BAB I LATAR BELAKANG. Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan Ritel Modern di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dengan pendapatan kelas

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan. konsumen memiliki lebih banyak pilihan dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat kita berbelanja di supermarket, hypermarket maupun minimarket,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya keidupan modern masyarakat khususnya di perkotaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga perlu mengkomunikasikan produk kepada para konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket, supermarket dan hypermarket terus meningkat, hal ini diiringi

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Kawasan Asia sangat diperhitungkan saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah tangga (Ma ruf, 2006:7). Bisnis ritel saat ini perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam lima tahun terakhir peningkatan omset ritel moderen di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. hypermarket di Indonesia terbilang pesat, jika tahun 2003 baru 43 unit maka pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada jaman sekarang persaingan ritel dalam penjualan produk semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Pasar modern berkonsep toko ritel banyak berdiri di kota-kota besar,

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. meramalkan tren yang nantinya akan booming, produsen diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. Perubahan preferensi tempat belanja yang berawal dari seringnya

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir perkembangan ekonomi di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini tersusun ke dalam enam sub-bab, yang meliputi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini telah bergeser menjadi struktur yang lebih kompetitif (Thanasuta, 2015). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

KUESIONER PENGARUH PRIVATE LABEL STRATEGY TERHADAP SHOPPING PREFERENCE MELALUI BRAND EQUITY (STUDI KASUS : GIANT PONDOK GEDE)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan McAlister (1997) dalam Balaraman et al (2015). Merek private label, juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang baik, dan bisa menciptakan kepercayaan pada pembeli.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 68 juta US$. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari-hari, maka pada tahun 1998 didirikan sebuah gerai yang di beri

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Bandar Lampung semakin pesat. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

Transkripsi:

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan, tujuan, dan manfaat penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini. 1.2 Latar Belakang Masalah Ritel merupakan bisnis yang saat ini sudah sangat berkembang di dunia. Banyaknya jenis pemain di bisnis ritel ini mulai dari mini market, supermarket, dan sampai yang paling besar hipermarket. Semua berlomba untuk menjadi yang terbaik di negaranya sendiri bahkan melebarkan sayapnya ke negara-negara lain di seluruh dunia. Mulai dari Wal-Mart, Tesco, Aldi, Carrefour, dan perusahaan ritel lainnya. Banyaknya perusahaan ritel yang muncul menyebabkan persaingan pun dimulai, berbagai strategi pun dimainkan oleh pemain bisnis ritel untuk menjadi yang terbaik. Salah satu strategi yang dilakukan oleh peritel adalah dengan mengeluarkan produk bermerek toko, atau biasa disebut dengan private label atau store brand. Semakin terkenalnya perusahaan ritel maka semakin terkenal pula produk private label ritel itu sendiri. Penjualan produk-produk merek toko antara lain kepada produk-produk kemasan. Di beberapa negara, penjualan produkproduk bermerek toko diperkirakan akan mengalami peningkatan yang signifikan sampai pada tahun 2010 (lihat gambar 1.1).

2 Gambar 1.1 Penjualan CPG Private Label Regional (persen) Eropa Timur 1 7 Amerika Latin 3 9 Jepang Australia Amerika Utara 2 10 15 20 22 27 Estimasi 2010 2000 Eropa Barat 20 30 Dunia 14 30 0 5 10 15 20 25 30 35 Sumber: M+M Planet retail 2005, dikutip dari Lincoln dan Thomassen, 2008 Di Indonesia sendiri pasar modern atau bisnis ritel modern ini sudah berkembang sangat pesat, dan sudah menggeser keberadaan pasar tradisional sebagai tempat masyarakat berbelanja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini dapat dilihat dari pangsa pasar dari FMCG (fast moving consumer goods) yang didapatkan oleh pasar modern sebesar 52% dari seluruh konsumen di Indonesia (Hidayat, 2009). Masuknya beberapa perusahaan asing yang bergerak di pasar modern membuat persaingan semakin ketat, terutama di bisnis ritel. Sekarang ini sudah sangat banyak gerai-gerai hypermarket maupun Supermarket yang bermunculan di Indonesia. Menurut majalah SWA edisi April 2009, untuk tahun 2008 disebutkan bahwa ada sekitar 120 gerai Supermarket dan 146 gerai hypermarket yang tersebar di seluruh Indonesia. Perkembangan yang paling menonjol dalam 3 tahun terakhir adalah peritel dari Perancis yaitu Carrefour, yang awalnya tahun 2006 hanya memiliki 19 gerai dan pada tahun 2008 sudah memiliki 58 gerai (lihat tabel 1.1). 2

