V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
The Estimation of Carbon Stock Potential on Merkus Pine (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) in KPH Cianjur, Perum Perhutani III West Java and Banten

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

PENDUGAAN POTENSI KANDUNGAN KARBON PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis LINN.F) DI AREAL KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON PADA TEGAKAN PINUS

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Rekapitulasi data tegakan akasia (Acacia mangium)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

METODOLOGI PENELlTlAN

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

IV. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI ARBORETUM USU SKRIPSI

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

II. METODOLOGI. A. Metode survei

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah. : Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

BAB III METODE PENELITIAN

*) Diterima : 23 Mei 2006; Disetujui : 26 Maret 2007 ABSTRACT ABSTRAK

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 2, Mei 2015 (13 20)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

Aah Ahmad Almulqu *, Elias **, Prijanto Pamoengkas ** *

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat

BAB III METODE PENELITIAN

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

18/04/2012. Program Studi Kehutanan, FP USU

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan

Transkripsi:

18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Hasil Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di areal tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) tahun tanam 1995 pada petak 48I RPH Hanjawar Timur BKPH Sukanagara Utara dan areal tegakan Pinus tahun tanam 1994 di petak 27A RPH Hanjawar Barat BKPH Sukanagara Selatan KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Jarak tanam pohon pada kedua lokasi tersebut adalah 3 m x 2 m dan tidak dilakukan penjarangan pada masingmasing lokasi. Pengambilan contoh untuk masing-masing lokasi adalah seluas 0,04 hektar dengan lima kali pengulangan. A B Gambar 3. Kondisi tegakan Pinus petak 48I tahun tanam 1995 (A) dan tegakan Pinus petak 27A tahun tanam 1994 (B) Pada penelitian ini, biomassa yang diukur adalah biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yaitu antara lain tumbuhan bawah, serasah, dan pohon. Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi dan persediaan karbon dalam vegetasi secara keseluruhan atau jumlah bagian-bagian tertentu. 5. 1. 1. Potensi Volume Pohon Pengukuran volume pohon di lapangan dilakukan dengan mengukur keliling pohon (cm) yang kemudian dikonversikan menggunakan Tarif Volume Lokal (TVL) Pinus KPH Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang memberikan informasi mengenai potensi volume pohon Pinus. Hasil perhitungan potensi volume pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

19 Tabel 1. Potensi volume pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) tahun tanam 1995 dan tahun tanam 1994 di KPH Cianjur Volume Volume Luas Diameter Tahun Umur Jarak Jumlah per per Petak rata-rata Tanam (tahun) Tanam Pohon pohon hektar (ha) (cm) (m 3 ) (m 3 /ha) 1995 15 3 x 2 0,2 160 22,0681 0,2697 215,7740 1994 16 3 x 2 0,2 149 21,3205 0,2426 180,7455 Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa potensi volume yang dimiliki pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) pada petak tahun tanam 1995 lebih besar daripada petak tahun tanam 1994. Potensi volume Pinus pada petak tahun tanam 1995 yaitu sebesar 215,7740 m 3 /ha, sedangkan volume pada petak tahun tanam 1994 adalah 180,7455 m 3 /ha. Perbedaan volume tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah pohon dan juga diameter rata-rata pohon yang lebih besar pada petak tahun tahun tanam 1995 daripada petak tahun tanam 1994. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adanya gangguan hutan berupa pencurian kayu serta adanya kematian pada pohon akibat serangan hama maupun penyakit yang lebih besar pada petak tahun tanam 1994 daripada petak tahun tanam 1995. Hal ini tentu berdampak pada jumlah pohon di petak tahun tanam 1994 yang lebih kecil daripada petak tahun tanam 1995. Dengan jumlah pohon yang lebih banyak, petak tahun tanam 1995 memiliki volume per pohon dan diameter rata-rata yang lebih besar dibandingkan petak tahun tanam 1994. Nilai volume per pohon dan diameter rata-rata untuk petak tahun tanam 1995 yaitu 0,2697 m 3 dan 22,0681 cm. Untuk volume per pohon dan diameter rata-rata pada petak tahun tanam 1994, nilainya adalah 0,2426 m 3 dan 21,3205 cm.

