TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

Varietas Menentukan Hasil Produksi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk kegiatankegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Dalam teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah dalam arti persediaan terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua penduduk dunia. Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal, yakni karena volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk bertambah, atau akibat distribusi yang tidak merata (Tambunan, 2003). Berkembang pesatnya penduduk beserta seluruh aktivitas sosial, ekonomi dan politik telah menimbulkan tantangan dan masalah yang sangat kompleks dan sangat mempengaruhi upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Situasi krisis pangan yang dialami oleh berbagai bangsa termasuk Indonesia, memberikan pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar mungkin bertumpu pada sumberdaya nasional dengan keragaman antar daerah, karena ketergantungan menyebabkan kerentanan yang tinggi. Tidak satupun negara dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan tanpa terlebih dahulu mengatasi masalah ketahanan pangannya. Oleh sebab itu, perwujudan ketahanan pangan yang bertumpu pada sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal telah menjadi komitmen nasional untuk diwujudkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

bersama masyarakat dalam arti luas termasuk dunia usaha yang bergerak di bidang pangan (Suryana, 2003). Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar (BPK, 2012). Jagung sebagai bahan pangan merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Namun, jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat diandalkan. Selain karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan secara tradisional, disisi lain harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan oleh petani. Padahal, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak. Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei di lapangan, penggunaan jagung sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10 % untuk setiap tahun. Sementara itu, industri lain, khususnya industri makanan, juga masih banyak membutuhkan jagung. Misalnya, industri gula jagung, tepung meizena, industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya (Martodireso dan Widada, 2002).

Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu antara 580 LU - 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0-1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250-10.000 mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur 23-27 0 C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun, tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan ph tanah (keasaman tanah) antara 5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Terdapat beberapa jenis jagung yang dapat ditanam di Indonesia, yaitu dent corn (jagung gigi kuda-zea mays indentata) dan flint corn (jagung mutiara-zea mays indurata). Jagung mutiara berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Biji bagian luar keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal Indonesia umumnya adalah tipe jagung mutiara. Jenis jagung lain, seperti sweet corn (jagung manis-zea mays saccharata) dan pop corn (jagung berondong-zea mays everta) mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Di beberapa daerah terdapat jagung ketan atau waxy corn (Zea mays ceratina) yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan (Purwono dan Heni, 2007). Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011).

Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung sebagai berikut. a) Batang dan daun muda untuk pakan ternak b) Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos c) Batang dan daun kering untuk kayu bakar d) Batang jagung untuk lanjaran (turus) e) Batang jagung untuk pulp (bahan kertas) f) Buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan sambal goreng Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. 1. Bahan pangan Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung, bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung. 2. Bahan pakan tenak Jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan, di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shorgum, hijauan dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh. 3. Bahan baku industri Produk olahan jagung banyak beredar di pasaran. Produk olahan jagung tersebut, umumnya berasal dari industri rumah tangga hingga industri besar. Beberapa

industri yang mengolah jagung menjadi produk, secara garis besar adalah sebagai berikut. industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung industri giling basah, yaitu mengahasilkan pati, sirup,gula jagung, minyak, dan dextrin industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain (Purwono dan Rudi, 2005) Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku (Purwono dan Rudi, 2005). Karakteristik pasar dan pola produksi komoditas jagung merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap sistem pasar komoditas tersebut. Karakteristik pasar jagung dicirikan sebagai berikut.

1. Produksi jagung bersifat musiman dan rentan terhadap bencana alam, sehingga penawaran jagung sangat fluktuatif. Usahatani secara intrinsik mengandung resiko produksi (production risk) yang tinggi. Resiko produksi jagung yang tinggi dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga petani, perekonomian desa maupun ketahanan pangan nasional. 2. Dalam pemasaran hasil posisi tawar petani jagung cenderung lemah, dikarenakan : (a) umumnya petani menjual jagung segera setelah panen dalam bentuk tongkol atau pipilan basah bahkan secara tebasan; (b) petani dihadapkan pada kebutuhan uang tunai untuk penggarapan lahan pertanaman berikutnya, karena itu nilai tambah dari pasca panen lebih banyak diminati oleh para pedagang, dan (c) penawaran jagung tidak elastis dan pasar jagung tersegmentasi secara lokal. 3. Perpaduan antara produksi jagung yang fluktuatif, dan penawaran jagung yang tidak elastis menyebabkan fluktuasi harga jagung di tingkat petani sangat tinggi dan tidak menentu. Ini berarti di samping resiko produksi, petani jagung juga menghadapi resiko harga (price risk) yang tinggi sehingga secara keseluruhan resiko usahatani jagung sangat tinggi. Fluktuasi produksi dan harga jagung juga merupakan resiko usaha bagi pedagang jagung yang diinternalisasikan ke dalam ongkos (marjin) pemasaran yang lebih tinggi. Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga jagung bermanfaat untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri guna pemantapan ketahanan pangan dan pemacuan perekonomian desa. 4. Harga jagung di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri. Ini berarti, peningkatan harga jagung di tingkat konsumen tidak

