BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2009 MENGALAMI PENURUNAN SEBESAR 3,08 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Banyaknya Pengunjung obyek-obyek wisata pantai di Gunung Kidul Mancanegara (Man) dan Nusantara (Nus)

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2008 SEBESAR 53, 61 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. City Hotel di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 49, 93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2008 SEBESAR 58,81 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2008 MENCAPAI 59,34 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun Bantul Gunung Kidul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA CIPANAS GARUT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2008 TURUN DRASTIS, HANYA MENCAPAI 30,55 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REDESAIN TERMINAL PENUMPANG MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL ,36 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

Sports Hotel di Kawasan Bukit Gombel Semarang BAB I PENDAHULUAN

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

Hotel Bintang 5 di Kota Batam TA- 138

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 59,53 PERSEN

SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 52,00 PERSEN

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 59,39

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 50,80 PERSEN

1. BAB I PENDAHULUAN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 52,97 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 61,73 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 56,21

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 61,16 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 57,44 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 49,84 PERSEN

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Yogyakarta adalah kota yang dikenal sebagai kota perjuangan, pusat

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,56 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN JULI 2015 SEBESAR 52,11 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 59,07 PERSEN

HOTEL TRANSIT DI KAWASAN BANDARA SOEKARNO - HATTA

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

TERMINAL BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 53,16 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rutinitasnya membuat kegiatan berwisata menjadi kebutuhan yang penting

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

HOTEL WISATA BINTANG TIGA DI KABUPATEN MAGELANG

Transkripsi:

A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. Kurangnya Jumlah Hotel di Kabupaten Kulon Progo Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki fasilitas akomodasi yang cukup. Sumber permintaan layanan akomodasi di Kabupaten Kulon Progo utamanya berasal dari sektor priwisata. Jumlah wisatawan per tahun yang mengunjungi Kulon Progo pada data tahun 2007-2011 tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Gunung Kidul namun masih jauh di bawah Kota Yogyakarta dan kabupaten lainnya dengan selisih dua hingga enam kali lipat. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Provinsi DIY Kota/ Kabupaten Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Kota Yogyakarta 1.175.161 2.467.363 3,428.324 3.538.139 3.455.535 Kab. Sleman 2.135.438 2.730.173 3.593.665 2.499.877 2.490.063 Kab. Bantul 1.073.941 1.417.253 1.447.546 1.300.042 2.521.353 Kab. Kulon Progo 530.329 543.821 421.951 444.125 546.797 Kab. Gunung Kidul 309.662 427.701 529.319 488.805 688.805 Sumber: Statistik Kepariwisataan 2011, Dinas Pariwisata Provinsi DIY, 2012 Jumlah objek wisata yang dimiliki Kabupaten Kulon Progo terbilang cukup banyak apabila dibandingkan dengan kota/kabupaten lain di Provinsi DIY dengan jumlah objek lebih banyak dari Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul. Objek-objek wisata tersebut bervariasi mulai dari wisata perairan seperti pantai dan waduk, wisata pedesaan, penangkaran binatang, hingga ziarah. 1