20 Gambar 4. Potensi volume pohon Pinus petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 2. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tumbuhan Bawah Untuk analisis vegetasi pada tingkat tumbuhan bawah di petak tahun tanam 1995, tumbuhan bawah yang ditemukan sebanyak 6 jenis. Jenis rane (Selanginella unsinata) merupakan tumbuhan bawah paling banyak ditemukan di petak ini yang memiliki nilai K sebanyak 108125 ind/ha dan memiliki nilai F tertinggi yaitu 0,95 sehingga menghasilkan INP sebesar 97,65% (Tabel 2). Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 No Jenis Nama Ilmiah K KR FR INP F (ind/ha) (%) (%) (%) 1 Rumputrumputan conjugatum Paspalum 33375 20,03 0,35 12,07 32,10 2 Harendong Melastoma malabathricum 18875 11,33 0,80 27,59 38,91 3 Paku-pakuan Pteridium sp. 1500 0,90 0,30 10,34 11,25 4 Rane Selanginella unsinata 108125 64,89 0,95 32,76 97,65 5 Tolod Alternanthera Philoxeroides 875 0,53 0,10 3,45 3,97 6 Marasi Curculigo villosa 3875 2,33 0,40 13,79 16,12 JUMLAH 166625 100,00 2,9 100,00 200,00 Berbeda dengan kondisi petak tahun tanam 1995, tumbuhan bawah yang ditemukan pada petak tahun tanam 1994 lebih banyak yakni sebanyak 18 jenis tumbuhan bawah. Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah,

21 dapat diketahui bahwa jenis rumput-rumputan (Paspalum conjugatum) menjadi jenis yang paling dominan dengan nilai K 147875 ind/ha dan nilai F sebesar 0,75 sehingga menghasilkan nilai INP sebesar 84,29% (Tabel 3). Tabel 3. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1994 No Jenis Nama Ilmiah K KR FR INP F (ind/ha) (%) (%) (%) 1 Rumputrumputan conjugatum Paspalum 147875 65,54 0,75 18,75 84,29 2 Harendong Melastoma malabathricum 40375 17,89 0,95 23,75 41,64 3 Ki tajam Clinacanthus nutans 250 0,11 0,05 1,25 1,36 4 Lantohan Peperomia pellucid 125 0,06 0,05 1,25 1,31 5 Rane Selanginella unsinata 19125 8,48 0,15 3,75 12,23 6 Marasi Curculigo villosa 3125 1,39 0,45 11,25 12,64 7 Paku balu Taenitis blechnoides 125 0,06 0,05 1,25 1,31 8 Paku-pakuan Pteridium sp. 5750 2,55 0,65 16,25 18,80 9 Hahapaan Flemingia strobilifera 625 0,28 0,10 2,50 2,78 10 Pungpurutan Urena lobata 1125 0,50 0,15 3,75 4,25 11 Katuk Sauropus albicus 1125 0,50 0,15 3,75 4,25 12 Kroton Croton hirtus 250 0,11 0,05 1,25 1,36 13 Resam Dicranopteris linearis 250 0,11 0,05 1,25 1,36 14 Sida Sida acuta 125 0,06 0,05 1,25 1,31 15 Kiipis Mallotus peltatus 750 0,33 0,15 3,75 4,08 16 Sirihan Piper aduncum 500 0,22 0,05 1,25 1,47 17 Jalantri Crassocephalum crepidioides 375 0,17 0,05 1,25 1,42 18 Sundu mentul Galinsoga parviflora 3750 1,66 0,10 2,50 4,16 JUMLAH 225625 100,00 4 100,00 200,00 5. 1. 3. Potensi Biomassa Pohon Pada penelitian ini, biomassa yang diukur adalah biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yaitu antara lain tumbuhan bawah, serasah, dan pohon. Kandungan biomassa di atas permukaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

