KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

VII. PERANCANGAN PROGRAM. 7.1 Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REVITALISASI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. TUJUAN DAN SASARAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENGHADAPI PASAR. Sekilas Mengenai Kondisi Perekonomian dan Pentingnya Usaha kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perluasan Lapangan Kerja

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

Transkripsi:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan adalah penumbuhan klaster industri kelapa dengan mengoptimalkan kegiatan ekonomi komunitas yang selama ini telah terbentuk secara turun temurun sebagai klaster alamiah. Penumbuhan klaster industri kelapa yang menjadi perumusan strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan didasarkan pada: 1. Hasil kajian spesifik yang pertama, yaitu bahwa komoditas kelapa terbukti memiliki keunggulan komparatif dan potensial menjadi basis perekonomian di Kabupaten Pacitan. Wilayah kecamatan di Kabupaten Pacitan dengan sektor basis kelapa yaitu Kecamatan Pacitan, Arjosari, Kebonagung, Punung, Donorojo, Pringkuku, Tulakan, Ngadirojo, serta Sudimoro, ternyata memiliki kedekatan geografis sehingga dimungkinkan pembangunan suatu kawasan industri berbasis produk kelapa yang mencakup semua kegiatan dari pra produksi sampai pasca produksi, dengan melibatkan pelaku dari hulu ke hilir. 2. Hasil kajian spesifik yang kedua, yaitu bahwa sub sektor perkebunan di Kabupaten Pacitan secara agregat masih memberikan kontribusi pertumbuhan produksi sebesar 14.08 persen pada tingkat wilayah Propinsi Jawa Timur. Komoditas kelapa terbukti memiliki keunggulan kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai pergeseran yang positif untuk jumlah produksi dibandingkan dengan kabupaten lain pada tingkat wilayah Propinsi Jawa Timur selama kurun waktu tahun 2003 dan tahun 2006. Tetapi potensi keunggulan komoditas kelapa ini, masih kurang disertai dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk terus menjaga dan memelihara agar keunggulan ini tetap bertahan. Hal ini disebabkan nilai jual kelapa butiran dan kopra yang cenderung merosot, sehingga gairah petani dalam memelihara kebun dan juga perhatian Pemda Pacitan terhadap komoditas ini, menjadi menurun. 3. Hasil kajian spesifik yang ketiga, yaitu bahwa produk turunan kelapa mempunyai kelayakan finansial, nilai tambah dan marjin pemasaran yang potensial memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat petani dan produsen kelapa, bila diusahakan dalam bentuk industri pengolahan terpadu. 152

Analisis kelayakan finansial pengolahan kelapa secara terpadu pada 1 hektar lahan, menghasilkan nilai NPV positif, B/C > 1 dan nilai IRR > suku bunga yang diasumsikan, sehingga secara finansial industri pengolahan kelapa layak untuk dikembangkan. Industri pengolahan kelapa terpadu yang menghasilkan keanekaragaman produk-produk olahan kelapa dapat memberikan nilai ekonomis dan meningkatkan nilai akhir tiap satu butir kelapa. Selain itu aktivitas pengolahan produk-produk turunan kelapa juga mampu menghasilkan nilai tambah, memberikan marjin keuntungan terhadap tenaga kerja dan pengusaha, serta sumbangan terhadap input lain pada setiap kilogram produk yang dihasilkan. Produk-produk olahan kelapa potensial memberikan marjin harga yang tinggi kepada petani dan produsen, bila sistem pemasaran semakin efisien. Klaster industri kelapa, diharapkan dapat mempercepat pengembangan unit-unit usaha mikro, kecil dan menengah produk kelapa di Kabupaten Pacitan, karena klaster merupakan aglomerasi ekonomi yang melibatkan pelaku dari hulu ke hilir, sehingga memungkinkan penggabungan skala usaha antar pelaku, yang karenanya dapat mengeliminasi beberapa kelemahan usaha mikro, kecil dan menengah yang selama ini terjadi, terutama di bidang produksi dan pemasaran. Unit-unit usaha rumah tangga produk turunan kelapa di Kabupaten Pacitan yang telah membentuk klaster alamiah karena kegiatan ekonomi secara turun temurun, tidak dapat memerankan fungsi yang mendukung pengembangan ekonomi di Kabupaten Pacitan jika tidak diperkuat oleh political will Pemerintah Daerah. 8.2 Implikasi Kebijakan Untuk mengimplementasikan strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan melalui klaster industri kelapa, diperlukan implikasi kebijakan : Mempromosikan citra kelapa sebagai produk unggulan daerah dengan terus memacu pertumbuhannya agar bisa menjadi trade mark bagi Kabupaten Pacitan sehingga dapat memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi masyarakat daerah. Komoditas kelapa yang berpotensi memberikan nilai tambah langsung bagi keluarga miskin hendaknya menjadi ciri khas yang bisa dijadikan citra (distinctive competitiveness) dalam pemilihan produk unggulan Kabupaten Pacitan. 153