Tabel 1.2 Jumlah Objek Wisata Provinsi DIY Kota/ Kabupaten Jumlah Objek Wisata Kota Yogyakarta 23 Kab. Sleman 34 Kab. Bantul 8 Kab. Kulon Progo 18 Kab. Gunung Kidul 9 Sumber: Statistik Kepariwisataan 2011, Dinas Pariwisata Provinsi DIY, 2012 Meskipun jumlah wisatawan yang berkunjung maupun objek wisata yang terdapat di Kulon Progo cukup banyak dan dapat disandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi DIY, namun jumlah fasilitas akomodasi yang dimiliki jauh lebih sedikit. Bahkan apabila dibandingkan dengan Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki jumlah kunjungan wisatawan rata-rata yang tidak jauh berbeda serta jumlah objek wisata yang lebih sedikit, Kabupaten Kulon Progo masih belum memiliki jumlah hotel yang sebanding. Tabel 1.3 Statistik Hotel Provinsi DIY tahun 2014 Kota/Kabupaten Jumlah Hotel Provinsi DIY Provinsi DIY Yogyakarta 393 Sleman 400 Bantul 279 Kulon Progo 26 Gunung Kidul 62 Sumber: http://travel.kompas.com/read/2014/08/09/182600527/hotel.di.diy.hanya.menumpuk.di.yogyak arta.dan.sleman 2. Sumber Permintaan Baru yang berasal dari Aktivitas Penerbangan Bandara utama Provinsi DIY adalah Bandara Internasional Adi Sucipto yang saat ini berlokasi di Kota Yogyakarta. Bandara tersebut akan dipindahkan ke Kabupaten Kulon Progo dan pembangunannya direncanakan selesai pada tahun 2016. Bandara tersebut akan menggantikan fungsi Bandara Adi Sucipto yang 2

kapasitas penumpangnya hanya 800.000 orang/tahun namun telah mencapai lebih dari 2.000.000 orang pada tahun 2011. Tabel 1.4 Jumlah Penumpang Pesawat Bandara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta tahun 2007-2011 Tahun Nasional Internasional Datang Berangkat Datang Berangkat 2007 1.351.227 1.341.145 1.339.504 1.309.416 2008 49.187 40.086 1.594.729 1.542.211 2009 n/a n/a 105.919 88.567 2010 1.723.905 1.709.705 107.304 99.106 2011 2.032.976 2.000.733 108.917 100.273 Sumber: PT (Persero) Angkasa Pura I dalam Statistik Kepariwisataan 2011, Dinas Pariwisata Provinsi DIY, 2012 Dengan berdirinya bandara di Kulon Progo, maka aktivitas penerbangan akan meningkatkan arus lalu lintas manusia yang merupakan penumpang pesawat dan pekerja bandara di kabupaten tersebut. Tingginya mobilitas manusia akan menghasilkan tingginya permintaan akan fasilitas akomodasi seperti hotel. Jumlah hotel yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo sekarang tidak akan mampu memenuhi permintaan tersebut. Tingginya jumlah permintaan tersebut terutama dipicu oleh lokasinya yang berdekatan dengan bandara utama provinsi. Lokasi hotel yang berdekatan dengan bandara akan menguntungkan bagi tamu yang akan menggunakan jasa penerbangan. Berdirinya bandara akan mendorong perekonomian di Kabupaten Kulon Progo karena para pelaku bisnis akan memilih untuk berada dekat pusat lalu lintas penerbangan agar mudah melakukan berbagai aktivitas bisnis sehingga secara tidak langsung juga menambah jumlah permintaan untuk fasilitas hotel tersebut. Selain dibutuhkan untuk mewadahi aktivitas bisnis, hotel juga diperlukan sebagai fasilitas menginap untuk wisatawan karena pembangunan bandara secara umum juga akan mendorong kegiatan pariwisata di daerah tersebut. 3

3. Penawaran Hotel di Kabupaten Kulon Progo Rendah dalam Kualitas Layanan hotel yang dimiliki oleh suatu daerah sebaiknya memiliki variasi kelas agar dapat mewadahi berbagai jenis pelanggan. Pada Provinsi DIY terdapat berbagai jenis hotel dengan target pasar yang berbeda-beda mulai dari kelas terendah hingga yang tertinggi. Setiap hotel menyesuaikan pelayanan dan fasilitas yang diberikan dengan target pasar yang ingin dicapai terutama permintaan akan hotel dengan kelas-kelas yang beragam memang dapat ditemukan di Provinsi DIY. Tabel 1.5 Perkembangan Wisatawan di Provinsi DIY Tahun 2007-2011 pada Hotel Bintang dan Melati Sumber: Statistik Kepariwisataan 2011, Dinas Pariwisata Provinsi DIY, 2012 Jumlah wisatawan mancanegara di hotel berbintang di Provinsi DIY Tahun 2011 sebanyak 133.868 orang yang berarti mengalami kenaikan sebesar 7,91% dibandingkan tahun 2010 sebanyak 124.060 orang. Jumlah wisatawan nusantara di hotel berbintang tahun 2011 sebanyak 667.792 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 0,69% dibandingkan tahun 2010 sebanyak 663.189 orang. Jumlah wisatawan mancanegara di hotel kelas melati di Provinsi DIY tahun 2011 sebanyak 35.697 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 24,02% di banding tahun 2010 sebanyak 28.783 orang. Jumlah wisatawan nusantara di hotel kelas melati di Provinsi DIY tahun 2011 sebanyak 770.337 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 20,19% di banding tahun 2010 sebanyak 640.948 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa permintaan baik untuk hotel berbintang maupun kelas melati mengalami peningkatan di Provinsi DIY secara umum dan membuktikan pasar untuk keduanya masih terbuka luas. Kabupaten Kulon Progo 4

