I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan peserta pendidikan di tingkat perguruan tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik dan emosi (Lubis, 2005). Stres fisik dan stres psikis dapat dialami oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun. Selama masa pembelajaran, mahasiswa diharapkan dapat menguasai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan penyakit pada mukosa mulut yang paling sering diderita manusia dengan

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mukosa mulut yang bersifat kambuhan, merupakan salah satu lesi mulut yang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak permasalahan yang dialami para pelaku pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GEL LIDAH BUAYA YANG DIAPLIKASIKAN SECARA TOPIKAL PADA STOMATITIS AFTOSA REKUREN MINOR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dipengaruhi oleh berbagai kondisi sistemik maupun non-sistemik (Coulthard dkk.,

Penatalaksanaan Ulser Kronis pada Kedua Lateral Lidah. Laporan Kasus. Dosen dan Mahasiswa FKG UHT, Jl Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik..

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

ANGKA KEJADIAN STOMATITIS APTHOSA REKUREN (SAR) DITINJAU DARI FAKTOR ETIOLOGI DI RSGMP FK UNSRAT TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidentifikasi kemungkinan faktor pemicu stres pada remaja. Bidang akademik

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

Gambaran Stomatitis Aftosa Rekuren pada pengguna alat ortodonsi cekat mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perguruan tinggi. Pendidikan di. Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuntut ilmu di Perguruan

DAFTAR RUJUKAN. ( (24 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademisnya,

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI DENGAN PREVALENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN (STUDI EPIDEMIOLOGI PADA MAHASISWA FKG UNIVERSITAS JEMBER)

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stres merupakan pengalaman atau kejadian yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapat

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ulkus mulut merupakan kelainan patologis yang sering dijumpai di rongga

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

PENDAHULUAN. Pada umumnya calon mahasiswa maupun mahasiswa yang sudah. terdaftar selalu membandingkan dan menilai kualitas perguruan tinggi tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta pendidikan di tingkat perguruan tinggi negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir dengan rentang usia antara 18-21 tahun, namun beberapa mahasiswa dapat pula terkategori sebagai dewasa awal yaitu 21-28 tahun (Monks, 2001). Mahasiswa kedokteran gigi merupakan peserta pendidikan yang telah diterima di fakultas kedokteran gigi. Kurikulum pendidikan kedokteran gigi ditujukan untuk mencapai keahlian yang beragam meliputi pengetahuan teoritis, kompetensi klinis, serta keterampilan interpersonal (Thornton dkk., 2004). Pendidikan kedokteran gigi merupakan lingkungan pembelajaran dengan banyak tuntutan akademik seperti harus menghadiri perkuliahan, mengikuti ujian dan lulus tepat waktu. Tuntutan akademik ini memberi tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa, yang mengacu pada stress (Sanders dan Lushington, 2002; Potter dan Perry, 2005). Stres merupakan respon fisik atau psikis terhadap ancaman yang dirasakan (Kabo, 2008). Tingkat stres pada mahasiswa kedokteran gigi lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Stres pada mahasiswa secara umum berkaitan dengan beban tugas yang diberikan, konflik dan persaingan prestasi akademis. Sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berasal dari beban tugas perkuliahan, keterbatasan waktu untuk menyelesaikan tugas kuliah, kesulitan tugas perkuliahan, ujian, kurangnya rasa percaya diri, kurangnya waktu luang untuk 1

