BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB 2 Tinjauan Pustaka

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB II TINJAUAN TEORI. memiliki arti innermost, deepest yang artinya paling dalam. Intimacy

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

B A B I I. kelembutan dan kepercayaan terhadap pasangan. Kemampuan membentuk sebuah. dirinya atau berpura-pura menjadi pribadi yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masa ke masa. Santrok (2007) mendefinisikan masa remaja adalah periode transisi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intimacy 1. Pengertian intimacy Menurut Atwater (dalam Yesilaen, 2011) intimacy merupakan kedekatan dengan orang lain, yang ditandai dengan adanya saling berbagi pemikiran dan perasaaan yang terdalam. Intim dapat diartikan suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan orang lain. Menurut Atwater (dalam Chaplin, 2000) yang disebut intimacy adalah kedekatan interpersonal yang melibatkan dua orang atau lebih, baik kedekatan secara fisik ataupun kedekataan secara psikologis. Chaplin (2000) intimacy adalah kedekatan secara secara emosional dan psikologis diantara dua orang atau lebih. Desmita (2010) menambahkan bahwa intimacy dapat terjadi melalui penerimaan, komitmen, kelembutan dan kepercayaan terhadap pasangan. Sedangkan pendapat Rogers (dalam Nuryani, 2010) yang mengatakan bahwa intimacy adalah kedekatan personal terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut membagi (sharing) pikira-pikiran dan perasaannya. Kemudian Erikson (dalam Nuryani, 2010) mendesripsikan intimacy sebagai kemampuan untuk dekat dengan orang lain, seperti

10 didalam menjalin kekasih, teman atau anggota masyarakat (dalam Papalia, 2008). Intimacy dapat diartikan sebagai sebuah proses berbagi diantara dua orang yang sudah saling memahami sebebas mungkin dalam berfikir, perasaan dan tindakan (Master 1992). Sedangkan menurut Freud (dalam Nuryani, 2010) intimacy adalah kedekatan secara emosional dan interpersonal, dan kedekatan seksual yang merupakan perwujudan atau manifestasi dari ketertarikan seksual diantara dua organis. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Wirawan (dalam Nuryani, 2010) mengatakan bahwa intimacy merupakan bukan sebatas ketertarikan secara seksual yang pada akhirnya merupakan hubungan intim (coitus intercourse) intimacy merupakan kedekatan psikologis, emosional dan perasaan diantara dua manusia. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian intimacy yaitu mengarah pada sebuah perasaan adanya kedekatan di antara pasangan yang saling berinteraksi, menyatakan pikiran, perasaan dan tindakan yang terdalam kepada individu lain. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi intimacy Menurut Atwater (dalam Nuryani, 2010) Intimacy tidak hanya dilihat sebatas kuantitas hubungan, tetapi juga kualitas hubungan yang terjalin karena beberapa faktor, antara lain karena adanya latar belakang kehidupan yang tak jauh berbeda, status sosial ekonomi yang tidak jauh berbeda, adanya kesamaan minat, memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sama.

11 Freud (dalam Nuryani, 2010) menjelaskan bahwa intimasi muncul diantara dua orang dapat terjadi karena adanya ketertarikan secara fisik yang pada akhirnya berujung pada keterarikan seksual, dan memang semua itu didasari atas dasar ketertarikan secara seksual terhadap lawan jenis. Lebih lanjut Freud (1998) menjelaskan bahwa kedekatan diantaranya lebih disebabkan karena adanya kesamaan minat, tujuan, pola pikir, dan cara pandang seseorang terhadap suatu obyek seksual. Maslow (dalam Nuryani, 2010) mengemukakan bahwa intimacy muncul karena adanya suatu kebutuhan, kodrat, pemenuhan hasrat, atau keinginan. Dimana manusia sangat membutuhkan orang lain agar dapat memenuhi kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil bahwa faktor-faktor yang mempengauruhi intimacy adalah : a. Adanya kesamaan minat dan kebiasaan-kebiasaan pola pikir terhadap suatu objek b. Adanya ketertarikan secara fisik diantara dua orang atau lebih c. Adanya status sosial ekonomi yang tidak jauh berbeda d. Adanya rasa untuk memiliki pengakuan dan penghargaan dari orang lain 3. Komponen Intimacy Menurut Masters (1992), untuk memahami proses terbentuknya intimacy dalam sebuah hubungan, intimacy itu sendiri memiliki beberapa komponen, yaitu :

