BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan

γ adalah tegangan permukaan satuannya adalah N/m

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN 5 Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Du Nouy. Dosen Pembina Bapak Sumari dan Bapak Yahmin

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

FLUIDA STATIS. Seekor serangga hinggap di atas permukaan air tanpa basah. Penjepit kertas

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI

TEGANGAN PERMUKAAN. alfiah indriastuti

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

TEGANGAN PERMUKAAN KEGIATAN BELAJAR 3 A. LANDASAN TEORI

P E T A K O N S E P. Zat dan Wujudnya. Massa Jenis Zat Wujud Zat Partikel Zat. Perubahan Wujud Zat Susunan dan Gerak Partikel Zat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Maret Eksperimen Model. Neraca Pegas Jolly. FI422 Eksperimen Fisika Dasar I Laboratorium Fisika Dasar

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

MENENTUKAN TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Laporan Praktikum KI3141 Kimia Fisik Percobaan G-3 Tegangan Permukaan Cairan Cara Cincin Du Nouy. : Gayatri Ayu Andari NIM :

MODUL- 9 Fluida Science Center U i n versit itas Brawijijaya

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN CARA CINCIN DU NUOY

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT PAKET 1

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

ANALISIS POLA PERUBAHAN VISKOSITAS MINYAK GORENG

F L U I D A. Besaran MKS CGS W Newton Dyne. D n/m 3 dyne/cm 3 g m/det 2 cm/det 2

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

SURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan )

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

KAPILARITAS MATERI POKOK


WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan:

TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit

VISKOSITAS CAIRAN. Selasa, 13 Mei Raisa Soraya* ( ), Siti Masitoh, M.Ikhwan Fillah. Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

LEMBAR PENILAIAN. 1. Teknik Penilaian dan bentuk instrument Bentuk Instrumen. Portofolio (laporan percobaan) Panduan Penyusunan Portofolio

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Fluida adalah suatu zat yang dapat berubah bentuk sesuai dengan wadahnya dan dapat mengalir (cair dan gas).

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. VISKOSITAS CAIRAN Selasa, 08 April 2014

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

Titik Leleh dan Titik Didih

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG

FLUIDA STATIS. 1. Perhatikan gambar, tabung yang penuh berisi air keluar melalui lubang A, B dan C

yang lain.. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II VISKOSITAS Sabtu, 05 April 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Fluida Statik & Dinamik

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

Modul l Modul 2 Modul 3

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Melalui kegiatan diskusi dan praktikum, peserta didik diharapkan dapat: 1. Merencanakan eksperimen tentang gaya apung

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah.

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN PADA ZAT CAIR

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA TERAPAN

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN

Jurnal Praktikum. Kimia Fisika II. Difusi Gas. Tanggal Percobaan: Senin, 08-April Disusun Oleh: Aida Nadia ( ) Kelompok 3 Kloter I:

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM HUKUM ARCHIMEDES

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum.

BESARAN DAN SATUAN Pengertian Besaran Jumlah. Besaran Pokok

Deteksi Efektifitas Bahan Antiseptik Melalui Pengukuran Tegangan Permukaan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Antiremed Kelas 7 Fisika

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini?

I. Tujuan. Dasar Teori

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

BAB III METODE PENELITIAN

FLUIDA. Alfiah indriastuti

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

MASSA JENIS MATERI POKOK

MEKANIKA FLUIDA BAB I

Materi Fluida Statik Siklus 1.

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila terdapat molekul-molekul yang terletak di permukaan cair maka gaya tarik molekul lain pada fasa uapnya. Gejala ini menyebabkan permukaan cairan cenderung berubah menuju ke luas permukaan yang sekecil mungkin, sehingga nampak dalam keadaan tegang. Pada percobaan kali ini kita akan menganalisa tegangan permukaan pada cairan dengan menggunakan metode berat tetes. Dengan menganalisa tegangan permukaan menggunakan metode berat tetes, kita dapat mengetahui nilai tegangan permukaan dari suatu larutan. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes 1.3 Tujuan 1.Menentukan nilai tegangan permukaan suatu zat cair dengan menggunakan metode berat tetes. Zat cair yang digunakan antara lain alkohol, aseton, dan air. 2.Membuat grafik hubungan antara suhu terhadap tegangan suatu permukaan. 3. Membandingkan tegangan permukaan yang didapat dari hasil percobaan dengan tegangan permukaan literatur. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tegangan Permukaan Tegangan permukaan adalah suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair menuju keadaan yang luas pemukaannya lebih kecil, seperti contoh yaitu permukaan datar, atau bulat seperti bola. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya. Seperti silet, berat dari silet menyebabkan permukaan zait cair sedikit melengkung kebawah dimana silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaannya sekecil mungkin. Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan γ didefinisikan sebagai gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setiap garis di permukaan fluida. F γ = L Permukaan fluida yang berada dalam keadaan tegang meliputi permukaan luar dan dalam (selaput cairan sangat tipis tapi masing jauh lebih besar dari ukururan satu molekul pembentuknya), sehingga untuk cincin dengan keliling L yang diangkat perlahan dari permukaan fluida, besarnya gaya F yang dibutuhkan untuk mengimbangi gaya-gaya permukaan fluida 2γ L dapat ditentukan dari pertambahan panjang pegas halus penggantung cincin (Dinamometer). Sehingga tegangan permukaan fluida memiliki nilai sebesar : F γ = 2L dimana, γ = tegangan permukaan (N/m) F = gaya (Newton) L = panjang permukaan selaput fluida (m) 2.2 Metode Pengukuran Tegangan Permukaan