ditransmisikan secara sempurna ke harga jagung di tingkat petani. Dengan demikian, fluktuasi harga jagung cenderung merugikan petani dan konsumen (Litbang, 2010). Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan kebijakan harga referensi daerah (HRD) jagung tahun 2012 sebesar Rp 2.133/kg pipilan kering. Dengan standart yang telah ditetapkan sebagai berikut. 1. Kadar air 17% 2. Aflatoxin maksimal 50 pbb 3. Tidak berjamur 4. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3% (BKP, 2012). Harga hasil-hasil pertanian dalam jangka pendek, cenderung mengalami naik dan turun yang relatif besar. Harga bisa mencapai tingkat yang sangat tinggi pada suatu masa, sebaliknya akan mengalami kemerosotan yang buruk pada masa berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut dapat disebabkan oleh permintaan dan penawaran terhadap barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap tingkat harga apabila permintaan atau penawaran mengalami perubahan. Faktor yang menimbulkan ketidakstabilan harga pertanian yaitu naik turunnya penawaran dan permintaan. Ketidakstabilan yang bersumber dari perubahan penawaran Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar kemampuan petani untuk mengendalikannya. Produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah. Pada umumnya produksi hasil pertanian

selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim lainnya. Perubahan musiman ini terutama dipengaruhi oleh keadaan cuaca, iklim dan faktor-faktor alamiah yang lain. Selain itu, serangan hama tanaman dan binatang pengganggu juga dapat menimbulkan pengaruh yang penting terhadap perubahan produksi hasil pertanian. Pada periode jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis. Di dalam jangka panjang, hal ini disebabkan karena elastisitas permintaan pendapatan terhadap barang pertanian rendah, yaitu kenaikan dalam pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil saja terhadap permintaan. Di dalam jangka pendek, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis karena kebanyakan hasil-hasil pertanian merupakan barang kebutuhan pokok harian, yaitu digunakan setiap hari. Walaupun harganya sangat meningkat namun jumlah yang sama masih tetap harus dikonsumsi. Sebaliknya pada waktu harga sangat merosot, konsumsi tidak akan banyak bertambah karena kebutuhan konsumsi yang relatif tetap. Oleh karena sifat permintaan atas barang pertanian yang tidak elastis tersebut, maka harga akan mengalami perubahan yang sangat besar sekiranya penawaran hasil pertanian mengalami perubahan. Ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan permintaan Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis, yaitu yang pertama adalah karena barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman. Kedua, beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh. Tanaman ini seperti tanaman buah-buahan dan bahan mentah. Penawaran barang pertanian yang sukar berubah tersebut diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya dapat

menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan (Sukirno, 2005). Penawaran dan permintaan bertentangan dalam menentukan harga suatu barang. Pada satu pihak menginginkan harga turun, sedangkan pihak lain menginginkan harga naik. Apabila kedua sisi ini dipertemukan maka diperoleh suatu titik tengah yang disebut dengan titik keseimbangan. Pada titik keseimbangan tersebut akan diperoleh harga keseimbangan dan jumlah barang keseimbangan. Sama halnya dengan penawaran dan permintaan jagung, dimana satu pihak menginginkan harga turun dan pihak lain menginginkan harga naik (Bangun, 2007). Landasan Teori Penawaran Fungsi penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang dengan jumah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa bila harga naik, jumah barang yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2003). Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslop positif artinya perubahan harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q. Kurva penawaran tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini (Bangun, 2007).

