiri dari dua nomina yaitu kata kopi dan kata keju yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa kopi dan keju dikatakan sebagai frasa koordinatif nominal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata kopi dan kata keju. b) Frasa Koordinatif Verbal Frasa koordinatif verbal adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipe verba (kata kerja). Frasa koordinatif verbal pada intinya berupa kata kerja, atau frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata golongan verbal. Frasa verbal adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat

16 menggantikan kategori verba. Verba berfungsi sebagai inti. Frasa verbal bisa tersusun secara endosentris subordinatif dan endosentris koordinatif (Khairah dan Sakura Ridwan, 2014: 43). Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif verbal. (3) Alif mempunyai hobi membaca dan menulis setiap hari. Terdiri dari verba yang setara yaitu membaca dan menulis yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif verbal. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa membaca dan menulis terdiri dari dua verba yaitu kata membaca dan kata menulis yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa membaca dan menulis dikatakan sebagai frasa koordinatif verbal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata membaca dan kata menulis. (4) Ketika musim kemarau warga tak dapat mencuci dan memancing di sungai Cibawor lagi. Terdiri dari verba yang setara yaitu mencuci dan memancing yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif verbal. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa mencuci dan memancing terdiri dari dua verba yaitu kata mencuci dan kata memancing yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa mencuci dan memancing dikatakan sebagai frasa koordinatif verbal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata mencuci dan kata memancing. c) Frasa Koordinatif Adjektival Frasa koordinatif adjektival adalah gabungan dua kata atau lebih frasa atau kata yang bertipe adjektiva. Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk

17 dari dua kata atau lebih yang dapat menggantikan kategori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti (Khairah dan Ridwan, 2014: 51). Pada frasa adjektiva terdiri dari gabungan kata yang berupa kata sifat atau disebut juga adjektiva. Pada intinya frasa adjektival merupakan kata yang menunjukan kata sifat. Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif adjektival. (5) Rambut hitammu tampak indah, harum, dan lembut. Terdiri dari adjektiva yang setara yaitu tampak indah, harum, dan lembut yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terentuklah frasa endosentrik koordinatif adjektival. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa tampak indah, harum, dan lembut terdiri dari tiga adjektiva yaitu tampak indah, harum, dan lembut yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa tampak indah, harum, dan lembut dikatakan sebagai frasa koordinatif adjektival karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata tampak indah kata harum dan kata lembut. (6) Film yang tayang di bioskop itu sangat menyedihkan serta mengharukan. Terdiri dari adjektiva yang setara yaitu meyedihkan dan mengharukan yang dihubungkan dengan konjungsi serta sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adjektival. Konjungsi serta merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa meyedihkan serta mengharukan terdiri dari dua adjektiva yaitu meyedihkan dan mengharukan yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa meyedihkan dan mengharukan dikatakan sebagai frasa koordinatif adjektiva karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata meyedihkan dan kata mengharukan.

18 d) Frasa Koordinatif Adverbial Frasa koordinatif adverbial adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipe adverbia/kata keterangan. Frasa adverbial ialah frasa yang intinya berupa kata keterangan, atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi K dalam klausa (Supriyadi, 2014: 16). Frasa adverbial adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan adverbia yang berfungsi sebagai inti dan nomina atau adverbia (saja, lagi) yang berfungsi sebagai pewatas. Tidak semua adverbia dapat berfungsi sebagai inti, hanya adverbia yang memiliki fitur semantik waktu, seperti tadi, kemarin, nanti, besok, dan sekarang (Khairah dan Ridwan, 2014: 71). Berikut beberapa contoh frasa koordinatif adverbial. (7) Senin dan Selasa Agil berangkat les privat matematika. Terdiri dari adverbial yang setara yaitu Senin dan Selasa yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adverbial. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa Senin dan Selasa terdiri dari dua adverbia yaitu Senin dan Selasa yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa Senin dan Selasa dikatakan sebagai frasa koordinatif adverbial karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata Senin dan kata Selasa. (8) Sudah atau belum kau sedekah hari ini?. Terdiri dari adverbia yang setara yaitu sudah dan belum yang dihubungkan dengan konjungsi atau sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adverbial. Konjungsu atau merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa Sudah atau belum terdiri dari dua adverbia yaitu sudah dan belum yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa Sudah atau belum dikatakan sebagai frasa koordinatif adverbial