22 Tabel 4. Kandungan biomassa di atas permukaan lahan (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) Tahun Potensi Biomassa (ton/ha) Tanam Pohon Tumbuhan Bawah Serasah Total 1995 118,6757 0,0120 0,0256 118,7133 1994 99,4100 0,0082 0,0331 99,4513 Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa potensi biomassa pohon Pinus pada petak tahun tanam 1995 lebih besar dibandingkan potensi biomassa pohon Pinus pada petak tahun tanam 1994. Potensi biomassa pohon Pinus pada petak tahun tanam 1995 yaitu sebesar 154,2784 ton/ha, sedangkan pada petak tahun tanam 1994 potensi biomassa pohonnya adalah 129,2331 ton/ha. Gambar 5. Potensi biomassa pohon Pinus petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 4. Potensi Biomassa Tumbuhan Bawah Untuk potensi biomassa tumbuhan bawah, petak tahun tanam 1995 juga memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan petak tahun tanam 1994. Potensi biomassa tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 yaitu sebesar 0,0120 ton/ha, sedangkan potensi biomassa tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1994 adalah 0,0082 ton/ha.

23 Gambar 6. Potensi biomassa tumbuhan bawah petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 5. Potensi Biomassa Serasah Bila potensi biomassa pohon dan tumbuhan bawah memiliki nilai yang lebih besar pada petak tahun tanam 1995 dibandingkan petak tahun tanam 1994, namun tidak demikian halnya dengan potensi biomassa serasah. Potensi biomassa serasah pada petak tahun tanam 1995 yang sebesar 0,0256 ton/ha memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan potensi biomassa serasah pada petak tahun tanam 1994 dimana potensi biomassa serasahnya adalah 0,0331 ton/ha. Gambar 7. Potensi biomassa serasah petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994

24 5. 1. 6. Potensi Biomassa Total di Atas Permukaan Potensi biomassa total merupakan penjumlahan dari seluruh biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yang terdiri dari pohon, tumbuhan bawah, dan serasah. Pada petak tahun tanam 1995, potensi biomassa totalnya lebih besar daripada potensi biomassa total petak tahun tanam 1994. Potensi biomassa total pada petak tahun tanam 1995 yaitu sebesar 154,3160 ton/ha. Sedangkan untuk petak tahun tanam 1994, potensi biomassa totalnya adalah 129,2744 ton/ha. Gambar 8. Potensi biomassa total di atas permukaan petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 7. Potensi Simpanan Karbon Pohon Potensi simpanan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah potensi simpanan karbon di atas permukaan yang meliputi pohon, tumbuhan bawah, dan serasah. Potensi simpanan karbon dari pohon, tumbuhan bawah, dan serasah dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Potensi simpanan karbon di atas permukaan lahan (pohon, tumbuhan bawah dan serasah) Tahun Potensi Karbon (ton/ha) Tanam Pohon Tumbuhan Bawah Serasah Total 1995 77,1392 0,0060 0,0128 77,1580 1994 64,6165 0,0041 0,0166 64,6372 Pada petak tahun tanam 1995, potensi simpanan karbon pohonnya yaitu 77,1392 ton/ha, sedangkan untuk petak tahun tanam 1994 potensi simpanan karbon pohonnya sebesar 64,6165 ton/ha. Perbedaan nilai potensi tersebut

25 disebabkan oleh jumlah volume pohon pada petak tahun tanam 1995 lebih besar daripada volume pohon pada petak tahun tanam 1994. Gambar 9. Potensi serapan karbon pohon pada petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 8. Potensi Simpanan Karbon Tumbuhan Bawah Sama halnya dengan potensi simpanan karbon pohon, untuk potensi simpanan karbon tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 lebih besar dibandingkan petak tahun tanam 1994. Hasil perhitungan simpanan karbon tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 yaitu 0,0060 ton/ha dan potensi simpanan karbon pada petak tahun tanam 1994 adalah 0,0041 ton/ha. Gambar 10. Potensi serapan karbon tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994