sendiri masih belum dapat melayani permintaan pasar untuk kelas menengah ke atas karena tidak memiliki hotel berbintang. Hotel-hotel yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo seluruhnya berupa hotel kelas melati dan losmen sehingga tidak dapat menjangkau target pasar yang lebih luas. Tabel 1.6 Statistik Hotel Provinsi DIY Tahun 2014 Jumlah Hotel Bintang Non Bintang Yogyakarta 31 362 Sleman 21 379 Bantul 1 278 Kulon Progo - 26 Gunung Kidul 1 61 Sumber: http://travel.kompas.com/read/2014/08/09/182600527/hotel.di.diy.hanya.menumpuk.di.yogyak arta.dan.sleman Apabila dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya di Provinsi DIY dapat terlihat bahwa Kabupaten Kulon Progo masih tertinggal dalam menyediakan layanan akomodasi hotel dari segi jumlah maupun kualitas. Oleh karena itu, pasar untuk pembangunan hotel terutama hotel berbintang di Kabupaten Kulon Progo masih tergolong besar. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diperoleh berdasarkan data-data yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan terkait kegiatan desain yang akan dilakukan. Permasalahan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu umum dan khusus. Permasalahan umum mengacu pada perancangan berdasarkan prinsip-prinsip bangunan hotel yang normatif dan permasalahan khusus mengacu pada kaitan antara desain hotel dengan pendekatan yang diambil dalam proses desain. Rumusan masalah yang dihasilkan tersebut sebagai berikut: 1. Permasalahan Umum a. Bagaimana menyediakan fasilitas hotel yang memenuhi kebutuhan transit dan meeting tamu hotel yang merupakan penumpang penerbangan? 5

b. Bagaimana mendesain hotel yang dapat memberikan keuntungan lebih dari sisi ekonomi dengan memanfaatkan potensi ekonomi pada site? c. Bagaimana mendesain hotel dengan sistem bangunan yang ramah lingkungan? 2. Permasalahan Khusus a. Bagaimana mendesain hotel yang dapat mewadahi kebutuhan para tamu dengan memperhatikan pola aktivitas dan perilaku konsumen? C. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Menyusun konsep dasar perancangan dan pengembangan arsitektur untuk fasilitas hotel pada airport city proyek bandara utama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo sehingga dapat menjadi sarana akomodasi untuk memenuhi kebutuhan penumpang penerbangan. 2. Sasaran Menghasilkan usulan serta gagasan untuk merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan fasilitas hotel pada airport city proyek Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) sehingga dapat menjadi sarana akomodasi untuk memenuhi kebutuhan penumpang penerbangan dan dapat digunakan pada proses perancangan selanjutnya. D. LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup pembahasan berupa batasan pembahasan dan pemecahan permasalahan serta potensi yang ada untuk dijabarkan dalam penjelasan, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ada. Pembahasan terdiri atas 2 aspek yaitu arsitektural dan non-arsitektural, sebagai berikut: 1. Arsitektural Pembahasan yang memiliki hubungan langsung dengan proses desain bangunan dan membicarakan hal-hal yang terkait pengaruh bentuk, spasial dan fungsi. 6