Ada beberapa model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan suatu zat cair yaitu : 1. Metode pipa kapiler yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa tersebut dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu. Pada percobaan ini salah satu aspek yang mudah diamati adalah tentang sifat zat cair yaitu apakah zat cair

Gambar 2.1 Sudut kontak zat cair pada pipa kapiler Pada zat cair yang adhesive berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil daripada gaya adhesinya dan pada zat yang non-adhesive berlaku sebaliknya. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak (θ ) yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding (lihat gambar 2.1). Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adhesi). Harga dari sudut kontak ini berubah-ubah dari 0 sampai 180 derajat dan dibagi menjadi dua bagian yaitu : pada zat cair yang adhesive besarnya sudut kontak ( θ ) : 0 < θ < 90 (derajat) dan pada zat cair non-adhesive besarnya (θ ) : 90 < θ < 180 (derajat). Sedangkan besarnya tegangan permukaan ( γ ) yaitu : γ = F / ( 2 π R cos q ) dimana : F = p. R 2. y. ρ zat cair. g maka : γ = R. y. g. ρ zat cair / ( 2 cos θ ) Peristiwa adanya tegangan permukaan bisa pula ditunjukkan pada percobaan sebagai berikut jika cincin kawat yang diberi benang seperti pada gambar II.2a dicelupkan ke dalam larutan sabun, kemudian dikeluarkan akan terjadi selaput sabun dan benang dapat bergerak bebas. Jika selaput sabun yang ada diantara benang dipecahkan, maka benang akan terentang membentuk suatu lingkaran. Jelas pada benag sekarang bekerja gaya-gaya ke luar pada arah radial (gambar II.2b).

(a) (b) Gambar II.2 Tegangan Permukaan Dalam balon sabun, balon sabun biasanya berusia beberapa detik saja, kemudian menjadi buyar sendiri atau karena menyentuh benda lain. Sering digunakan untuk permainan anak-anak atau pertunjukan seni. Kulit balon sabun terdiri atas lapisan tipis air yang terjebak diantara dua lapisan molekul, biasanya sabun. Balon sabun terbentuk karena permukaan cairan (biasanya air) memiliki tegangan permukaan, yang menyebabkan lapisan itu elastis. Namun balon yang dibentuk dari cairan saja tidak stabil. Balon sabun yang ditiupkan di udara dengan suhu dibawah -15 o C akan membeku ketika menyentuh, biasanya sabun sebuah permukaan. Udara di dalamnya akan keluar secara perlahan melalui proses difusi hingga akhirnya balon menciut. Namun, pada suhu dibawah -25 o C, balon akan membeu di udara dan dapat pecah ketika meyentuh tanah. BAB III HASIL PERCOBAAN 3.1 Nilai tegangan permukaan alkohol pada masing- masing suhu No Suhu ( o C ) Tegangan permukaan (dyne/cm) 1 25 41,99 2 48 60,51 3 58 62,89 4 68 48,16

3.2 Nilai tegangan permukaan aseton pada masing-masing suhu No Suhu ( o C ) Tegangan permukaan (dyne/cm) 1 25 44,799 2 30 47,799 3 40 55,717 4 50 68,2 5 60 64,38 3.3 Grafik T (suhu) terhadap γ (tegangan permukaan) pada alkohol 3.4 Grafik T ( suhu ) terhadap γ ( tegangan permukaan ) pada aseton BAB IV