26 5. 1. 9. Potensi Simpanan Karbon Serasah Berdasarkan hasil perhitungan terhadap biomassa serasah, dapat diketahui bahwa potensi biomassa di petak tahun tanam 1995 lebih rendah daripada petak tahun tanam 1994. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap potensi simpanan karbon pada serasah, yaitu potensi simpanan karbon serasah di petak tahun tanam 1995 lebih rendah daripada petak tahun tanam 1994. Potensi simpanan karbon pada petak tahun tanam 1995 yaitu sebesar 0,0128 ton/ha, sedangkan untuk petak tahun tanam 1994, potensi simpanan karbonnya adalah 0,0166 ton/ha. Gambar 11. Potensi serapan karbon serasah pada petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 10. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Hasil perhitungan potensi simpanan karbon secara keseluruhan berupa simpanan karbon pada pohon, tumbuhan bawah, dan serasah yang merupakan pendugaan terhadap potensi simpanan karbon di atas permukaan (above ground). Berdasarkan perhitungan terhadap simpanan karbon, untuk petak tahun tanam 1995, potensi simpanan karbon totalnya lebih besar daripada petak tahun tanam 1994. Potensi simpanan karbon pada petak tahun tanam 1995 adalah 77,1580 ton/ha, sedangkan potensi simpanan karbon petak tahun tanam 1994 yaitu 64,6372 ton/ha.

27 Gambar 12. Potensi simpanan total karbon pada petak tahun tanam 1995 dan petak tahun tanam 1994 5. 1. 11. Hasil Analisis Data Simpanan Karbon Hasil pengolahan data simpanan karbon baik pada hutan Pinus tahun tanam 1995 maupun hutan Pinus tahun tanam 1994 dengan masing-masing pengaruh vegetasi (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) menunjukkan hasil ANOVA pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Tabel sidik ragam simpanan karbon Sumber DB JK KT F-Hit Nilai-p Vegetasi 2 10351.89319 5175.94660 205.06 <.0001 Umur 1 37.28488 37.28488 1.48 0.2351 Error 26 656.26073 25.24080 Total 29 11045.43880 R-Square Coeff Var Root MSE Respon 0.960112 1.388847 0.057568 4.145049

28 Dari hasil Analisis Ragam (ANOVA) yang diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai R-Square sebesar 0,960112 atau sebesar 96,01% yang dapat diartikan bahwa sebesar 96,01% keragaman dari respon mampu dijelaskan oleh faktorfaktor dalam model sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Untuk menguji hipotesis pertama yaitu pada faktor vegetasi (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) yang terdapat di dalam hutan Pinus tahun tanam 1995 maupun hutan Pinus tahun tanam 1994, dapat dilihat pada p-value untuk vegetasi sebesar <0,0001 dimana nilai tersebut <0,05 sehingga pada taraf nyata 5% tolak H 0 yaitu H 0 : β j(i) = 0, i,j (vegetasi pada hutan tertentu tidak berpengaruh). Dapat disimpulkan bahwa pada hipotesis pertama dengan taraf nyata 5% ada atau terdapat vegetasi (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon. Hal tersebut dapat menggunakan uji lanjut dari penolakan H 0 vegetasi yang tersarang pada hutan dengan Duncan Multiple Range Test (Uji Perbandingan Berganda Duncan). Uji lanjut dari penolakan H 0 dengan Duncan Multiple Range Test (Uji Perbandingan Berganda Duncan) menggunakan software SAS. Berdasarkan Hasil uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (Lampiran) menunjukkan bahwa pohon Pinus lebih banyak memberikan pengaruh terhadap potensi simpanan karbon pada hutan Pinus tahun tanam 1995 dan hutan Pinus tahun tanam 1994. Selain itu, untuk serasah dan tumbuhan bawah, hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test menunjukkan bahwa serasah maupun tumbuhan bawah memberikan pengaruh yang sama terhadap potensi simpanan karbon baik pada hutan Pinus tahun tanam 1995 maupun hutan Pinus tahun tanam 1994. Hasil analisis data pada hipotesis yang kedua yaitu pada faktor umur, dapat dilihat pada p-value umur. Nilai p-value = 0,2351 dimana nilai tersebut >0,05 sehingga pada taraf nyata 5% terima H 0 yaitu H 0 : τ 1 = τ 2 = 0 (umur tidak berpengaruh). Dapat disimpulkan bahwa pada hipotesis pertama pada taraf nyata 5% belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa hutan Pinus tahun tanam 1995 maupun hutan Pinus tahun tanam 1994 berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon.