12 a. Memahami (Caring) Memahami (caring) adalah bentuk sikap atau perasaan yang dimiliki terhadap orang lain, yang secara umum dihubungkan dengan kuatnya perasaan positif terhadap orang tersebut. b. Berbagi (Sharing) Berbagi (sharing) pemikiran, perasaan dan pengalaman mengiring pertumbuhan intimaci dalam hubungan yang muncul melalui kebersamaan untuk saling mempelajari satu sama lain tanpa ada batasan misalnya menutupi rahasia pribadi. Salah satu kunci dalam mengembangkan sebuah intimacy adalah adanya self-disclosure, keinginan untuk memberitahu pasangan mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan. Berbagi perasaan khawatir, ketidakpastian dan masalah pribadi yang lain juga akan mempengaruhi berkembangnya intimacy dalam sebuah hubungan. c. Kepercayaan Proses self-disclosure tidak terjadi dalam sebuah ruangan yang hampa, tetapi tergantung pada tingkatan sejauh mana kepercayaan pada orang yang dipilih untuk melakukan self-disclosure. Kepercayaan merupakan bagian dari intimacy, dan sama seperti komponen memahami dan berbagi, kepercayaan juga berkembang seiring dengan waktu. Saat orang-orang berusaha membentuk hubungan yang intim, usaha tersebut akan dimulai dengan menaruh kepercayaan kepada orang lain. Pada saat kepercayaan tumbuh

13 semakin kuat, dua orang yang saling percaya tersebut dapat lebih berbagi dalam hal informasi, perasaan, pemikiran tanpa ada rasa takut bahwa keterbukaan yang mereka lakukan akan digunakan untuk menyerang mereka. d. Komitmen Komponen intimacy yang lainnya adalah kommitmen sebagai lanjutan dari adanya saling dan percaya terhadap pasangan yang dimulai di awal hubungan. Komitmen melibatkan ke dua pribadi yang menjadi pasangan untuk berkeingginan mempertahankan intimaci yang sudah terbentuk dalam hal apapun. e. Kejujuran Kejujuran adalah hal yang penting dalam intimacy, meskipun untuk sepenuhnya jujur tidak terlalu baik dalam sebuah hubungan. Terlalu jujur dapat menghacurkan hubungan jika tidak memahami bagaimana isi pesan yang disampaikan. Terdapat perbedaan dalam meputuskan menjaga sesuatu hal yang sifatnya sangat pribadi dengan kebohongan yang bersifat pribadi, kebohongan yang muncul dalam sebuah hubungan merupakan sesuatu peringatan bahwa ada manipulasi yang dilakukan salah satu pasangan dalam hal hubungan tersebut. f. Empati Empati merupakan kemampuan untuk merasakan pengalaman yang dialami oleh pasangan, mengenali dan mengalami emosi pasangan, pikiran dan sikap pasangan tanpa harus membicarakannya.

14 g. Kelembutan Salah satu hal yang paling sering ditolak dalam sebuah intimacy adalah kelembutan hati yang bisa dicapai melalui pembicaraan atau dengan bahasa tubuh, contohnya memeluk, menggegam tangan. Komponen intimacy sering menjadi hal yanga sulit bagi seorang pria, karena pria yang dipandang sosial sebagai yang berfikir rasional, berorentasi pada tindakan, sehingga pria merasa tidak menjadi seorang pria saat melakukan komponen ini. Beberapa pria akan mampu memberikan kelembutan secara fisik, tetapi merasa kurang nyaman dalam menyampaikan kalimat-kalimat yang lembut terhadap pasangan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai komponen intimacy yaitu : komponen memahami (caring), komponen berbagi (sharing), komponen kepercayaan, komponen komitmen, komponen kejujuran, komponen empati, dan komponen kelembutan. B. Pacaran 1. Pengertian Pacaran Duvall (1985) menggambarkan pacaran adalah rasa cinta yang mengebu-gebu pada seseorang. Pacaran adalah identik dengan kegiatan seks, sehingga seseorang berpacaran lebih sering diakhiri dengan hubungan seks atas dasar suka sama suka, tanpa adanya unsur paksaan. Pacaran adalah sebuah ikatan perjanjian untuk saling mencintai, percaya

15 mempercayai, saling setia dan menghorrmati sebagai jalan menuju pernikahan yang sah. Menurut Hardjana (2002) pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda yang tujuannya agar terjadi saling kesesuaian, kecocokan, dan perpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja, dan keseluhan hidup. Dengan modal saling sesuai dan cocok maka pasangan yang berpacaran dapat saling memahami, menerima, mendukung, dan membantu dalam mencapai kebahagian bersama, serta mengatasi kesulitan-kesulitan yang dijumpai. Menurut Ma shum (2011) seiring dengan perubahan hormon dan kondisi fisik pada remaja, maka pada masa awal pubertas, remaja mulai mengalami ketertarikan pada lawan jenis. Pacaran merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidak cocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa. Santrock (2002) menambahkan bahwa proses pacaran tersebut dapat direncanakan untuk beberapa bulan atau bisa juga hanya dalam beberapa menit. Pacaran hanya terjadi saat seseorang, tidak harus pria yang memulainya, mengajak orang lain untuk melakukan aktifitas pacaran tersebut. Keduanya membentuk sebuah hubungan dan memberitahu pada

