BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1958, hubungan antara inflasi dan pengangguran yang dikenal sebagai kedua

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selaku otoritas kebijakan moneter telah berupaya melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Baasir (2003) yang dikutip oleh Andrianus (2006) dalam

BAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara langsung, karena pelaku dari pengangguran itu adalah masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik

KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Phelps dan Nobel Ekonomi 2006

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro

1 Universitas indonesia

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Uang merupakan alat yang digunakan untuk membayar barang atau jasa

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

III. KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara tahun 2008 sampai tahun 2010 kurang stabil (lihat tabel 1.1 dan

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

Sebuah Pemulihan yang Menguat

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dimasa yang akan datang. Seorang investor yang ingin melakukan investasi bisa

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang sering dihadapi oleh suatu negara. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara, secara umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high employment), stabilitas harga (stable price) dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rapid growth) (Friedman,1968). Dalam penerapannya, kebijakan ekonomi terbagi menjadi dua jenis, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter sering digunakan dalam jangka pendek oleh bank sentral dengan dua sasaran yaitu untuk menjaga aktivitas ekonomi tetap tinggi dan mencapai tingkat inflasi yang rendah (Dornbusch, et al, 2008). Secara umum inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum berbagai barang secara terus-menerus. Bukan berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Terdapat kemungkinan kenaikan tersebut tidak bersamaan, yang penting adalah terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja bukanlah merupakan inflasi. Tingkat pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang tidak memperoleh pekerjaan, di mana penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi (Dornbusch dan Fisher, 1997:7). 1

Dalam sudut pandang makroekonomi, pengangguran yang tinggi merupakan suatu masalah yang secara langsung mempengaruhi pendapatan dan standar hidup seseorang. Salah satu gambaran dampak dari tingginya tingkat pengangguran yaitu banyaknya sumber daya yang terbuang dan berkurangnya pendapatan masyarakat, sehingga akan mengurangi kesejahteraan masyarakat (Samuelson dan Nodhaus, 2004:288). Inflasi yang makin meningkat disertai dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang (Suparmoko,1997). Fakta empiris menunjukkan bahwa terdapat tradeoff antara inflasi dan pengangguran, di mana penurunan jumlah pengangguran atau meningkatnya pertumbuhan output cenderung di ikuti oleh meningkatnya tingkat inflasi. Tradeoff antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran pertama kali ditunjukkan oleh A.W. Phillips (1958) pada perekonomian Inggris periode 1861-1957. Dari hasil pengamatannya memperlihatkan korelasi negatif antara tingkat inflasi upah dan pengangguran yang digambarkan oleh Kurva Phillips (Phillips, 1958). Studi empiris lainnya yang mendukung mengenai tradeoff antara tingkat inflasi upah dan tingkat pengangguran dikemukakan oleh Samuelson dan Solow (1960). Samuelson dan Solow (1960) juga menemukan korelasi negative antara tingkat inflasi upah dan tingkat pengangguran pada data di Amerika Serikat. 2

Perkembangan lebih lanjut mengenai Kurva Phillips dikemukakan oleh Friedman (1968) yang berpendapat bahwa tradeoff antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran hanya akan terjadi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, tradeoff antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tidak akan terjadi. Selain itu, banyak studi yang kini menunjukkan hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran tidak lagi berbanding terbalik. Phelps (1967), Leijonhufvd (1968) dan Brinner (1977), menyatakan bahwa hubungan yang berbanding terbalik antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran tidak lagi berlaku pada negara-negara industri. Pada kenyataanya, fenomena mengenai tingkat inflasi maupun tingkat pengangguran ditanggapi berbeda-beda oleh setiap negara di dunia sesuai dengan kondisi dan prioritas negera tersebut. Tentunya terdapat berbagai faktor yang menjadi pertimbangan para pengambil kebijakan di suatu negara. Negara-negara maju cenderung memiliki sistem kebijakan moneter yang stabil, sehingga tingkat pengangguran juga cenderung konsisten (Debelle dan Laxton, 1997). Salah satu studi di negara maju yang dilakukan Fuhrer (1995) menyatakan bahwa Kurva Phillips masih berlaku di Inggris. Sementara itu, Malinov dan Sommers (1997) juga menemukan bahwa Kurva Phillips masih berlaku di negara-negara anggota OECD. Kurva Phillips tidak hanya memiliki pondasi teori yang kuat tetapi juga berimplikasi penting dalam politik (Furuoka, 2006). Salah satu tujuan bank sentral selaku otoritas moneter yaitu untuk menjaga stabilitas harga dengan mengontrol inflasi. Akan tetapi, jika terdapat hubungan negatif antara tingkat inflasi dan 3