19 karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata sudah dan kata belum. 2) Frasa Endosentrik Apositif Frasa apositif adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama. Frasa apositif umumnya bersifat nominal (Tarigan, 2009: 110). Frasa endosentrik apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponen-komponennya saling merujuk sesamanya, dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan (Chaer, 2012: 228). Frasa itu memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan frasa endosentrik yang koordinatif dan atributif. Dalam frasa endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik ada unsur yang terpenting, yang lebih penting dari unsur lainnya (Supriyadi, 2014: 13). Dari beberapa pakar yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik apositif adalah frasa yang komponen-komponennya merujuk pada referen yang sama. Berikut contoh frasa endosentrik apositif. (9) Asti, pemilik toko roti itu, telah meraih untung besar hari ini. Unsur Asti merupakan unsur pusat (UP). Unsur pemilik toko roti itu merupakan aposisi (Ap) atau informasi tambahan. (10) Kaesang, putra presiden Jokowi itu, mempunyai sifat yang lucu. Unsur Kaesang merupakan unsur pusat (UP). Unsur putra presiden Jokowi itu merupakan aposisi (Ap) atau informasi tambahan. Berikut merupakan contoh frasa apositif yang dapat dipertukarkan urutan komponennya seperti pada frasa Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. (11) Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. (11a) Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, akan meletus. (11b) Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru, akan meletus.

20 3) Frasa Endosentrik Atributif Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri dari unsur pusat (UP) di mana unsur tersebut merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr). Berbeda dengan frasa endosentrik koordinatif, frasa golongan ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Oleh karena itu, unsurunsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Supriyadi, 2014: 18). Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang mengandung hanya satu hulu (Tarigan, 2009: 111). Dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik atributif adalah sebuah frasa yang mengandung satu hulu saja, artinya hanya mempunyai satu unsur pusat (UP) saja dan unsur lainnya merupakan atribut untuk melengkapi unsur pusat (UP). Frasa endosentrik atributif menurut Tarigan dibagi menjadi empat. Berikut uraian mengenai frasa endosentrik atributif. a) Frasa Atributif Nominal Frasa atributif nominal adalah frasa yang hulunya berupa nomina atau kata benda. Artinya frasa atributif nominal merupakan frasa yang terdapat pada awal atau akhir kalimat. Frasa ini merupakan frasa yang terdiri dari kata benda yang memiliki unsur pusat dan diikuti dengan atribut atau pewatas. Pewatas yang terletak sebelum inti dinamakan pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti dinamakan pewatas belakang (Khairah dan Ridwan, 2014: 31). Berikut contoh frasa atributif nominal. (12) Andi diberi tugas untuk menggambar gedung sekolah. Unsur gedung merupakan usnur pusat (UP). Unsur sekolah merupakan atribut (Atr). (13) Tas merah muda itu akan dibeli Alin sore ini. Unsur tas merah muda sebagai unsur pusat (UP). Unsur ini sebagai atribut (Atr). (14) Andi menghadiri pesta ulang tahun

21 temannya dengan mengenakan baju baru. Unsur baju merupakan unsur pusat (UP). Unsur baru merupakan unsur atribut (Atr). b) Frasa Atributif Verbal Frasa atributif verbal adalah frasa atributif yang hulunya berupa verba atau kata kerja. Terdapat penanda modalitas sebelum kata inti, penanda modalitas tersebut terdiri dari (akan, belum, dapat, harus, mau, sedang, sudah). Berikut contoh frasa atributif verbal. (15) Saya sedang mencuci baju di sungai Klawing. Unsur mencuci sebagai unsur pusat (UP). Unsur sedang sebagai unsur atribut (Atr). (16) Ayah sebentar lagi akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Unsur mendarat sebagai unsur pusat (UP). Unsur akan sebagai unsur atribut (Atr). (17) Anita harus pulang pukul 20.00 nanti malam. Unsur pulang sebagai unsur pusat (UP). Unsur harus sebagai unsur atribut (Atr). c) Frasa Atributif Adjektival Frasa atributif adjektival adalah frasa atributif yang hulunya berupa adjektif atau kata sifat. Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat menggantikan katgori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti (Khairah dan Ridwan, 2014: 51). Adjektiva merupakan kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif (Alwi, 2010: 177). Pada intinya frasa adjektival merupakan kata yang menunjukan kata sifat. Berikut contoh frasa atributif adjektival. (18) Cantik sekali

22 wanita berbaju putih itu. Unsur cantik sebagai unsur pusat (UP). Unsur sekali sebagai unsur atribut (Atr). (19) Dia terlalu tampan untuk menjadi kekasihku. Unsur tampan sebagai unsur pusat (UP). Unsur terlalu sebagai unsur atribut (Atr). (20) Paman sangat sabar menghadapi pelanggan yang semena-mena. Unsur sabar sebagai unsur pusat (UP). Unsur sangat sebagai unsur atribut (Atr). d) Frasa Atributif Adverbial Frasa atributif adverbia adalah frasa atributif yang hulunya berupa kata keterangan. Frasa adverbial ialah frasa yang intinya berupa kata keterangan, atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi K dalam klausa (Supriyadi,2014: 16). Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 1994: 81). Berikut contoh frasa atributif adverbial. (21) Acara wisuda Alena akan dilaksanakan pada minggu depan. Unsur minggu sebagai unsur pusat (UP). Unsur depan sebagai unsur atribut (Atr). (22) Diva akan menonton konser Coldplay besok malam. Unsur besok sebagai unsur pusat (UP). Unsur malam sebagai unsur atribut (Atr). (23) Lena sudah mengembalikan buku perpustakaan kamis kemarin. Unsur kamis sebagai unsur pusat (UP). Unsur kemarin sebagai unsur atribut (Atr) D. Kriminal 1. Pengertian Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya (Kartono, 2011:

23 140). Kriminalitas adalah masalah manusia yang berupa suatu kenyataan sosial, yang sebab musababnya kerap kurang dipahami, karena tidak melihat masalahnya menurut proporsi yang sebenarnya secara dimensional. Kriminalitas adalah suatu hasil interaksi karena adanya interrelasi antara yang ada dan saling mempengaruhi. (Widiyanti dan Waskita, 1987: 1). Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar dan benar. Dapat disimpulkan bahwa Kriminal adalah sebuah tindakan kejahatan yang melanggar serangkaian norma-norma sehingga ditentang oleh kalangan masyarakat. 2. Jenis-jenis Kriminal Menurut (Widiyanti dan Waskita, 1987: 45) jenis kriminal ada lima macam yaitu, (1) Kejahatan-kejahatan Ekonomi yang terdiri dari, a) penyelundupan, b) kejahatan dalam bidang perbankan, dan c) manipulasi dalam perdagangan. (2) Kejahatan-kejahatan yang mempunyai aspek ekonomi yang terdiri dari, a) penyelewengan keuangan negara (Korupsi), b) pengrusakan (sabotase pusat-pusat kegiatan ekonomi). (3) Kejahatan-kejahatan yang mengancam rasa aman penduduk secara luas yang terdiri dari, a) Banditisme dan b) Hi jacking. (4) perdagangan obat bius (Narkotika) dan (5) pelanggaran lalu lintas yang membahayakan jiwa orang banyak dan mengganggu lalu lintas orang.

24 3. Wacana Berita Kriminal dalam Media Cetak Menurut Mulyana (2005: 47) klasifikasi atau pembagian wacana sangat tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Dalam hal ini, wacana setidaknya dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2) media, (3) jumlah penutur, dan (4) sifat. Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas. Berikut adalah beberapa contoh tentang wacana hukum dan kriminalitas (1) Tersangka DPT bertambah. (2) Tim pembela berharap kasasi dikabulkan MA. (3) Vonis hakim lebih ringan. Menurut Mulyana (2005: 62) Ciri wacana hukum dan kriminalitas dapat dikenali dari pemilihan kata (diksi) yang digunakan. Pada contoh (1), terdapat kata tersangka (orang yang dikenai status sangkaan perbuatan melawan hukum. Pada contoh (2), muncul bentuk-bentuk tim pembela (beberapa orang dengan profesi pembela, bergelar sarjana hukum bergabung untuk membela klien); kasasi (upaya mencari keadilan pada tingkat pengadilan tertinggi di Indonesia); dan MA (Mahkamah Agung). Pada contoh (3) digunakan diksi vonis (kata putusan akhir sebuah prosesi pengadilan, eksekusi), dan hakim (profesi penegak hukum, berwenang memutuskan vonis di pengadilan). Media cetak merupakan sebuah media penyampaian informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Media cetak merupakan media yang paling banyak kita gunakan untuk mengakses informasi-informasi tentang dunia di sekitar kita. Media cetak dapat menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Oleh karena itu, media cetak adalah tempat yang sangat berpotensi untuk memproduksi dan menyebarluaskan

25 masalah sosial. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Eriyanto (2011:36) bahwa media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasan, mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antar anggota komunitas. Koran harian Suara Merdeka didirikan oleh H. Hetami yang sekaligus menjadi pemimpin redaksi pada 11 Februari 1950. Pertama kali diterbitkan di kota Solo, koran ini mencetak 5000 eksemplar yang pada masa itu merupakan jumlah yang cukup besar untuk surat kabar lokal. Kemudian, Suara Merdeka mulai melebarkan daerah distribusinya ke Kudus dan Semarang. Sebagai koran provinsi, Suara Merdeka memiliki keunggulan dengan kelengkapan berita-berita dari setiap kota yang ada di Jawa Tengah. Dari segi kebahasaannya, Suara Merdeka memiliki suatu badan yang bertugas mengatur tentang kebahasaanya, sehingga bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang memang benar-benar baik. Selain itu peneliti juga mudah dalam memahami susunan kalimat pada koran Suara Merdeka. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berita kriminal yaitu laporan aktual berupa fakta yang disiarkan di media massa, peristiwa mengenai tindakan kejahatan atau kriminal yang dilakukan seseorang atau kelompok serta melanggar aturan hukum yang ditetapkan. Adapun tindak kejahatan meliputi: pencurian, pemerasan, perampokan, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pencopetan,penodongan, penipuan dan korupsi.