PENENTUAN LOKASI (Route Location)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

BAB III METODE PELAKSANAAN

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA

BAB. Bentuk Permukaan Bumi

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Modul 10 Garis Kontur

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

KONTUR ILMU UKUR TANAH II. DIII Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

BAB IX JALUR TRANSMISI DAN UTILITAS

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME

Home : tedyagungc.wordpress.com

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

3.4 Uji Laik Fungsi Jalan Teknis Geometrik Jalan Teknis Struktur Perkerasan Jalan Teknis Struktur Bangunan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI - PEJAGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

KONTUR.

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

Perancangan Perkerasan Jalan

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

Persyaratan Teknis jalan

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Ringkasan Materi Pelajaran

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk mengangkut hasil tambang batu bara dari (Pit) di Balau melalui

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Oleh : Maizir. Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang. Abstrak

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

Pengumpulan Data Gambaran tentang lokasi studi Dampak lingkungan yang terjadi di lokasi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IX JALUR TRANSMISI DAN UTILITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN - - TELAAH PERMASALAHAN - - INVENTARISASI KEB. DATA PENGUMPULAN DATA AWAL PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA & EVALUASI

Transkripsi:

PENENTUAN LOKASI (Route Location) Penentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dilakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelum tahap perancangan (design) suatu jalan. Penentuan lokasi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik yang harus dihubungkan dengan juga mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus dihindari. Koridor dapat didefinisikan sebagai bidang memanjang yang menghubungkan dua titik. Sedangkan trase adalah seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana sumbu jalan. Dalam tahap penentuan lokasi terdapat dua tahap kegiatan : - Tahap-1 adalah studi penyuluhan (reconnaissance study) untuk menentukan berbagai koridor yang memenuhi persyaratan. - Tahap-2 adalah meliputi suatu tujuan yang lebih mendalam dari alternatif-alternatif koridor yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Hasil dari tahap ini merupakan suatu rancangan pendahuluan dalam koridor terbaik. Peta Untuk keperluan perencanaan dan desain jalan, biasanya digunakan peta topografis (peta rupa bumi/peta kontur) dengan garis-garis kontur : - Garis kontur (counterline / tranche) adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama - Garis kontur adalah garis tertutup (didalam atau diluar gambar) dan bukan garis patah-patah tapi lengkung - Garis kontur yang tertututup yang agak kecil berarti puncak seperti di A pada gambar atau lembah kecil seperti di B, dan kalau terisi air menjadi danau - Garis-garis kontur tidak bisa berpotongan satu sama lain, kecuali ada daratan yang menonjol (over hang) seperti di C, tetapi perpotongan harus pada 2 tempat dan ini jarang sekali terjadi - Kalau kelandaian merata, jarak antara garis-garis kontur adalah sama. Makin datar medan, makin jauh antara garis-garis kontur. Makin curam makin berdekatan garis tingginya (D) - Pada jurang, garis kontur berputar seperti naik dan turun lagi dibagian sungai (E). Garis kontur dan sungai akan berpotongan tegak lurus - Garis kontur biasanya mempunyai angka ketinggian yang bulat dan tiap garis tinggi kelima dipertebal Pada tahap perencanaan maupun perancangan dibutuhkan peta dengan berbagai skala. Untuk studi penyuluhan biasanya dipergunakan peta berskala 1 : 5000 atau 1 : 10000 Setelah terpilih koridor terbaik, dibuat suatu peta dari koridor tersebut dengan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000

Survei Pengukuran Pengukuran dilakukan dengan dua maksud utama yaitu : 1. Penentuan posisi titik-titik (benda alam atau bangunan) yang ada diatas permukaan bumi, yang satu terhadap yang lainnya yang semuanya dinyatakan atau digambarkan sebagai sebuah peta. 2. Pemindahan posisi-posisi dari bangunan-bangunan dan pekerjaan engineering lainnya yang telah direncanakan diatas peta keatas lapangan. Untuk keperluan pembuatan peta, terdapat dua cara yang dapat dilakukan yaitu : 1. Survei cara teristris Disebut cara teristris karena pada pembuatan peta-peta, semua pengukuran dilakukan dilapangan yang bersangkutan. 2. Survei cara fotogrametris Disebut cara fotpgrametris karena pembuatan peta-petandigunakan foto-foto udara. Pengerjaan lapangan hanya pada pengukuran titik-titik kontrol dari foto-foto udara. Titik kontrol ini akan menjadi titik-itik polygon utama. Khusus untuk pembangunan jalan, pekerjaan survey yang perlu dilakukan adalah: Survei Penyuluhan (Reconnaissance Survey) Untuk bisa mendapatkan suatu jalur berupa daerah sempit dan memanjang dimana bisa diletakkan trase jalan yang dimaksud. Survei Pendahuluan (Preliminari Survey) Dimana pada jalur yang dipilih pada survei penyuluhan akan dilokasikan suatu alinemen tentatif. Survei Lokasi (Location Survey) Pada tahap ini hasil alinemen diatas peta dari survei pendahuluan akan dipindahkan/dipatok dilapangan. Survei Konstruksi Pengukuran-pengukuran untuk membantu pelaksanaan konstruksi.