29 5. 2. Pembahasan Salah satu potensi hutan yang berada di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah jenis Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese). Pengelolaan hutan Pinus tersebut didukung dengan adanya kondisi topografi, tanah, serta iklim yang sesuai sehingga hasil hutan yang diperoleh dapat optimal. Potensi volume pohon Pinus pada petak tahun tanam 1995 lebih besar dibandingkan dengan potensi volume Pinus pada petak tahun tanam 1994. Potensi volume pada petak tahun tanam 1995 adalah 215,7740 m 3 /ha, sedangkan pada petak tahun tanam 1994 volumenya adalah 180,7455 m 3 /ha. Perbedaan volume tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah pohon dan juga diameter rata-rata pohon yang lebih besar pada petak tahun tahun tanam 1995 daripada petak tahun tanam 1994. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adanya gangguan hutan berupa pencurian kayu serta adanya kematian pada pohon akibat serangan hama maupun penyakit yang lebih besar pada petak tahun tanam 1994 daripada petak tahun tanam 1995. Hal ini tentu berdampak pada jumlah pohon di petak tahun tanam 1994 yang lebih sedikit daripada petak tahun tanam 1995. Hasil penelitian menunjukkan pada petak tahun tanam 1995 ditemukan 6 jenis tumbuhan bawah, sedangkan pada petak tahun tanam 1994 ditemukan 18 jenis tumbuhan bawah. Pada petak tahun tanam 1995, jenis Rane merupakan tumbuhan bawah paling banyak ditemukan dengan jumlah tertinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai K sebanyak 108125 ind/ha (64,80% dari total) dan nilai F tertinggi yaitu 0,95 (32,76% dari total) sehingga menghasilkan INP sebesar 97,65% (tabel 2). Dengan demikian jenis Rane adalah jenis yang dominan pada petak tahun tanam 1995. Berbeda dengan petak tahun tanam 1995, hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1994 menunjukkan jenis yang paling dominan adalah Rumput-rumputan dengan nilai K sebanyak 147875 ind/ha (65,54% dari total) dan memiliki nilai F sebesar 0,75 (18,75% dari total) sehingga menghasilkan nilai INP sebesar 84,29%. Biomassa adalah jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown, 1997). Biomassa dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu biomassa tumbuhan di atas permukaan

30 tanah (above ground biomass) dan biomassa tumbuhan di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Penelitian yang dilakukan di tegakan Pinus ini mengukur potensi biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) baik pohon, tumbuhan bawah, dan juga serasah. Proses pendugaan biomassa pada pohon Pinus dilakukan dengan pengukuran keliling (cm) pohon untuk mendapatkan diameter (m) pohon yang kemudian dikonversi menjadi volume (m 3 ) melalui Tabel Volume Lokal (TVL) Pinus KPH Sukabumi. Sedangkan pendugaan biomassa tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan penghitungan berat kering. Hasil pendugaan biomassa pohon yang diperoleh menunjukkan bahwa potensi biomassa pohon pada petak tahun tanam 1995 adalah 154,2784 ton/ha, sedangkan pada petak tahun tanam 1994 potensi biomassa pohonnya yaitu 129,2331 ton/ha. Potensi biomassa pohon pada petak tahun tanam 1995 memiliki biomassa yang lebih besar dibandingkan potensi biomassa pohon pada petak tahun tanam 1994. Hal ini disebabkan karena pada petak tahun tanam 1995 memiliki nilai volume pohon yang lebih besar dibandingkan dengan petak tahun tanam 1994. Biomassa tegakan dipengaruhi oleh faktor iklim seperti curah hujan, umur tegakan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan (Kusmana, 1993). Petak tahun tanam 1995 memiliki jumlah pohon yang lebih banyak sehingga volume per pohon dan diameter rata-ratanya juga lebih besar dibandingkan petak tahun tanam 1994. Untuk potensi biomassa tumbuhan bawah, petak tahun tanam 1995 lebih besar bila dibandingkan dengan potensi biomassa tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1994. Potensi biomassa tumbuhan bawah petak tahun tanam 1995 adalah 0,0120 ton/ha sedangkan potensi biomassa tumbuhan bawah petak tahun tanam 1994 yaitu 0,0082 ton/ha. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan berat kering dari tumbuhan bawah pada masing-masing petak. Meskipun dilihat dari keanekaragaman dan variasi tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 lebih kecil daripada petak tahun tanam 1994, namun kondisi di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Berat basah maupun berat kering hasil pengolahan data penelitian lebih besar pada petak tahun tanam 1995 daripada petak tahun tanam 1994.