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil percobaan tegangan permukaan yang diperoleh, tegangan permukaan γ alkohol yang diperoleh pada suhu 25 o C =41,99 dyne/cm, 48 o C = 60,51 dyne/cm, 58 o C =62,89 dyne/cm, 68 o C= 48,16 dyne/cm. Sedangkan tegangan permukaan aseton yang didapat adalah 25 o C= 44,799 dyne/cm, 30 o C= 67,51 dyne/cm, 40 o C= 65,976 dyne/cm, 50 o C= 63,9375 dyne/cm, dan 60 o C= 56,252 dyne/cm. Dari hasil, bisa kita lihat bahwa nilai tegangan permukaan yang diperoleh nilainya berbeda-beda, sedangkan tegangan permukaan yang seharusnya didapat pada setiap kenaikan suhu, nilai tegangan permukaan yang diperoleh yaitu semakin kecil. Hal ini dikarenakan molekul cairan akan bergerak semakin cepat ketika suhu meningkat, sehingga gaya tarik menarik antar molekul cairan merenggang. Akibatnya massa larutan menjadi menurun ketika suhu meningkat. Dan dari data percobaan yang diperoleh pun massa yang kami dapat memiliki nilai yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan karena pada saat pemanasan larutan berlangsung, ada sebagian molekul yang memiliki gaya tarik menarik antar molekul sehingga molekul yang terdapat pada cairan ada yang merapat sebagian. Oleh karena itu massa yang diperolehnya berbeda-beda. Dari grafik diperoleh grafik yang tidak linier, hal ini dikarenakan tegangan permukaan yang diperoleh tidak menurun sehingga grafiknya tidak linier. Hal ini dikarenakan hasil tegangan permukaan yang diperoleh meiliki nilai yang berbedabeda, akan tetapi seharusnya grafik yang diperoleh adalah linier, karena setiap kenaikan suhu, nilai tegangan permukaan yang diperoleh semakin kecil. BAB V KESIMPULAN

1. Suhu mempengaruhi nilai tegangan permukaan 2. Massa larutan menjadi berkurang ketika suhu meningkat 3. Molekul cairan bergerak lebih cepat ketika suhu meningkat 4. Grafik yang diperoleh tidak linier DAFTAR PUSTAKA

1. Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga 2. Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

A.1 Data gelas timbang dan larutan yang dipakai pada praktikum Berat gelas timbang kosong = 9,9 gram Alkohol 8% dalam 250 ml dan aseton 8% dalam 250 ml A.2 Aseton No Aseton 25 o C 30 o C 40 o C 50 o C 60 o C 1 Massa (gram) 11,6 11,6 11,5 11,4 11,5 2 Waktu (sekon) 6,06 10,05 17,09 5,01 3,08 Tabel A.2 Data percobaan pada aseton A.3 Alkohol No Alkohol 25 o C 48 o C 58 o C 68 o C 1 Massa (gram) 11,4 11,4 11,4 11,3 2 Waktu (sekon) 16,06 15,03 6,06 5,02 Tabel A.3 Data percobaan pada alkohol A.4 Air No Air 25 o C 48 o C 58 o C 68 o C 1 Massa (gram) 12,5 11,6 11,5 11,8 2 Waktu (sekon) 7,04 7,01 6,04 4,01 Tabel A.4 Data percobaan pada air A.5 Nilai tegangan permukaan air dari literatur No Suhu ( o C) Tegangan Permukaan

(dyne/cm) 1 0 75,6 2 4 75,4 3 10 74,8 4 20 73,8 5 30 71,8 6 40 70,1 7 50 68,2 8 60 66,8 9 70 65,0 10 80 63,0 11 90 61,2 12 100 59,4 Sumber : library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-hendra3.pdf LAMPIRAN B

CONTOH PERHITUNGAN B.1 Menghitung pengenceran alkohol Dik Dit : 8% dalam 250 ml pelarut : Volume alkohol yang harus diambil Jawab Volume alkohol=8100x 250 ml = 20 ml B.1 Menghitung pengenceran aseton Dik Dit : 8% dalam 250 ml pelarut : Volume aseton yang harus diambil Jawab Volume aseton=8100x 250 ml = 20 ml B.3 Interpolasi tegangan permukaan air literatur B.3.1 Pada suhu 25 o C γ (25oC)=25-2030-20=X-73,871,8-73,8 = 510 =X-73,8-2 = -10 =10 X-738 = 10 X =728 X = 72,8 dyne/cm B.3.2 Pada suhu 48 o C γ (48oC)=48-4050-40=X-70,168,2-70,1

