BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung merupakan pengaruh dari perubahan global. Ilmu. pengetahuan yang semakin berkembang serta teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil apabila ada perubahan

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Meningkatkan Hasil Pemahaman Siswa Melalui Model Cooperatif Learning Tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi tersebut bisa berlangsung di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu, pendidikan perlu dikembangkan lebih jauh dan inovatif untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara. Keberhasilan pembelajaran akan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Keberhasilan pendidikan tidak hanya bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa tetapi juga ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilengkapi dengan pendekatan atau strategi yang tepat. Proses pembelajaran yang dilakukan guru seharusnya dapat merangsang siswa untuk dapat bekerja sama dengan temantemannya, menumbuhkan sikap mandiri, kreatif, dan dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan mereka sehari-hari dan dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal memang dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. karena dengan peningkatan mutu proses belajar di kelas, maka peningkatan mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan. Salah Diki Cendana, 2012 Penerapan Strategi Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kurikulum satuan pendidikan di SD (2006) sebagaimana diungkap Badan Standar Nasional Pendidikan dikemukakan bahwa pembelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berkaitan dengan hal di atas, beberapa penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa tersebut, disebabkan karena pada saat berlangsungnya proses pembelajaran IPS, kebanyakan dari siswa masih bersikap kurang memperhatikan. Selain itu, siswa sangat jarang untuk memfokuskan perhatiannya pada materi pelajaran saat sedang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas. Namun yang mereka lakukan justru sebaliknya yakni hanya membuat suasana kelas menjadi gaduh dan tidak kondusif. Kondisi demikian terbukti berdampak signifikan terhadap hasil belajar mereka, yakni mendapatkan nilai dibawah standar ketuntasan belajar. Salah satu sebab kurangnya minat siswa adalah selama ini pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran IPS harus diakui masih bersifat konvensional dan tidak menarik. Atau dengan kata lain, umumnya pembelajaran IPS yang berlangsung di sekolah dasar (SD) masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang konvensional antara lain pendekatan

3 ekspositori. Pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran dimana pusat pengajaran berada di tangan guru. Dalam hal ini guru lebih aktif memberikan informasi dalam menerangkan suatu konsep, sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS merupakan salah satu bidang studi yang memfokuskan kajiannya pada hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas sosial yang ada di sekililing peserta didik. Dengan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial maka diharapkan peserta didik memiliki pemahaman dan kecakapan sosial yang baik sehingga bisa bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Selain itu, dengan memahami bidang studi ini dengan baik, maka peserta didik dapat menjadi masyarakat yang mencintai masyarakatnya dan tidak menjadi orang lain dalam masyarakatnya. Dalam realita di lapangan penulis pun mengalami langsung apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas, setelah di identifikasi ternyata ada beberapa masalah dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Siswa kurang fokus terhadap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. 2. Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari IPS secara sungguh-sungguh. 3. Pembelajaran yang diterima oleh siswa kurang menarik bagi siswa, sehingga siswa kurang merasa tertantang untuk mempelajari IPS. 4. Guru kurang kreatif dalam penggunaan media, metode, dan strategi yang relevan dan menarik bagi siswa. 5. Hasil belajar yang masih kurang dari KKM

4 Disamping hal yang dijelaskan diatas, lokasi sekolah peneliti yang sangat jauh dari pusat kota menyebabkan proses pembelajaran pun tidak berlangsung baik sebagaimana yang terjadi di sekolah-sekolah lain. Hal ini diperparah dengan tingkat kedisiplinan siswa dan guru yang rendah, sehingga pada akhirnya hasil belajar dan tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara optimal dan menyeluruh. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode cooperative learning sebagai strategi dalam pemecahan masalah yang ada di sekolah tersebut, tepatnya di kelas IV. Slavin (Isjoni 2011), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Metode cooperative learning sebagai suatu model pembelajaran yang kreatif dan inovatif diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan kerjasama dan kreatifitas siswa. Selain itu melalui pembelajaran kooperatif diharapkan peserta didik mampu mengembangkan rasa simpati dan empati kepada sesamanya, sehingga peserta didik tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual tetapi juga memiliki kecerdasan emosional. Salah satu tipe dari metode coorperative learning adalah tipe berkirim salam dan soal. Metode pembelajaran ini mengacu kepada proses dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar. Tipe ini memberi kesempatan siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.

5 Dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa, berbagai komponen pendidikan sangat menentukan, baik aspek guru, siswa, kurikulum, dan sarana pembelajaran. Tidak terkecuali faktor pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa termotivasi untuk kemudian ingin mengetahui lebih jauh melalui sebuah penelitian tindakan kelas mengenai hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPS dengan mengangkat judul sebagai berikut: Penerapan strategi pembelajaran cooperative learning teknik berkirim salam dan soal untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial B. Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti adalah bagaimana penggunaan strategi Cooperative Learning teknik berkirim salam dan soal terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 2 Suntenjaya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah penerapan strategi cooperatif learning teknik berkirim salam dan soal dalam mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 2 Suntenjaya? 2. Apakah penerapan strategi kooperatif learning teknik berkirim salam dan soal dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 2 Suntenjaya?