3 Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Gerai dan Perkiraan Omset Ritel Modern Ritel Modern Supermarket 2005 2006 2007 2008 Perkiraan Gerai (unit) Omset (Rp triliun) Gerai (unit) Omset (Rp triliun) Gerai (unit) Omset (Rp triliun) Gerai (unit) Omset (Rp triliun) Jumlah Iten Produk Yang Dijual Super Indo 46 1,7 50 1,2 56 1,4 63 3,5 22.000 Foodmart - - 32-59 - 27 0,8 35.000 (Matahari) Carrefour - - - - - - 30 1 20.000 Express Hipermarket Carrefour 19 5,7 29 7,1 37 9,1 58 18 45.000 Hypermart 16 1,7 26 3,1 36 4,0 43 9 42.000 Giant 12 2,4 17 3,1 17 3,6 26 - Makro 17-19 - 19-19 2,5 Sumber: Nielsen Media Research, Retail Asia Magazine, dan berbagai sumber lainnya dikutip dari SWA, April 2009. Pesatnya pertumbuhan gerai hypermarket di Tanah Air tak lain karena konsep hypermarket ternyata cukup diterima konsumen, khususnya masyarakat perkotaan. Karena hypermarket menawarkan item barang dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari 40 ribu). Sehingga hanya dengan mengunjungi satu tempat, konsumen bisa mendapatkan semua kebutuhannya, mulai dari sayurmayur hingga barang elektronik. Apalagi, setiap pemain di bisnis ritel ini pun menjanjikan harga yang bersaing dibandingkan dengan pasar tradisional atau pasar modern dengan konsep modern lainnya, seperti Supermarket dan Minimarket. Selain itu, kenyamanan berbelanja dan harga yang pasti juga membuat konsumen bisa menikmati aktivitas belanja (Hidayat, 2009). Karena sekarang lagi sangat terkenal istilah one stop shopping, dimana selain untuk berbelanja, konsumen kebanyakan ingin sekalian rekreasi. 3

4 Melihat banyaknya perusahaan ritel di Indonesia tentunya persaingan pun akan terus bergejolak antar sesama pemain bisnis ritel, sehingga berbagai macam strategi pun dilakukan perusahaan-perusahaan ritel untuk menarik dan menjangkau masyarakat sebagai target pasar mereka. Salah satu strategi yang dilakukan para peritel dalam bersaing adalah dengan menjual produk-produk store brand atau biasa disebut private label. Store Brand, seringkali disebut juga dengan house brand di Amerika, own Brand di U.K, home Brand di Australia, merek toko, atau merek distributor. Merek ini berbeda dengan merek produsen yang biasa ditemui hampir pada semua kategori barang, baik pada produk makanan seperti minyak goreng, telur, gula pasir dan lain sebagainya maupun pada produk bukan makanan, seperti tissue, sabun, T-Shirt, TV, DVD, busana, peralatan (tools) dan sebagainya. Beberapa yang mungkin akrab dengan kita adalah merek-merek di hypermarket Carrefour seperti merek produk Carrefour untuk keperluan rumah tangga biasa dan beberapa makanan mentah dan ringan, merek Krisbow untuk kategori tools, Blue Sky untuk kategori peralatan audio visual, dan Harmonie untuk kategori garmen. Gambar 1.2 Salah satu contoh dari produk store brand Carrefour (Dompet CD) Sumber: Hasil observasi April 2009 4