Membuat agenda penguatan daya saing ekonomi daerah dalam sebuah kegiatan perencanaan partisipatif serta memobilisasi stakeholder kunci. Kepemimpinan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan dan perannya sebagai inisiator sangat dibutuhkan. Membuat grand strategy (rencana induk) yang melibatkan pelaku huluhilir pada pengembangan klaster industri kelapa, meliputi strategi pengembangan kemitraan; strategi pembiayaan, modal usaha dan investasi; strategi penciptaan iklim usaha; strategi pengembangan sumberdaya manusia, strategi pengembangan riset dan teknologi; dan strategi pengembangan infrastruktur serta sarana dan prasarana ekonomi. Membentuk semacam forum kemitraan, sebagai forum pertemuan antar stakeholders, terdiri dari unsur pelaku usaha, pemerintah daerah, perbankan, Kadinda, asosiasi profesi, NGO dan CBO, serta perguruan tinggi, yang mampu mendukung dan mengarahkan rencana strategik dalam pengembangan ekonomi lokal dan implementasi kemitraan. Mendukung keberlanjutan inovasi produk kelapa melalui dukungan promosi dan/atau integrasi pasar, baik pasar lokal-regional maupun pasar luar negeri, dengan cara pembangunan infrastruktur dan kelembagaan promosi yang berkelanjutan, serta penyediaan dukungan dana operasional Memfasilitasi transformasi struktur pemasaran untuk menghapuskan distorsi harga akibat rantai pemasaran yang terlalu panjang dan dominasi para tengkulak, melalui pembentukan dan pemberdayaan lembagalembaga ekonomi komunitas (koperasi, asosiasi pemasaran, dan sebagainya). Memfasilitasi peningkatan akses masyarakat kepada informasi pasar dan teknologi melalui revitalisasi pelayanan penyuluhan maupun menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga jasa pengembangan bisnis (business development service providers) serta mengembangkan teknologi informasi pemasaran. Menyediakan kredit (maupun grant untuk revolving fund) bagi keluarga miskin maupun organisasi mereka (koperasi, asosiasi) untuk menunjang pengolahan dan pemasaran produk-produk turunan kelapa. 154

