PENENTUAN LOKASI (Route Location) Penentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dilakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelum tahap perancangan (design) suatu jalan. Penentuan lokasi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik yang harus dihubungkan dengan juga mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus dihindari. Koridor dapat didefinisikan sebagai bidang memanjang yang menghubungkan dua titik. Sedangkan trase adalah seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana sumbu jalan. Dalam tahap penentuan lokasi terdapat dua tahap kegiatan : - Tahap-1 adalah studi penyuluhan (reconnaissance study) untuk menentukan berbagai koridor yang memenuhi persyaratan. - Tahap-2 adalah meliputi suatu tujuan yang lebih mendalam dari alternatif-alternatif koridor yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Hasil dari tahap ini merupakan suatu rancangan pendahuluan dalam koridor terbaik. Peta Untuk keperluan perencanaan dan desain jalan, biasanya digunakan peta topografis (peta rupa bumi/peta kontur) dengan garis-garis kontur : - Garis kontur (counterline / tranche) adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama - Garis kontur adalah garis tertutup (didalam atau diluar gambar) dan bukan garis patah-patah tapi lengkung - Garis kontur yang tertututup yang agak kecil berarti puncak seperti di A pada gambar atau lembah kecil seperti di B, dan kalau terisi air menjadi danau - Garis-garis kontur tidak bisa berpotongan satu sama lain, kecuali ada daratan yang menonjol (over hang) seperti di C, tetapi perpotongan harus pada 2 tempat dan ini jarang sekali terjadi - Kalau kelandaian merata, jarak antara garis-garis kontur adalah sama. Makin datar medan, makin jauh antara garis-garis kontur. Makin curam makin berdekatan garis tingginya (D) - Pada jurang, garis kontur berputar seperti naik dan turun lagi dibagian sungai (E). Garis kontur dan sungai akan berpotongan tegak lurus - Garis kontur biasanya mempunyai angka ketinggian yang bulat dan tiap garis tinggi kelima dipertebal Pada tahap perencanaan maupun perancangan dibutuhkan peta dengan berbagai skala. Untuk studi penyuluhan biasanya dipergunakan peta berskala 1 : 5000 atau 1 : 10000 Setelah terpilih koridor terbaik, dibuat suatu peta dari koridor tersebut dengan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000
Survei Pengukuran Pengukuran dilakukan dengan dua maksud utama yaitu : 1. Penentuan posisi titik-titik (benda alam atau bangunan) yang ada diatas permukaan bumi, yang satu terhadap yang lainnya yang semuanya dinyatakan atau digambarkan sebagai sebuah peta. 2. Pemindahan posisi-posisi dari bangunan-bangunan dan pekerjaan engineering lainnya yang telah direncanakan diatas peta keatas lapangan. Untuk keperluan pembuatan peta, terdapat dua cara yang dapat dilakukan yaitu : 1. Survei cara teristris Disebut cara teristris karena pada pembuatan peta-peta, semua pengukuran dilakukan dilapangan yang bersangkutan. 2. Survei cara fotogrametris Disebut cara fotpgrametris karena pembuatan peta-petandigunakan foto-foto udara. Pengerjaan lapangan hanya pada pengukuran titik-titik kontrol dari foto-foto udara. Titik kontrol ini akan menjadi titik-itik polygon utama. Khusus untuk pembangunan jalan, pekerjaan survey yang perlu dilakukan adalah: Survei Penyuluhan (Reconnaissance Survey) Untuk bisa mendapatkan suatu jalur berupa daerah sempit dan memanjang dimana bisa diletakkan trase jalan yang dimaksud. Survei Pendahuluan (Preliminari Survey) Dimana pada jalur yang dipilih pada survei penyuluhan akan dilokasikan suatu alinemen tentatif. Survei Lokasi (Location Survey) Pada tahap ini hasil alinemen diatas peta dari survei pendahuluan akan dipindahkan/dipatok dilapangan. Survei Konstruksi Pengukuran-pengukuran untuk membantu pelaksanaan konstruksi.