31 Berbeda dengan potensi biomassa pada pohon dan tumbuhan bawah, untuk potensi biomassa serasah menunjukkan hasil yang berkebalikan. Potensi biomassa serasah pada petak tahun tanam 1995 menunjukkan hasil biomassa yang lebih kecil dibandingkan potensi biomassa serasah pada petak tahun tanam 1994. Pada petak tahun tanam 1995, potensi biomassa serasahnya adalah 0,0256 ton/ha, sedangkan potensi biomassa serasah pada petak tahun tanam 1994 adalah 0,0331 ton/ha. Hasil penjumlahan biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yang terdiri dari tumbuhan bawah, serasah, dan pohon menunjukkan bahwa potensi biomassa total pada petak tahun tanam 1995 lebih besar dibandingkan dengan potensi biomassa total pada petak tahun tanam 1994. Potensi biomassa total petak tahun tanam 1995 yaitu 154,3160 ton/ha, sedangkan pada petak tahun tanam 1994, total potensi biomassanya adalah 129,2744 ton/ha. Potensi biomassa total dipengaruhi oleh potensi biomassa vegetasi pada masing-masing petak baik pohon, tumbuhan bawah, maupun serasah. Meskipun biomassa pada serasah petak tahun tanam 1995 lebih rendah dibandingkan pada petak tahun tanam 1994, namun faktor lainnya yaitu biomassa pohon dan tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 lebih besar daripada petak tahun tanam 1994. Potensi biomassa total tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi serapan karbon pada masingmasing tegakan. Pendugaan potensi simpanan karbon dalam suatu tegakan dapat dilihat dari besarnya potensi biomassa yang ada. Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon pada vegetasi hutan, oleh karena 50% dari biomassa adalah karbon (Brown dan Gaton 1996 dalam Salim 2005). Oleh karena itu, potensi simpanan karbon yang dimiliki pada tegakan Pinus adalah setengah dari potensi biomassanya yang berarti juga bahwa peningkatan jumlah biomassa akan meningkatkan jumlah potensi simpanan karbon. Jumlah karbon yang disimpan dalam biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran karbon yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati secara tidak langsung menggambarkan CO 2 yang tidak dilepaskan