16 umum. Hubungan tersebut bisa saja bersifat bebas, tanpa disengaja dan sementara, bisa juga bertahan lama dan ekslusif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kesimpulan dari pacaran adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama oleh dua orang yang berlainan jenis laki-laki dan perempuan yang mempunyai hubungan, hubungan tersebut bisa saja bersifat bebas, tanpa disengaja dan sementara, bisa juga bertahan lama dan ekslusif. 2. Fungsi Pacaran Menurut Paul dan White (dalam Santrock, 2002) di zaman sekarang pacaran memiliki delapan fungsi yaitu : a. Pacaran merupakan sebuah bentuk rekreasi. Remaja berpacaran menikmati dan menganggap pacaran sebagai sumber kesenangan dan rekreasi. b. Pacaran menjadi sumber yang memberikan status dan prestasi sebagai bagian proses perbandingan sosial yang berlangsung di masa remaja. c. Pacaran merupakan bagian proses sosialisasi dimasa remaja, pacaran dapat membantu remaja untuk bergaul dengan orang lain. d. Pacaran melibatkan kegiatan mempelajari keakraban dan memberikan kesempatan untuk menciptakan relasi yang bermakna dan unik dengan lawan jenis. e. Pacaran dapat menjadi konteks untuk melakukan eksperimen dan ekspolasi seksual

17 f. Pacaran dapat memberikan rasa persabatan melalui interaksi dan aktifitas bersama lawan jenis. g. Pengalaman pacaran berkontrubusi bagi pembentukan dan pengembangan identitas yang memisahkan dari asal usul keluarga. h. Pacaran dapat memberikan kesempatan kepada remaja untuk memilih pasangan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa fungsi pacaran merupakan sumber kesenangan atau rekreasi dan sumber yang memberikan status dan prestasi sebagai bagian proses perbandingan sosial yang berlangsung di masa remaja, untuk membantu remaja agar dapat bergaul dengan orang lain. Pacaran dapat memberikan rasa persabatan melalui interaksi dan aktifitas bersama lawan jenis tujuannya untuk memilih pasangan. 3. Tahap Pacaran Menurut Duvall (1985), pacaran memiliki 5 tahap yaitu : a. Casual dallting Tahap ini adalah awal pembentukan hubungan pacaran dengan ditandai melakukan kegiatan bersama. Pada tahap ini, seseorang bisa saja melakukan hubungan yang sama dengan beberapa orang yang berbeda. b. Random dalting Tahap yang ditandai dengan aktivitas yang sama dengan tahap casual dalting, tetapi pada tahap ini,seseorang akan jarang memalukan kegiatan yang sama dengan orang yang berbeda.

18 c. Regular dalting Pada tahap ini, seseorang akan lebih sering melakukan sesuatu hal dengan memelakukan sesuatu hal dengan pasang yang dipilih, serta mengurai bahkan menghentikan kegiatan melakukan hubungan yang sama dengan orang yang berbeda. Kegagalan dalam tahap ini dapat membuat seseorang kembali ketahap casual dalting. d. Steady dalting Tahap ini merupakan tahap yang bersifat lebih serius dengan pasangan pada tahap ini, memberikan simbol sebagai bukti keseriusan hubungan adalah hal yang umum. Perpisahan juga bisa terjadi pada tahap ini, mengakibatkan seseorang mumulai hubungan yang baru dengan orang lain. e. Enggagement Tahap ini merupakan tahap dimana lingkungan mengetahui pada pasangan terdapat rencana untuk melanjutkan hubungan kepada pernikahan. Kebiasan yang terjadi pada tahap ini adalah memberikan cincin atau barang lainnnya sebagai simbol keseriusan hubungan yang ada. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa di dalam pacaran mempunyai tahap-tahap yang pertama pada pacaran hanya melakukukan kegitan bersama kemudian kegiatan bersama tetapi tidak dengan orang yang berbeda sampai pada hubungan yang serius sebagai simbol keseriusan hubungan yang ada.