6 C. Tujuan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Serta menemukan sesuatu hal yang baru, yang bisa menjadikan pembelajaran yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Ingin mengungkap penerapan strategi cooperative learning teknik berkirim salam dan soal di kelas IV SDN 2 Suntenjaya. 2. Ingin mengungkap peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi cooperative learning tekni berkirim salam dan soal di kelas IV SDN 2 Suntenjaya. D. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan self reflective teaching ini akan banyak memberikan masukan dan manfaat yang berarti bagi perseorangan dan ataupun institusi, seperti di bawah ini. 1. Bagi Guru: Dengan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas ini Guru memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi IPS. Sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran, dan mengembangkan profesionalisme keguruannya. Selain itu dapat ikut serta belajar melakukan PTK dalam rangka proses kenaikan tingkat di kemudian hari.

7 2. Bagi siswa: Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman (prestasi belajar) siswa tentang konsep-konsep IPS, meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar IPS secara berkelompok, meningkatkan perkembangan sosial siswa melalui kerja sama dengan sesamanya. Dengan mempraktekan pembelajaran kooperatif di ruang kelas, suatu hal kelak kita akan menuai benih persahabatan dan perdamaian, karena pembelajaran kooperatif memandang siswa sebagai makhluk sosial (homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia srigala bagi sesamanya). 3. Bagi Sekolah Dasar: Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran IPS. Sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 4. Bagi pihak lain yang berkepentingan, PTK ini merupakan sumbangan pemikiran dalam rangka mencari alternatif strategi model belajar yang akan digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. E. Defenisi Operasional 1. Cooperative learning Slavin (Isjoni 2011) menyebutkan cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam

8 kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lahi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar sesame dengan mereka. Pembelajaran kooperatif ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya sebagian siswa saja yang bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa malu apabila di ex-pose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila para murid saling menginginkan agar siswa lainnya tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yang dirasa perlu untuk mengalami perbaikan. Dengan mempraktekan pembelajaran kooperatif di ruang kelas, suatu hal kelak kita akan menuai benih persahabatan dan perdamaian, karena pembelajaran kooperatif memandang siswa sebagai makhluk sosial (homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia srigala bagi sesamanya). 2. Teknik Berkirim Salam dan Soal Teknik berkirim salam dan soal merupakan salah satu varian dari strategi pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Karena pada teknik ini siswa berpean langsung untuk membuat pertanyaan sendiri sehingga akan terdorong

9 untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya (Anita Lie, 2007). Teknik ini merupakan teknik yang menitik beratkan kepada kemampuan siswa untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Karena didalamnya ada berkirim salamnya, siswa pun bisa mengeluarkan kreatifitas untuk membuat yel-yel kelompok. Sehingga pada pelaksanaannya siswa pun saling berkompetisi satu sama lain dengan tidak merasa jenuh atau bosan. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Peneliti dalam hal ini berpendapat bahwa teknik berkirim salam dan soal adalah suatu teknik belajar yang didalamnya memberi kesempatan untuk siswa menuangkan pengetahuannya secara individu dan berkelompok ketika mendapatkan soal dari kelompok lain, serta didalamnya mengajak siswa untuk

10 aktif dan mengeluarkan kreatifitasnya ketika memberikan salam kelompok kepada kelompok lain. Pada dasarnya dalam teknik ini perlu hubungan yang sangat komprehensif antara tenaga pendidik dan pendidik, karena teknik ini memerlukan suatu kerjasama yang baik agar bisa dilakukan dengan baik dan menghasilkan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada teknik ini, soal yang akan diberikan kepada kelompok lain bisa dibuat oleh kelompok, ataupun memilih dari soal yang telah ada di dalam buku pedoman pembelajaran, ataupun yang telah disediakan oleh guru. Setiap kelompok sebelum memberikan soal, harus mempunyai jawaban dari soal yang akan diberikan kepada kelompok lainnya. Dengan demikian siswa akan bekerja keras dalam suasana saling membantu dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan keterampilan berkomunikasi antar sesamanya. 3. Hasil Belajar. Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa. Keduanya akan meghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang bersifat non-fisik seperti sikap atau kecakapan. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa dapat disebut hasil belajar (Eko Putro 2009:25). Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu output dan outcome. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa yang dapat segera

11 diketahui setelah serangkaian pembelajaran dan tes. Output sendiri dibedakan menjadi dua yaitu hard skills dan soft skills. Hard skills merupakan kecakapan yang lebih mudah untuk dilakukan pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua, yaitu kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Kecakapan akademik merupakan ecakapan untuk menguasai bernagai konsep dalam bidang ilmu-ilmu yang dipelajari. Sedangkan kecakapan vokasional yaitu kecakapan yang berkaitan dengan bidang-bidang tertentu. Dalam taksonomi pembelajaran Bloom, kecakapan akademik masuk dalam ranah motorik. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar suatu tujuan akhir yang berupa berbagai macam atau rata-rata dari hasil tes yang telah dilakukan didalam kelas setelah pembelajaran selesai. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi setelah peneliti melakukan atau menjalankan strategi dan teknik yang akan diteliti di kelas.