P P 2 P 1 P 0 Q Q 0 Q 1 Q 2 Gambar 1. Kurva Penawaran Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah sebagai berikut (Rahim dan Diah, 2008). a. Harga input Besar kecilnya harga input akan mempengaruhi jumlah input (faktor produksi) yang dipakai. Sebagai contoh, bila harga faktor produksi menurun produsen cenderung akan membelinya dalam jumlah yang relatif besar. b. Harga komoditas itu sendiri Jika harga semakin murah, penawaran terhadap produk itu berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan hukum penawaran, bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan bertambah dan begitu juga sebaliknya. c. Harga komoditas lain Adanya perubahan harga produksi alternatif lain menyebabkan terjadinya jumlah peningkatan produksi atau semakin menurun. Contohnya, bila produsen menganggap harga produk lain lebih baik dari harga produknya menyebabkan produsen beralih mengusahakan produk lain tersebut.

d. Teknologi Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi. e. Jumlah lembaga pemasaran Apabila jumlah lembaga pemasaran suatu produk semakin banyak, penawaran produk tersebut akan bertambah. f. Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa datang. Hal tersebut merupakan pengalaman petani selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut. Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa, bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah. SS = ff(pppp, PPPP, PPPP, TT, NNNNNN, HHHHHHHH) Dimana: S Pi Px Py T Nlp = penawaran akan komoditas pertanian = harga input = harga komoditas itu sendiri = harga komoditas lain = teknologi = jumlah lembaga pemasaran Hpro = Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang

Permintaan Permintaan masyarakat terhadap barang tertentu berarti kesediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang tertentu tinggi, maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit, kalau dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan menyebutkan bahwa, bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan lainnya tetap (Desmizar dan Kasir, 2003). Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menghubungkan antara harga dengan jumlah permintaan suatu barang. Ciri dari kurva permintaan antara lain, garis tersebut turun dari kiri atas ke kanan bawah, dan berslop negatif yang menggambarkan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara terbalik. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007). P P P P Q Q 2 Q 1 Q 0 Gambar 2. Kurva Permintaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian adalah sebagai berikut. a. Harga komoditas itu sendiri Jika harga semakin murah, permintaan terhadap produk itu bertambah. Hal tersebut berkaitan dengan hukum permintaan, bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang diminta akan berkurang dan begitu juga sebaliknya (Rahim dan Diah, 2008). b. Harga komoditas lain Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya, yaitu barang substitusi dan barang komplementer (Bangun, 2007). c. Pendapatan Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat sehingga permintaan akan suatu komoditas meningkat (Rahim dan Diah, 2008). d. Selera Selera juga dapat mempengaruhi permintaan. Apabila selera masyarakat terhadap suatu barang tinggi, maka perimintaan akan barang tersebut juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila selera masyarakat terhadap suatu barang rendah, maka permintaan akan barang tersebut juga rendah. e. Jumlah penduduk Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi jumlah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya, permintaan akan suatu barang akan semakin berkurang apabila jumlah penduduk semakin berkurang (Bangun, 2007).

f. Kualitas komoditas Kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin tinggi kualitas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat (Rahim dan Diah, 2008). g. Perkiraan harga di masa mendatang Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan berang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan pada saat sekarang akan berkurang (Bangun, 2007). Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian di atas adalah sebagai berikut. DD = ff(pp xx, PP yy, II, TT, NN, QQ, EEEEEE) Dimana: D Px Py I T N Q EsP = permintaan komoditas = harga komoditas itu sendiri = harga komoditas lain = pendapatan = selera = jumlah penduduk = kualitas komoditas = perkiraan harga di masa mendatang

Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran dengan kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu sebesar U 0, yang akan menghasilkan kurva permintaan Hicks. Gambar 3 panel (a) menggambarkan konsep uitilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis MM 0 - mm 0 menggambarkan garis anggaran (budget line) dalam kondisi awal. Titik persinggungan antara kurva UU 0 dengan garis MM 0 - mm 0, pada titik A merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 3 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) dipetakan pada panel (b) sebagai titik a. dimisalkan terjadi penurunan harga dari PP 0 ke PP 1, maka garis anggaran MM 0 - mm 0 bergerak menjadi MM 0 - mm 1. Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan adanya perubahan harga dari PP 0 ke PP 1. Salah satu cara adalah dengan mengubah pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari MM 0 ke MM 1 ), sehingga konsumen tersebut tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni MM 1 -mm 1 yang merupakan garis pararel dengan MM 0 - mm 1, adalah garis yang menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran MM 1 -mm 1 dengan kurva indiferen lama U 0 menghasilkan tingkat konsumsi barang X sebesar X2, jika titik ini dipetakan dengan titik harga baru pada tingkat PP 1 pada panel (b), akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika titik perpotongan a dengan titik perpotongan c dihubungkan, akan diperoleh kurva permintaan Hicks yang dapat dilihat pada gambar berikut (Fauzi, 2010).