Lingkup pembahasan arsitektural ialah pembahasan pada aspek-aspek terkait bangunan hotel, seperti : a. Pengertian, fungsi, prinsip, dan preseden. b. Pembahasan pada lokasi site dan pengolahan site. 2. Non-arsitektural Pembahasan yang memiliki hubungan tidak langsung dengan proses desain arsitektur yang terdiri atas unsur-unsur pendukung desain. Lingkup pembahasan non-arsitektural tersebut ialah : a. Pembahasan terkait sosial budaya dan ekonomi setempat yang berpengaruh pada desain arsitektural, seperti: ukiran, pola perilaku, dan pasar yang ada. b. Pembahasan terkait potensi setempat yang berpengaruh pada desain arsitektural, seperti: arah perkembangan kawasan dan pemandangan di sekitar site. E. METODA PEMBAHASAN 1. Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dalam membuat laporan ini dilakukan melalui beberapa cara: a. Studi Pustaka Mempelajari bahan pustaka yang mencakup pengertian, jenis, karakteristik bandara, kota bandara, hotel, dan airport hotel serta pengembangannya. Data ini diperoleh dari referensi buku, hasil tulisan, penelitian, yang dapat mendukung permasalahan yang diangkat. b. Observasi Lapangan Pengamatan dilakukan secara langsung pada lahan yang akan dibangun. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lahan yang sebenarnya sehingga diperoleh data-data mengenai lahan tersebut. Informasi tersebut diperlukan dalam menyusun analisa yang berkaitan tentang potensi lahan, kelemahan lahan dan hubungannya dengan lingkungan sekitar, cara mengoptimalkan fungsi bangunan, serta kendala-kendala yang mungkin dihadapi dalam proses perancangannya. 7

2. Pengolahan Data Hasil yang diperoleh dari studi pustaka dan observasi lapangan diolah dan dianalisis dan akan digunakan sebagai dasar dalam proses perancangan. Data tersebut diintegrasikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan desain dan konteks lingkungan. F. SISTEMATIKA PENULISAN Bab 1 Pendahuluan Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metoda pembahasan, sistematika pembahasan, keaslian penulisan, dan kerangka pemikiran. Bab 2 Studi Pustaka Merupakan tinjauan mengenai fasilitas hotel yang meliputi pengertian, tipe, departemen, klasifikasi kamar, arahan desain, gambaran umum dan arahan desain hotel bandara, studi preseden dalam dan luar negeri, serta tinjauan pola perilaku manusia dalam arsitektur. Bab 3 Pendekatan Konsep Perancangan Berisi analisa site yang terdiri atas analisa area potensial, tinjauan alternatif tapak, analisa tapak terpilih, dan analisa SWOT serta menjelaskan hasil analisa penulis berdasarkan studi pustaka dan studi lapangan sebagai dasar pendekatan konsep perancangan makro, meso, dan mikro. Bab 4 Konsep Perancangan Membahas rumusan konsep dasar perencanaan dan perancangan arsitektur fasilitas hotel bandara di Kabupaten Kulon Progo. 8

G. KEASLIAN PENULISAN Penulisan tugas akhir dengan tema fasilitas hotel sudah pernah ditulis oleh mahasiswa terdahulu. Perbedaan tema yang dapat dilihat dari judul tersebut adalah: 1. Riverfront City Hotel Di Sungai Serang Wates, Kulonp Progo oleh Eka Kristalina Kurniawati (09/285288/TK/35723) 2. City Hotel di Yogyakarta dengan Penekanan Efisiensi Kamar Tidur Hotel oleh Dian Taufiqurrahman (08/264891/TK/33593) 3. Hotel Konvensi di Yogyakarta: Penekanan pada Optimasi Ruang oleh Ikhsan Shubhi (06/198659/TK/32285) H. KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penulis 9