= 810 =X-70,1-1,9 = -15,2=10 X-701 = 10 X =685,8 X = 68,58 dyne/cm B.3.3 Pada suhu 58 o C γ (58oC)=58-5060-50=X-68,266,8-68,2 = 810 =X-68,2-1,4 = -11,2=10 X-682 = 10 X =670,8 X = 67,08 dyne/cm B.3.4 Pada suhu 68 o C γ (68oC)=68-6070-60=X-66,865,0-66,8 = 810 =X-66,8-1,8 = -14,4=10 X-668 X = 65,36 dyne/cm B.4 Menghitung interpolasi massa air untuk suhu 30 o C, 40 o C, 50 o C, dan 60 o C B.4.1 Pada suhu 30 o C m(30oc)=30-2548-25=x-12,511,6-12,5 = 523 =X-12,5-0,9 = -4,5=23 X-287,5 X = 12,304 gr B.4.2 Pada suhu 40 o C m(40oc)=40-2548-25=x-12,511,6-12,5

= 1523 =X-12,5-0,9 = -13,5=23 X-287,5 X = 11,913 gr B.4.3 Pada suhu 50 o C m(50oc)=50-4858-48=x-11,611,5-11,6 = 210 =X-11,6-1 = -2=10 X-116 X = 11,4 gr B.4.4 Pada suhu 60 o C m(60oc)=60-5868-58=x-11,511,8-11,5 = 210 =X-11,5-0,3 = 0,6=10 X-115 X = 11,56 gr B.5 Menghitung tegangan permukaan alkohol B.5.1 Pada suhu 25 o C γ u=mumsγ s γ u=1,5 gr2,6 grx 72,8 dyne/cm γ u=41,99 dyne/cm B.5.2 Pada suhu 48 o C γ u=mumsγ s

γ u=1,5 gr1,7 grx 68,58 dyne/cm γ u=60,51 dyne/cm B.5.3 Pada suhu 58 o C γ u=mumsγ s γ u=1,5 gr1,6 grx 67,08 dyne/cm γ u=62,89 dyne/cm B.5.4 Pada suhu 68 o C γ u=mumsγ s γ u=1,3 gr1,9 grx 65,36 dyne/cm γ u=48,16 dyne/cm B.6 Menghitung tegangan permukaan pada aseton B.6.1 Pada suhu 25 o C γ u=mumsγ s γ u=1,6 gr2,6 grx 72,8 dyne/cm γ u=44,799 dyne/cm B.6.2 Pada suhu 30 o C γ u=mumsγ s γ u=1,6 gr2,404 grx 71,8 dyne/cm γ u=47,87 dyne/cm B.6.3 Pada suhu 40 o C γ u=mumsγ s

γ u=1,6 gr2,013 grx 70,1 dyne/cm γ u=55,717 dyne/cm B.6.3 Pada suhu 50 o C γ u=mumsγ s γ u=1,5 gr1,5 grx 68,2 dyne/cm γ u=68,2 dyne/cm B.6.4 Pada suhu 60 o C γ u=mumsγ s γ u=1,6 gr1,66 grx 66,8 dyne/cm γ u=64,38 dyne/cm LAMPIRAN C PROSEDUR KERJA C.1 Alat

1. Gelas kimia 3 buah 2. Gelas timbang 1 buah 3. Termometer 1 buah 4. Waterbath 1 buah 5. Botol semprot 1 buah 6. Gelas ukur 20 ml 1 buah 7. Pipet tetes 3 buah 8. Neraca teknis 1 buah 9. Stopwatch 1 buah 10. Pipa kapiler 1 buah 11. Ball pipet 1 buah C.2 Bahan 1. Aquades 2. Alkohol 3. Aseton C.3 Cara Kerja 1. Mencuci gelas timbang, gelas ukur, gelas kimia dan mengeringkannya.

Alat dicuci menggunakan aquades 2. Mengencerkan 20 ml alkohol dalam 250 ml dan mengencerkan 20 ml aseton dalam 250 ml pada labu takar 250 ml. 20 ml alkohol dalam 250 ml 20 ml aseton dalam 250 ml

3. Menimbang gelas timbang yang akan digunakan 4. Memanaskan waterbath 5. Merangkai alat percobaan Pipa kapiler 6. Memanaskan larutan alkohol dan air pada waterbath dengan suhu yang sama dengan air yaitu 25, 48, 58, dan 68 o C. Sedangkan aseton dipanaskan hingga suhu 25, 30, 40, 50, 60 o C.

7. Setelah suhu tercapai, masing- masing larutan dimasukan dalam alat percobaan yang telah disusun, kemudian ketika cairan dibiarkan mengalir (setelah cairan dimampatkan terlebih dahulu ) catat waktu yang diperlukan cairan untuk meneteskan cairan sebanyak 15 tetes. 8. Menimbang cairan yang didapat

9. Mengulangi langkah 7-8 untuk semua cairan yang digunakan (aseton, alkohol, dan air) pada masing- masing suhu yang telah ditentukan.