(dalam persen) pengangguran maka bank sentral harus menghadapi sebuah dilemma untuk memilih kombinasi yang tepat antara tingkat inflasi yang rendah, pengangguran yang tinggi, atau kedua nya berjalan beriringan. Sebagai salah satu organisasi internasional yang memiliki pengaruh dalam perekonomian global, negara ASEAN juga memiliki masalah pada tingkat pengangguran yang tinggi sehingga menurunkan angka pengangguran menjadi salah satu fokus utama para pembuat kebijakan di negara tersebut. Berikut ini adalah perkembangan tingkat inflasi dan pengangguran di negara ASEAN pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 Gambar 1.1 Perkembangan Tingkat Inflasi dan Pengangguran di ASEAN Tahun 2000-2015 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 Inflasi Pengangguran 2.00 0.00 1995 2000 2005 2010 2015 2020 Tahun Sumber: World Bank, diolah 4

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa terdapat fluktuasi pada tingkat inflasi di negara ASEAN dari tahun 2000 sampai dengan 2015, sedangkan tingkat pengangguran konstan dan semakin lama mengalami penurunan. Namun, gambar diatas belum cukup untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan negatif antara tingkat inflasi dan pengangguran di negara ASEAN. Oleh karena itu, penelitian ini secara khusus membahas apakah terdapat hubungan negatif antara tingkat inflasi dan pengangguran di sepuluh negara anggota ASEAN. Selain itu, penulis menambahkan variabel ekspektasi inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar untuk mengetahui hubungan antara inflasi dengan variabel-variabel tersebut di sepuluh negara ASEAN sesuai dengan penelitian sebelumnya. 1.2 Permasalahan Penelitian Tingkat inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah menjadi fokus utama para pembuat kebijakan ekonomi dalam menjaga stabilitas suatu negara. Berdasarkan studi empiris yang dilakukan oleh Phillips (1958) terdapat hubungan negatif antara tingkat inflasi dan pengangguran pada perekonomian Inggris tahun 1861-1957 yang dikenal sebagai Kurva Phillips. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya pertentangan antara dua tujuan yang ingin dicapai oleh para pembuat kebijakan ekonomi dan menjadi sorotan bagi para peneliti serta akademisi. Friedman (1968) dan Phelps (1968) mengemukakan suatu gagasan yang menolak keberadaan Kurva Phillips dalam jangka panjang. Sementara itu, berdasarkan data historis di Amerika Serikat, Kurva Phillips mengalami kegagalan pada tahun 1970-an dan 1980-an dimana tingkat inflasi maupun pengangguran 5

cenderung terus meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya stagflasi di perekonomian Amerika Serikat (Lacker dan Weinberg, 2007). Selain perdebatan teoritis mengenai Kurva Phillips, pada kenyataannya negara-negara berkembang di dunia masih memiliki hambatan dalam mencapai tingkat inflasi dan pengangguran yang stabil. Ketidakstabilan ini berujung kepada risiko inflasi yang tinggi ataupun tingkat pengangguran yang besar, terlebih apabila kondisi internal suatu negara sedang buruk. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. apakah terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran di Negara ASEAN pada tahun 2000-2015? 2. apakah terdapat pengaruh dalam jangka pendek antara inflasi, pengangguran, ekspektasi inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar di Negara ASEAN pada tahun 2000-2015? 3. apakah terdapat pengaruh dalam jangka panjang antara inflasi, pengangguran, ekspektasi inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar di Negara ASEAN pada tahun 2000-2015? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. menganalisis apakah terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran di Negara ASEAN pada tahun 2000-2015; 6

2. menganalisis pengaruh jangka pendek antara inflasi, pengangguran, ekspektasi inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar di Negara ASEAN pada tahun 2000-2015; 3. menganalisis pengaruh jangka panjang antara inflasi, pengangguran, ekspektasi inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar di Negara ASEAN pada tahun 2000-2015; 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain adalah: a. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi wawasan baru mengenai hubungan antara inflasi dan pengangguran di negara ASEAN. b. Bagi pemerintah dan otoritas kebijakan moneter, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi informasi mengenai hubungan antara inflasi dan pengangguran sehingga dapat merumuskan kebijakan yang lebih terarah dan efektif. c. Bagi kalangan akademisi, bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memberi sumbangan pada penelitian lain dengan menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya terutama dalam menganalisis hubungan inflasi dan pengangguran. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 7

BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan hasildari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu juga diuraikan landasan teori mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan yang diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang jenis dan sumber data, model penelitian, serta metode analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjabarkan hasil dari analisis data yang telah diperoleh dan menjelaskan mengenai hasil perhitungan statistik dari hubungan masing-masing variabel termasuk dengan pengujian hipotesisnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis dan saran yang sesuai dengan permasalahan. 8