I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung merupakan restorasi gigi yang dilakukan di luar mulut. Restorasi gigi tidak langsung biasanya membutuhkan bantuan semen perekat (American Dental Association, 2003). Semen perekat berfungsi untuk melekatkan restorasi yang diharapkan pelekatan tersebut kuat dan bertahan untuk waktu yang lama. Beberapa macam jenis semen yaitu semen oksida seng eugenol, semen seng fosfat, semen polikarboksilat, semen ionomer kaca konvensional, semen resin, dan semen ionomer kaca modifikasi resin (Baum, 1997). Semen ionomer kaca modifikasi resin merupakan semen ionomer kaca konvensional yang ditambahi resin (Roberson dkk., 2002). Indikasi semen perekat ionomer kaca modifikasi resin untuk pelekatan mahkota permanen keramik-metal dan gigi tiruan cekat, logam inlay, onlay, mahkota alloy dan jembatan ke struktur gigi, pembentuk inti restorasi, dan pelekatan braket ortodontik (Sakaguchi dan Powers, 2012). Reaksi setting semen ionomer kaca modifikasi resin terdiri dari dua tahap, yaitu polimerisasi dari sinar tampak dan polimerisasi dari golongan metakrilat dari reaksi self-cured (Sakaguchi dan Powers, 2012; Roberson dkk., 2002). 1
2 Pelekatan semen dipengaruhi oleh kemampuannya untuk berikatan secara adhesi terhadap dentin. Mekanisme pelekatan semen pada gigi yaitu adanya pertukaran ion kalsium dalam dentin gigi dengan ion karboksilat dalam semen (Leonita dan Iskandar, 2005). Semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki beberapa keuntungan, yaitu pelepasan fluor lebih besar dan retensi yang baik. Semen ionomer kaca meningkatkan adhesi ke struktur gigi (Konings dan Krueger, 2006). Penambahan resin pada semen ionomer kaca dapat meningkatkan kekuatan pelekatan dengan mekanisme micromechanical interlocking (Sakaguchi dan Powers, 2012). Semen resin memiliki komponen matriks resin. Matriks resin adalah monomer diakrilat yang mengandung gugus asam. Gugus asam ini berikatan dengan kalsium pada gigi. Resin ini hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu karena mengiritasi pulpa dan terjadi kebocoran mikro (Baum, 1997; Konings dan Krueger, 2006). Semen resin dapat digunakan untuk berbagai jenis pelekatan, yaitu protesa yang kurang retensi, semua protesa keramik yang membutuhkan estetika tinggi, dan braket ortodontik (Anusavice, 2003). Komposisi semen resin terbaru sama dengan komposisi bahan-bahan tumpatan resin komposit. (Baum, 1997). Semen resin memiliki kekuatan ikatan yang tinggi dengan struktur gigi. Sifat mekanis semen resin ditentukan oleh derajat konversi dan kandungan filler oleh matriks organik. Semakin tinggi sifat mekanismenya, semakin tinggi konversi dan semakin banyak filler (Sakaguchi dan Powers, 2012). Kelebihan semen resin adalah kelarutan kecil, adhesi yang besar, dan kekuatan material yang tinggi (Konings dan Krueger, 2006).
3 Dalam rongga mulut, material semen ionomer kaca modifikasi resin dan semen resin dapat mengalami penurunan sifat mekanis akibat penuaan. Keawetan material kedokteran gigi dapat diuji dengan cara mengevaluasi karakteristik mekanik dan struktural yang terjadi selama penuaan klinis (Morresi dkk., 2014). Teknik yang dapat digunakan untuk mensimulasi penuaan adalah dengan cara dipapar larutan dengan derajat keasaman tertentu, perendaman dalam saliva, dan kontaminasi bakteri (Khoroushi dan Rafiei, 2012). Salah satu media yang digunakan sebagai simulasi percepatan penuaan buatan adalah larutan NaOCl 10%. Larutan NaOCl sering digunakan bersama EDTA 17% sebagai bahan irigasi dalam perawatan saluran akar gigi (Walton dan Torabinejad, 2008). Perendaman dalam larutan NaOCl 10% dapat mempercepat waktu penuaan. Perendaman dalam larutan NaOCl 10% selama 3 jam memperlihatkan pola degradasi sangat mirip dengan perendaman dalam air selama 12 bulan (Garbui dkk., 2012). Metode perendaman dalam NaOCl 10% dan thermocycling merupakan salah satu simulasi percepatan penuaan buatan untuk mengetahui kekuatan pelekatan semen dengan dentin setelah perendaman (Souza dkk., 2015). Ion natrium memutus ikatan kimia antara partikel filler dan matriks, sehingga terjadi degradasi matriks resin serta korosi partikel filler yang dapat mengurangi kekuatan mekanik (Cruvinel dkk., 2007). Semen perekat harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan pengunyahan di dalam mulut. Pada umumnya tekanan yang mengenai suatu bahan merupakan gabungan dari kekuatan tekan, kekuatan tarik, dan kekuatan
4 geser. Gaya geser dapat menahan tekanan yang diterima oleh gigi di dalam rongga mulut selama mastikasi (Craig dan Ward, 2002). Lapisan hibrid mempengaruhi kekuatan ikatan semen resin. Jika lapisan ini porus, maka molekul H2O dapat menembus dan memungkinkan terjadinya hidrolisis. Keadaan ini memungkinkan terjadinya penurunan kekuatan ikatan geser. Semen perekat biasanya diindikasikan untuk penyemenan mahkota, oleh sebab itu uji kekuatan ikatan geser lebih dipilih dibanding kekuatan ikatan tarik karena gaya kekuatan perpindahan mahkota cenderung geser (Holderegger dkk., 2008). Kekuatan geser penting artinya dalam mempelajari pelekatan antara dua bahan, kekuatan pelekatan suatu bahan akan maksimal ketika lapisan adhesif dan adheren berkontak pada area permukaan yang luas (McCabe dan Walls, 2008). Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan geser antara lain bentuk subyek penelitian, tekstur permukaan, komposisi, dan preparasi dari subyek penelitian serta prosedur pengukuran dari mesin (Craig dan Ward, 2002). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, timbul permasalahan apakah terdapat perbedaan kekuatan geser pelekatan antara semen ionomer kaca modifikasi resin dengan semen resin pada dentin setelah perendaman dalam NaOCl 10%.
5 C. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan penulis, penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser pelekatan semen ionomer kaca modifikasi resin dan semen resin pada dentin setelah perendaman dalam larutan NaOCl 10% memiliki pokok acuan sebelumnya dengan judul Perbandingan Kekuatan Geser Pelekatan Semen Ionomer Kaca Konvensional dan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin pada Dentin dalam Perendaman Saliva ph 7 dan 5 oleh Dentisia A Shabahati (2014). Hasil pada penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh jenis semen ionomer kaca terhadap kekuatan geser pelekatan pada dentin, tidak terdapat pengaruh ph saliva terhadap kekuatan geser pelekatan semen ionomer kaca pada dentin, dan tidak terdapat interaksi antara jenis semen ionomer kaca dan ph saliva terhadap kekuatan geser pelekatan pada dentin. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah pada bahan semen yang digunakan dan perlakuan yang diteliti. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kekuatan geser pelekatan antara semen ionomer kaca modifikasi resin dengan semen resin pada dentin setelah perendaman dalam larutan NaOCl 10%.
6 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberi informasi besar kekuatan geser pelekatan semen ionomer kaca modifikasi resin dan semen resin terhadap dentin setelah perendaman dalam NaOCl 10%. 2. Menambah pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya bidang konservasi mengenai pertimbangan pemilihan semen perekat.