5 Gambar 1.3 Produk Juice Carrefour, diletakkan berjejeran dengan produk national brand lainnya. Sumber: Hasil observasi April 2009 Keberadaan store brand sendiri semakin diakui seiring dengan pertumbuhan dari perusahaan ritel itu sendiri. Sampai pada saat ini pertumbuhan dari produk store brand di dunia tumbuh 2 kali lebih cepat daripada merek nasional. Kenyataan ini membuat rak-rak di peritel semakin sesak dengan store brand dan private label yang akhirnya menggusur posisi merek-merek nasional. Hasil penelitian oleh AC Nielsen yang dikutip dalam Sarnianto (2003) menunjukkan bahwa dua tahun belakangan ini unit penjualan produk store brand tumbuh 8,6% -- jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan penjualan produk national brand yang cuma 1,5%. Keberadaan dan perkembangan store brand ini tentunya akan menimbulkan dampak positif dan negatif, bagi para produsen barang tentu keberadaan store brand akan menjadi sebuah ancaman pada perusahaan karena perkembangannya yang begitu pesat. Di sisi lain keberadaan produk-produk store brand akan menjadi peluang bagi para pelaku Usaha Kecil Menengah untuk mengembangkan usahanya, karena kebanyakan dari produkproduk store brand di produksi oleh UKM yang ada di daerah berdirinya perusahaan ritel tersebut. Tentunya ini menjadi salah satu sumber pemasukan yang besar bagi perusahaan ritel selain sumber-sumber pemasukan lainnya seperti listing fee, margin penjualan, dan lainnya. 5

6 Tabel 1.2 Private Label Ritel Modern Ritel Nama Merek Jenis Produk Carrefour Produk Carrefour Meliputi produk kebutuhan sehari-hari, perlengkapan rumah tangga, produk-produk segar dan produk-produk elektronik. Paling Murah Meliputi berbagai produk kebutuhan sehari-hari, perlengkapan rumah tangga, produk-produk segar dan tekstil. BlueSky Harmonie Produk Elektronik Produk tekstil meliputi busana untuk berbagai usia, sepatu, tas, dan lain sebagainya. Hypermart Value Plus Peralatan rumah tangga, produk home care, toiletries, sanitary, air minum kemasan, makanan ringan, makanan mentah, bumbu dapur, beras, dan minyak goreng Giant Giant, First Choice Peralatan rumah tangga, produk home care, toiletries, sanitary, air minum kemasan, makanan ringan, makanan mentah, bumbu dapur, beras, dan minyak goreng Yogya/Yomart Homy Barang pecah belah Yoa elektronik Yamara Makanan ringan, sembako Alfamart Pasti, PAS produk home care, toiletries, peralatan rumah tangga, pakaian dalam, sanitary, air minum kemasan, makanan ringan, beras, dan gula Indomaret Indomaret Peralatan rumah tangga, produk home care, air minum kemasan, beras, dan gula Sumber: Riset SWA No. 06/XXV/19 Maret-1 April 2009 Di Indonesia sendiri produk store brand pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, karena banyaknya produk private brand yang terus muncul di berbagai lini produk, apalagi akhir-akhir ini dengan menghilangnya produk impor ilegal tanpa kode ML dari gerai modern, tentunya untuk mengatasi kekosongan rak setelah produk impor tanpa kode ML (makanan luar) terus dirazia, menyebabkan peritel akan mengatasinya antara lain dengan meningkatkan produk private brand (Silitonga, 2009). 6

7 Keberhasilan dari private label sesungguhnya adalah bilamana perceived quality dari produk yakni tingkatan kinerja sebuah produk diterima oleh konsumen sebagai sesuatu yang istimewa. Menurut Profesor Nirmalya Kumar dan Steenkamp 2007 (dikutip dalam Goni, 2009), menyebutkan bahwa yang penting adalah perceived quality, bukan harga, yang menjadi penentu keberhasilan sebuah private label. Lebih jauh dikatakan bahwa harus diakui kebanyakan konsumen saat ini lebih sensitif terhadap kualitas ketimbang harga (Goni, 2009). Konsumen selalu sensitif akan harga dan kualitas dari suatu produk sehingga sudah menjadi sasaran peluang dari para peritel dan salah satu strategi dari para peritel adalah mengeluarkan produk dengan private label atau store brands. Dahulu mungkin para perusahaan dengan national brand tidak menangapi akan adanya produk store brand, namun sekarang produk store brand tak lagi bisa dianggap remeh. Sebagian besar konsumen bahkan menganggapnya lebih bagus ketimbang national brand (Sarnianto, 2003). Dari fenomena di atas dapat diangkat permasalahan, bagaimana bila peritel mengeluarkan produk baru store brand untuk beberapa kategori produk tertentu, apakah produk tersebut dapat diterima oleh konsumen, dan apa persepsi konsumen mengenai produk baru store brand itu. Faktor apa saja yang perlu diperhatikan agar produk tersebut dapat menarik perhatian dan membuat konsumen bersedia untuk membeli produk baru store brand tersebut. 7