2 beristirahat, melengkapi syarat kelulusan, takut menghadapi kegagalan, suasana klinik serta kurangnya suasana rumah. Tingkat stres yang tinggi dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya burnout (Ara, dkk., 2015; Polychronopoulou dan Divaris, 2005; Sedky, 2012; Rajpurohit dkk., 2015). Burnout merupakan keadaan kelelahan mental dan atau fisik sebagai akibat stres yang berlebih dan berkepanjangan. Pada awalnya burnout hanya diamati dalam lingkungan pelayanan masyarakat seperti rumah sakit, namun saat ini burnout juga dapat dialami oleh mahasiswa. Burnout pada mahasiswa merujuk pada rasa lelah secara emosional yang disebabkan oleh tuntutan belajar, memiliki perilaku sinis, dan merasa sebagai pelajar yang tidak berkompeten (Brazeau, 2010; Schaufeli dkk., 2002). Gejala yang ditimbulkan burnout pada mahasiswa meliputi adanya jam perkuliahan yang terlalu padat, tidak adanya waktu untuk istirahat, keluhan-keluhan yang menyangkut fisik, penarikan diri dari lingkungan, perubahan dalam diri sendiri seperti kelelahan emosional, hilangnya harga diri, tekanan dan frustasi (Greenberg, 2002). Prevalensi burnout pada mahasiswa kedokteran gigi di beberapa negara bervariasi seperti di Brasil sebesar 17 % (Campos dkk., 2012), di Kolombia sebesar 7% (Mafla dkk., 2014), dan di Jerman sebesar 7% (Pohlmann, 2005). Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau secara umum dikenal sebagai apthae adalah penyakit yang sering terjadi pada mukosa mulut (Scully, 2006; Scully, 2004). Stomatitis Aftosa Rekuren merupakan kondisi umum berupa ulkus kambuhan sebanyak 2-4 kali dalam setahun (Barrons, 2001; Robinson dan Guitart, 2013). Ulkus ini ditemukan terutama pada mukosa non keratinisasi yaitu mukosa

3 labial, mukosa bukal, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, serta palatum lunak (Jurge, dkk., 2006; Scully, 2004; Dowst, 2013). Prevalensi SAR berkisar antara 20-60% dari populasi di dunia. Beberapa negara telah melaporkan angka kejadian SAR seperti Amerika Serikat (60%), Swedia (2%), Spanyol (1,9%), dan Malaysia (0,5%) (Regezi dkk., 2012). Tangkilisan, dkk. (2013) dan Mintjelungan, dkk. (2013) melaporkan bahwa prevalensi SAR di FKG Universitas Sam Ratulanggi sebesar 59,7% disebabkan tingkat stres yang tinggi dan 80% disebabkan penggunaan alat orthodontic cekat. Etiologi SAR mungkin multifaktorial, dengan berbagai faktor predisposisi dan perubahan imunologi yang dipicu oleh berbagai faktor. Faktor predisposisi yang berperan dalam kemunculan SAR meliputi genetik, defisieni hematinik, stres, perubahan hormon, trauma, serta obat-obatan (Scully, 2004; Scully, 2003). Gallo, dkk. (2009) melaporkan bahwa stres menginduksi aktivitas imun dengan menaikkan jumlah leukosit pada lokasi yang mengalami inflamasi akibat SAR, dan berperan dalam keparahan SAR. Keparahan SAR diukur menggunakan Ulcer Severity Score (USS). Parameter USS ini mengukur keparahan dari beberapa aspek yaitu rerata jumlah, ukuran, durasi, periode bebas ulkus, lokasi dan persepsi rasa nyeri (Tappuni, dkk., 2013). Berbagai penelitian melaporkan bahwa SAR terkait dengan stres dan stres yang berkepanjangan mengakibatkan terjadinya burnout, sehingga perlu diteliti apakah keparahan SAR berhubungan dengan burnout.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, apakah terdapat hubungan antara burnout dengan keparahan stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Strata Satu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan SAR dengan faktor etiologi telah diteliti sebelumnya oleh beberapa peneliti. Gallo, dkk. (2009) melaporkan bahwa stres memicu kemunculan SAR. Kumar, dkk. (2014) melaporkan bahwa adanya hubungan antara stres dengan SAR. Rosarina, dkk. (2009) melaporkan bahwa stres mempengaruhi prevalensi SAR sebesar 67%. Tangkilisan, dkk (2013) melaporkan bahwa pengalaman SAR sebesar 59,7% dengan tingkat stres yang tinggi. Penelitian mengenai hubungan burnout dengan keparahan stomatitis aftosa rekuren (SAR), sepengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara burnout dengan keparahan stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Strata Satu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.

5 E. Manfaat penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi mengenai hubungan antara burnout dengan keparahan SAR 2. Menjadi acuan atau referensi penelitian lebih lanjut.