Faktor-faktor yang menentukan pemilihan lokasi jalan (Route Location) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi koridor jalan diantaranya : 1. Pengaruh Medan/Topografi - Pada kondisi medan tertentu, jarak terpendek belum tentu merupakan jalan yang optimum (Gambar 1.). - Bila terdapat bukit-bukit maka jarak terpendek mungkin akan memiliki kelandaian yang terlalu besar sehingga melebihi kelandaian maksimum yang disyaratkan oleh standar perencanaan yang tergantung kepada jenis dan kelas jalan. - Pada jalan yang landai perlu diteliti panjang kritisnya serta kemampuan kendaraan berat untuk melaluinya. Gambar 1. Pengaruh Medan terhadap Jalan dengan jarak terpendek 2. Perpotongan dengan Sungai - Pada lokasi dimana terdapat badan air (sungai), perpotongan tegak lurus akan menghasilkan penyeberangan (jembatan) yang terpendek. - Dilain pihak, perpotongan miring rencana jalan dapat memiliki keuntungan jalan yang melewatinya menjadi lebih lurus, sehingga perpotongan dengan badan sungai disesuaikan. (Gambar 2)
Gambar 2. Perpotongan Jalan dan Sungai 3. Daerah Lahan Kritis - Rencana jalan diusahakan tidak melewati daerah lahan kritis yaitu daerah yang rawan longsor, daerah patahan maupun daerah genangan atau rawa-rawa karena walupun dapat diatasi dengan penanganan tertentu, namun berimplikasi terhadap tingginya biaya konstruksi maupun biaya pemeliharaan jalan. 4. Daerah Aliran Sungai - Daerah aliran sungai adalah daerah yang air hujannya akan mengalir ke sungai tersebut. - Rencana jalan (terutama jalan antar kota) biasanya akan melintasi satu atau lebih daerah aliran sungai yang dibatasi oleh pegunungan, sehingga harus diperhatikan dalam penentuannya mengingat perpotongan dengan air akan memerlukan kostruksi khusus berupa jembatan, gorong-gorong atau lainnya
Gambar 3. Sungai dan Pegunungan 5. Material Konstruksi Jalan - Sumber bahan bangunana jalan dapat menjadi faktor yang penting bagi penentuan lokasi jalan. Contohnya pada kasus tertentu biaya pengangkutan material dapat menjadi lebih besar dari harga materialnya itu sendiri, sehingga pengalihan rencana jalan mendekati lokasi sumber material akan menjadi lebih ekonomis. 6. Galian dan Timbunan - Jumlah pekerjaan tanah dalam pembangunan jalan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena galian maupun timbunan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. - Galian yang terlalu dalam akan membutuhkan penanganan khusus terhadap dinding galian yang terjadi untuk menghindari kemungkinan terjadinya longsor - Pekerjaan galian dan timbunan diusahakan seimbang
7. Pembebasan Tanah - Tidak semua tanah dikuasai oleh negara, sehingga tanah milik masyarakat perlu dibebaskan terlebih dahulu dengan memberikan ganti rugi kpada pemilik. Terutama didaerah perkotaan, harga tanah bisa sangat tinggi dan proses pembebasan yang dapat memakan waktu lama dan mengganggu jadwal konstruksi jalan - Tanah negara yang berada dibawah pengawasandan pengelolaan suatu instansi negara (misalnya tanah hutan, perkebunana, dll) juga memerlukan koordinasi yang baik 8. Lingkungan dan Sosial - Pembangunan jalan memiliki dampak sosialdan lingkungan, terutama didaerah perkotaan dampak ini akan semakin signifikan. - Dampak sosial dan lingkungan diantaranya polusi (udara, suara, geteran, dsb) yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup akibat adanya jalan baru