8 1.3. RUMUSAN MASALAH Setelah melihat ada hubungan yang khusus antara store brand dengan perilaku konsumen, maka riset ini berfokus pada masalah penelitian berikut : 1. Bagaimana pengaruh dari faktor Sikap umum terhadap store brand, Sikap spesifik terhadap store brand, Impulsif pembelian, Keterlibatan dalam pembelian, dan pengalaman akan produk store brand terhadap kesediaan membeli produk store brand baru? 2. Apakah faktor-faktor tersebut berbeda berdasarkan kategori produk? 3. Faktor mana yang memiliki peranan paling besar dalam menentukan kesediaan konsumen dalam membeli produk baru store brand? 1.4. BATASAN DAN LINGKUP MASALAH Batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan ritel sebagai tempat penelitian yaitu Carrefour hanya sebatas yang ada di Yogyakarta, karena ini sudah mewakili dari beberapa hypermarket yang ada di Yogyakarta, dan mempunyai varian produk store brand yang lebih banyak dibandingkan hypermarket lainnya jadi hasil dalam penelitian ini hanya sebatas pada perilaku konsumen yang ada di Yogyakarta. 2. Penelitian ini tidak sepenuhnya mereplikasi dari penelitian sebelumnya, jadi ada bagian dari penelitian sebelumnya yang tidak bisa dimasukkan, yaitu variabel untuk jenis-jenis risiko dari kategori produk karena untuk produk store brand di Indonesia butuh penelitian tambahan untuk dapat menentukan jenis risiko tersebut. 8

9 1.5. TUJUAN PENELITIAN Setelah mengetahui adanya dampak dari store brand sebagai salah satu strategi dari perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka. Tentunya penelitian ini dirancang untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap produk store brand tersebut, khususnya untuk produk store brand yang baru. Maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi pengaruh antara kesediaan untuk membeli produk store brand yang baru dengan faktor Sikap umum terhadap store brand, Sikap spesifik terhadap store brand, Impulsif pembelian, Keterlibatan dalam pembelian, dan pengalaman akan produk store brand. 2. Mengidentifikasi hubungan antara positioning harga dan kualitas dari produk store brands terhadap kesediaan untuk membeli produk store brands yang baru. 3. Mengidentifikasi hubungan antara persepsi akan store brand dan perilaku pembelian dengan kesediaan untuk membeli produk store brand yang baru. 1.6. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Akademik Potensial : Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Zielke dan Dobbelstein (2007). Riset orisinil tersebut dilakukan di Jerman. Riset ini mencoba untuk meneliti kesediaan konsumen dalam membeli produk store brand baru dalam konteks Indonesia. 9

10 2. Manfaat Manajerial Potensial : o Bagi konsumen, riset ini memberikan gambaran tentang produk store brand yang mungkin selama ini masyarakat masih belum tahu tentang kualitas dan keunggulan produk store brand. o Bagi pemasar store brand atau perusahaan ritel, memberikan masukan kepada perusahaan ritel sebelum perusahaan tersebut mengeluarkan produk store brand baru dan mengetahui tanggapan konsumen tentang produk-produk store brand yang sudah mereka keluarkan selama ini sehingga bisa menjadi bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan ritel terutama dalam produk store brand. o Bagi Carrefour, memberikan masukan tentang kesediaan konsumen untuk membeli store brand Carrefour pada kategori produk yang saat ini belum dimilikinya (sampai pada bulan Juli, 2009), yaitu kategori produk Susu cair, Mie instan, Keju, Pasta gigi, dan Teh botol. 10

11 1.7. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini berisi teori-teori yang dapat digunakan sebagai dasar penelitian, hasil penelitian sebelumnya, dan pengembangan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari lingkup penelitian, sumber data, metoda pengambilan sampel, metoda pengumpulan data, definisi operasional, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini data telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian menggunakan alat analisis yang telah ditentukan. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL Bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari hasil dan implikasi manajerial yang diharapkan dapat berguna bagi pihak yang berkepentingan dan saran untuk penelitian selanjutnya. 11