19 C. Remaja 1. Pengertian Remaja Ada beberapa definisi remaja yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya menurut Papalia (2008) masa remaja adalah masa transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang didalamnya terdapat perubahan fisik, kognitif, dan psikolsosial. Sedangkan Jersild (dalam Kiki, 2010) mengungkapkan bahwa masa remaja yaitu suatu periode transisi selama pertumbuhan seseorang dari masa anak-anak ke dewasa. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang melibatkan aspek fisik, kognitif, dan psikososial. 2. Batasan Usia Remaja Menurut Desmita (2010) batasan usia remaja adalah antara 12 sampai 21 tahun. Monks (2001) batasan usia remaja dibagi 3 bagian yaitu: a. Remaja awal : antara usia 12 tahun sampai 15 tahun b. Remaja tengah : antara usia 15 tahun sampai 18 tahun c. Remaja akhir : antara usia 18 tahun sampai 21 tahun. Sedangkan menurut Mappiare menguraikan masa remaja dimulai dari usia 13 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun yang dibagi dalam masa remaja awal usia 13 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 tahun sampai 21 tahun (19). Soekanto memberikan batasan golongan

20 remaja putri adalah para gadis berusia 13 tahun sampai 17 tahun, dan bagi remaja laki-laki berusia 14 tahun sampai 17 tahun. Sedangkan Kartono (1990) membagi remaja menjadi tiga yaitu remaja awal, tengah, dan remaja akhir membagiannya sebagai berikut : a. Remaja awal mulai 12-15 tahun Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. b. Remaja tengah mulai 15-18 tahun Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri.rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

21 c. Remaja Akhir mulai 18-21 Tahun Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya Dari kesimpulan diatas bahwa ciri-ciri remaja ada 3, yaitu: remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri.rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya. Berbeda dengan remaja akhir yang lebih mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. 3. Ciri-ciri Remaja Hurlock, (2002) Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu :

22 a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal sepert, sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada halhal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan

23 dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masakanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut,serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. Kesimpulannya ada beberapa hal yang ada di ciri-ciri remaja meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat berubahan fisik dan psikologis, perubahan tubuh, minat dan peran yang peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, dengan berubahan minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah, sebagian besar remaja besikap ambivalen terhadap setiap perubahan. 4. Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Desmita, 2010) antara lain : a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan akan memperoleh peranan social.

24 b. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif c. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan ora ng dewasa lainnya d. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri. e. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan f. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga g. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup 5. Perkembangan Seksualitas Remaja Perkembangan seksualitas pada remaja meliputi Desmita (2010 ) : a. Perubahan fisik 1. Perempuan a) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun. b) Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama. 2. Laki-laki a) Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut pubis, wajah.

25 b) Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka akan mengalami ejakulasi, sebelum organ seksnya matang sekitar usia 12 14 Tahun. c) Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur sebagai mimpi basah dan bagi sebagian anak hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan. d) Oleh karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetap mereka akan segera menjadi subur. Kesimpulannya dari teori diatas perubahan-perubahan fisik remaja merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Ciri-ciri seks primer menunjukan pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. D. Kerangka Berfikir Dari pengertian remaja merupakan menurut Santrock (2003) remaja sebagai masa perkembangan transisi anatara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologi, kognitif, dan sosial-emosional. Sedangkan pada masa perkembangan remaja mengalami berubahan fisik maupun psikologi, menurut Ma shum (2011) seiring dengan perubahan hormon dan kondisi fisik pada remaja, maka pada masa awal pubertas, remaja mulai mengalami ketertarikan pada lawan jenis. Pacaran merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan

26 dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidak cocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Dalam pacaran dibutuhkan cinta antar pasangan untuk membina hubungan agar tetap terjaga baik, dengan adanya cinta diantara pasangan yang sedang pacaran. Cinta sediri menurut Sternberg (dalam Dariyo, 2003) terdapat aspek-aspeknya : a. Intimacy Mengandung pengertian sebagai elemen-elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emisional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu untuk bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai. b. Passion Merupakan elemen fisiologis yaitu dorong nafsu biologis atau seksual. Dorongan-dorongan tersebut menyebabkan orang merasa selalu ingin dekat secara fisik, ataupun melakukan hubungan seksual, passion meliputi sentuhan fisik membelai, merangkul, hubungan seksual. c. Comitment Merupakan elemen kognitif yang merupakan tekad mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan orang lain yang dicintai. Passion meliputi rasa dihargai, rasa terima, meninhgkat rasa percaya. Penelitian ini hanya khusus membahas intimacy. Remaja yang pacaran mempunyai hubungan Intimacy yang mengarah pada sebuah

27 perasaan adanya kedekatan diantara pasangan yang saling berinteraksi, menyatakan pikiran, perasaan dan tindakan yang terdalam kepada individu lain. Di bawah ini adalah gambar kerangka berfikir yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas : REMAJA PACARAN INTIMACY Gambar 1 Kerangka Berfikir