Y MM 0 MM 1 A C UU 1 UU 0 X0 X2 mm 0 mm 1 mm 2 X Harga (a) a PP 0 PP 1 c X0 X2 X (b) Gambar 3. Kurva Permintaan Hicks

Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Teori mengenai penawaran dan permintaan pada halaman 15-20 dianalisis dengan sistem statis. Menurut Simatupang (1995), sistem statis tidak dipengaruhi atau tidak bergantung pada perubahan waktu. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem statis hubungan antara variabel-variabel yang relevan berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan statis: untuk merumuskan rencana-rencana permintaan sebuah rumah tangga harga suatu barang untuk periode yang akan datang adalah P1, maka rumah tangga yang bersangkutan akan membeli X1; dan bilamana harga pada periode yang akan datang adalah P2, maka rumah tangga tersebut akan membeli barang sebanyak X2 dan seterusnya. Dalam Simatupang (1995), di sisi lain ada sistem yang dipengaruhi oleh perubahan waktu yaitu sistem dinamis. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan, nilainya tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan dinamis: diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang diperkirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu. Sistem dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Sebagai contoh di dalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan

secara kontinu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaianpenyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ekonom tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ekonom tersebut bekerja dengan sebuah sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dinamis dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah. Sistem dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis, terjadi perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah terdapatnya umpan balik. Sistem dinamis mendekati permasalahan dengan mengamati proses umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang teramati (Simatupang, 1995). Salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb dapat dibagi menjadi 3 yaitu. a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap. b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang semakin membesar (Setiawan, 2010).

Gambar 4. Kasus Cobweb Dalam kasus I, harga keseimbangan adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke

pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi. Dalam kasus II, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp 30). Pada kasus III, kurva penawarannya elastis sekali sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah eksplosi. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu (convergen) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil. Ketiga kasus Cobweb di atas merupakan perilaku dan respon petani pada umumnya. Serupa dengan kasus di atas, perilaku dan reaksi petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x

musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman x naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Setiawan, 2010). Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului dalam waktu yang cukup panjang dari panen dan penjualan hasil. Dalam model Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan datang) didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran yang ketinggalan atau lagged. QQQQ, tt + 1 = SS(PPPP).... (1) Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dengan satu periode. QQQQQQ = SS(PPPP 1)...(2) Dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya, dan penawaran jagung tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran persamaan (1) dan (2) berubah menjadi: Qs t+1 = f(p t, Pf t, Qs t ) atau Qst = f(p t-1, Pf t-1, Qs t-1 )...(3) Faktor yang digunakan adalah pupuk urea dari beberapa pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada umumnya pupuk urea memiliki volume yang dominan dalam budidaya tanaman jagung. Dimana dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300 kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha, dan KCL sebanyak 50 kg/ha (Warisno, 1998).

Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukkan dalam bentuk fungsi matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini, permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan ternak tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut. QQQQ tt = ff( PP tt, JJJJJJ, QQQQ tt 1 ) (4) Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan permintan terjadi jika Qs = Qd. Kerangka Pemikiran Penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh para produsen pada berbagai tingkat harga. Permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat harga. Dalam sektor pertanian terdapat tenggang waktu antara pengambilan keputusan produksi dengan realisasi produksi. Keputusan produksi dibuat satu periode sebelum realisasi penjualan produk. Apabila keputusan produksi diambil pada waktu t berdasarkan pada harga yang terjadi pada waktu t, yaitu Pt, produk tidak terealisasi pada waktu t, sehingga Pt tidak berpengaruh terhadap produksi tahun t atau Qt melainkan Qt+1. Di dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga jagung tahun sebelumnya (tahun t-1), harga pupuk urea tahun sebelumnya

(tahun t-1), dan penawaran jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Sedangkan permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun sekarang (tahun t), jumlah industri tahun sekarang (tahun t), dan permintaan jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Keseimbangan akan tercapai jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut. Faktor yang mempengaruhi: - harga jagung sebelumnya - harga pupuk urea sebelumnya - penawaran jagung sebelumnya Permintaan Penawaran Faktor yang mempengaruhi : - harga jagung sekarang - jumlah industri pakan ternak sekarang Keseimbangan Keterangan: : Menyatakan Pengaruh Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya dan penawaran jagung tahun sebelumnya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah industri pakan ternak tahun sekarang dan permintaan jagung tahun sebelumnya. 3. Penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah konvergen atau menuju keseimbangan.