Memberikan dukungan kepada produsen skala mikro dan kecil-menengah dalam mengidentifikasi potensi dan peluang baru untuk peningkatan produktifitas dengan memfasilitasi untuk mendapatkan sertifikasi produk Membuat kerangka kerja penyediaan infrastruktur yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Membangun aliansi kemitraan dengan Pemda lainnya dan forum kemitraan di tingkat propinsi. Kerja sama dengan Pemerintah Daerah tetangga dan otoritas propinsi terkait perlu dilakukan agar produk kelapa Pacitan mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional, karena pasar dan jejaring pemasok-pembeli tidak mengenal batas administrasi. Menciptakan iklim investasi yang kondusif yang meliputi: reformasi peraturan dan administrasi yang menyangkut penyederhanaan prosedur berkaitan dengan kegiatan usaha dan menurunkan biaya perijinan, perbaikan kebijakan/ peraturan fiskal, serta perbaikan prasarana publik dan pelayanan penunjang kegiatan ekonomi. 8.3 Rekomendasi Pengembangan klaster membutuhkan kerja sama yang komprehensif dan berkelanjutan, sehingga sejak awal penyamaan persepsi dan penggalangan komitmen dari pihak-pihak terkait harus ditumbuhkembangkan. Hal ini perlu menjadi platform atau pijakan bagi upaya bersama (kolaboratif) yang sinergis antar pihak. Pembangunan ekonomi lokal melalui pengembangan klaster kelapa di Kabupaten Pacitan perlu menjadi agenda bersama sebagai gerakan percepatan pembangunan ekonomi. Untuk itu rekomendasi kepada : 1. Petani dan produsen kelapa: Meningkatkan semangat dan jiwa kewirausahaan. Menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya. Membangun sikap proaktif dalam penguasaan teknologi dan informasi pasar, serta memperluas akses jaringan pemasaran. Menguatkan kemampuan manajemen usaha dan ketrampilan teknis produksi. Melakukan upaya peningkatan produktivitas kelapa melalui pemeliharaan, rehabilitasi dan peremajaan tanaman. 2. Dunia usaha dan Industri besar : 155

Agar berperan sebagai sebagai leading-industries, yaitu: sebagai pemberi order atau pembeli produk dari petani dan produsen mikro-kecilmenengah yang bergerak pada komoditas kelapa dan produk turunannya Melakukan pembinaan dalam alih pengetahuan dan teknologi, dan pada saatnya sebagai penjamin kepada bank atau sumber dana lainnya. Melakukan penguatan merek dagang produk kelapa Pacitan Membangunan asosiasi perkelapaan 3. Akademisi dan Lembaga Penelitian : Mendukung riset pengembangan inkubasi bisnis yang bermanfaat bagi penumbuhkembangan klaster industri kelapa. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pasca panen untuk diversifikasi produk turunan kelapa dan peningkatan mutu produksi Memberikan dukungan dalam aspek-aspek teknis proses produksi, yang mencakup perbaikan proses atau teknologi yang sedang digunakan, adaptasi dan pengenalan teknologi, serta pengembangan teknologi. Melakukan penelitian yang terkait dengan agroindustri kelapa dari budidaya sampai pasca panen yang bersifat sosial ekonomi, serta riset pasar yang terkait dengan supply and demand. Melakukan baseline study sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan strategi ekonomi, pengembangan klaster dan produk kelapa, serta peluang pasar. 4. Kalangan Masyarakat Sipil/ Lembaga Swadaya Masyarakat : Melakukan pendampingan terhadap kelompok produsen primer maupun sekunder dalam rangka penguatan kapasitas kelembagaan komunitas dan penguatan kapital sosial. Membantu pengembangan kelembagaan petani sebagai media untuk mengembangkan organisasi pengelolaan usaha, serta sebagai media negosiasi yang kuat dengan mitra bisnis dalam bekerja sama. Membantu pengembangan ketrampilan teknis dan manajerial dengan memberikan pelatihan dan pendampingan teknis dari budidaya sampai pascapanen Memainkan peran kunci dalam menjembatani kolaborasi baru kemitraan masyarakat dengan pemerintah, termasuk dalam mempromosikan daerah secara umum dan usaha setempat. 156

Mobilisasi sumber dana alternatif untuk pembiayaan unit-unit usaha mikro yang tidak bankable. 5. Kalangan perbankan : Memberikan pola pembiayaan dengan pendekatan kelompok yang difokuskan pada kegiatan bersama, misalnya pembelian bahan baku dan pemasaran. bersama, serta memanfaatkan skala usaha klaster dalam penyediaan agunan. Membuka skim pembiayaan yang dapat mengakomodir resiko pada komoditas kelapa dan industri pengolahannya, dengan pemberian skim kredit khusus pada berbagai tingkatan dan skala usaha. penyediaan kredit modal usaha dengan tingkat bunga yang ringan. 157