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan lokasi jalan (Route Location) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi koridor jalan diantaranya : 1. Pengaruh Medan/Topografi - Pada kondisi medan tertentu, jarak terpendek belum tentu merupakan jalan yang optimum (Gambar 1.). - Bila terdapat bukit-bukit maka jarak terpendek mungkin akan memiliki kelandaian yang terlalu besar sehingga melebihi kelandaian maksimum yang disyaratkan oleh standar perencanaan yang tergantung kepada jenis dan kelas jalan. - Pada jalan yang landai perlu diteliti panjang kritisnya serta kemampuan kendaraan berat untuk melaluinya. Gambar 1. Pengaruh Medan terhadap Jalan dengan jarak terpendek 2. Perpotongan dengan Sungai - Pada lokasi dimana terdapat badan air (sungai), perpotongan tegak lurus akan menghasilkan penyeberangan (jembatan) yang terpendek. - Dilain pihak, perpotongan miring rencana jalan dapat memiliki keuntungan jalan yang melewatinya menjadi lebih lurus, sehingga perpotongan dengan badan sungai disesuaikan. (Gambar 2)

Gambar 2. Perpotongan Jalan dan Sungai 3. Daerah Lahan Kritis - Rencana jalan diusahakan tidak melewati daerah lahan kritis yaitu daerah yang rawan longsor, daerah patahan maupun daerah genangan atau rawa-rawa karena walupun dapat diatasi dengan penanganan tertentu, namun berimplikasi terhadap tingginya biaya konstruksi maupun biaya pemeliharaan jalan. 4. Daerah Aliran Sungai - Daerah aliran sungai adalah daerah yang air hujannya akan mengalir ke sungai tersebut. - Rencana jalan (terutama jalan antar kota) biasanya akan melintasi satu atau lebih daerah aliran sungai yang dibatasi oleh pegunungan, sehingga harus diperhatikan dalam penentuannya mengingat perpotongan dengan air akan memerlukan kostruksi khusus berupa jembatan, gorong-gorong atau lainnya

Gambar 3. Sungai dan Pegunungan 5. Material Konstruksi Jalan - Sumber bahan bangunana jalan dapat menjadi faktor yang penting bagi penentuan lokasi jalan. Contohnya pada kasus tertentu biaya pengangkutan material dapat menjadi lebih besar dari harga materialnya itu sendiri, sehingga pengalihan rencana jalan mendekati lokasi sumber material akan menjadi lebih ekonomis. 6. Galian dan Timbunan - Jumlah pekerjaan tanah dalam pembangunan jalan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena galian maupun timbunan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. - Galian yang terlalu dalam akan membutuhkan penanganan khusus terhadap dinding galian yang terjadi untuk menghindari kemungkinan terjadinya longsor - Pekerjaan galian dan timbunan diusahakan seimbang

7. Pembebasan Tanah - Tidak semua tanah dikuasai oleh negara, sehingga tanah milik masyarakat perlu dibebaskan terlebih dahulu dengan memberikan ganti rugi kpada pemilik. Terutama didaerah perkotaan, harga tanah bisa sangat tinggi dan proses pembebasan yang dapat memakan waktu lama dan mengganggu jadwal konstruksi jalan - Tanah negara yang berada dibawah pengawasandan pengelolaan suatu instansi negara (misalnya tanah hutan, perkebunana, dll) juga memerlukan koordinasi yang baik 8. Lingkungan dan Sosial - Pembangunan jalan memiliki dampak sosialdan lingkungan, terutama didaerah perkotaan dampak ini akan semakin signifikan. - Dampak sosial dan lingkungan diantaranya polusi (udara, suara, geteran, dsb) yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup akibat adanya jalan baru