32 ke udara. Proporsi terbesar penyimpanan karbon di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan (Hairiah dan Rahayu, 2007). Hasil pengolahan data biomassa pohon menunjukkan bahwa potensi simpanan karbon pohon Pinus pada petak tahun tanam 1995 lebih besar dibandingkan dengan potensi simpanan karbon pohon pada petak tahun tanam 1994. Pada petak tahun tanam 1995, potensi simpanan karbon pohonnya adalah 77,1392 ton/ha. Untuk petak tahun tanam 1994, potensi simpanan karbon pohonnya yaitu 64,6165 ton/ha. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah volume pohon pada petak tahun tanam 1995 lebih besar daripada volume pohon pada petak tahun tanam 1994. Potensi volume pohon tersebut mempengaruhi potensi biomassa dan simpanan karbon pada masing-masing petak. Hasil perhitungan potensi karbon tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 adalah 0,0060 ton/ha dan potensi karbon tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1994 yaitu sebesar 0,0041 ton/ha. Dapat disimpulkan bahwa potensi simpanan karbon tumbuhan bawah pada petak tahun tanam 1995 lebih besar daripada petak tahun tanam 1994. Berbeda dengan simpanan karbon pada pohon dan tumbuhan bawah, berdasarkan hasil perhitungan terhadap biomassa serasah, maka potensi simpanan karbon pada petak tahun tanam 1995 lebih rendah daripada petak tahun tanam 1994. Hasil perhitungan simpanan karbon serasah pada petak tahun tanam 1995 adalah 0,0128 ton/ha, sedangkan potensi simpanan karbon serasah pada petak tahun tanam 1994 sebesar 0,0166 ton/ha. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap potensi simpanan karbon pada serasah, yaitu potensi simpanan karbon serasah pada petak tahun tanam 1995 lebih rendah daripada petak tahun tanam 1994. Keseluruhan hasil perhitungan potensi simpanan karbon berupa simpanan karbon pada pohon, tumbuhan bawah, dan serasah merupakan pendugaan terhadap potensi simpanan karbon di atas permukaan (above ground). Berdasarkan perhitungan terhadap simpanan karbon sebelumnya, pada petak tahun tanam 1995, potensi simpanan karbon totalnya lebih besar daripada petak tahun tanam 1994. Potensi simpanan karbon pada petak tahun tanam 1995 yaitu 77,1580 ton/ha, sedangkan potensi simpanan karbon pada petak tahun tanam 1994 adalah 64,6372 ton/ha.

33 Setelah diperoleh hasil potensi simpanan karbon baik pada petak tahun tanam 1995 maupun pada petak tahun tanam 1994, untuk menguji keaktualan data maka dilakukan analisis menggunakan statistika dengan menggunakan pengujian hipotesis yang telah dibuat. Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan tingkat keterandalan yang nyata dengan nilai R-Sq = 96,01%. Sedangkan hasil uji hipotesis pertama yaitu pada faktor vegetasi yang terdapat di dalam hutan Pinus tahun tanam 1995 dan hutan Pinus tahun tanam 1994 yang terdiri dari vegetasi (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) menunjukkan ada atau terdapat vegetasi (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon. Berbeda dengan hasil hipotesis yang kedua, yaitu pada faktor umur dimana pada taraf nyata 5% belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa hutan Pinus tahun tanam 1995 maupun hutan Pinus tahun tanam 1994 berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon. Hal tersebut sesuai dengan nilai p-value = 0,2351 dimana nilai tersebut >0,05 dan menerima H 0. Berdasarkan pengujian hipotesis yang pertama, maka digunakan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (Uji Perbandingan Berganda Duncan). Perbandingan berganda Duncan pada dasarnya hampir sama dengan motode Tukey tetapi prosedur Duncan mempersiapkan segugus nilai pembanding yang nilainya meningkat tergantung dari jarak peringkat dua buah perlakuan yang akan dibandingkan (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Hasil uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test menunjukkan pada taraf nyata 5%, faktor vegetasi yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon adalah pada tingkat pohon baik di hutan Pinus tahun tanam 1995 maupun hutan Pinus tahun tanam 1994. Pengujian ini membuktikan dan menjawab hipotesis sebelumnya yaitu ada atau terdapat vegetasi (pohon, tumbuhan bawah, dan serasah) yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon. Hasil analisis data menggunakan statistik menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi yang ada di lapangan karena pohon memang memberikan pengaruh yang cukup banyak terhadap potensi biomassa total dan potensi simpanan karbon total di atas permukaan lahan. Hal ini terlihat dari potensi volume pohon yang cukup besar berpengaruh terhadap potensi biomassa total dan potensi simpanan karbon total di atas permukaan lahan dibandingkan nilai potensi

34 biomassa total dan potensi simpanan karbon total pada tumbuhan bawah dan serasah yang memberikan nilai kecil terhadap potensi biomassa total dan potensi simpanan karbon total di atas permukaan lahan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis statistika ini adalah variabel pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap simpanan karbon di hutan Pinus adalah pohon..