BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. informasi yang kemudian dikonsepkan oleh Davis (1989). TAM telah banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara langsung, kapan saja, dan dimana saja. bernama UWKS Academic Smart Mobile. Aplikasi tersebut bertujuan

INVESTIGASI FAKTOR KESUKSESAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DI BUMN

BAB 1 PENDAHULUAN. keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa

Model-Model User Acceptance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teknologi Komputer

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Tercatat dalam statistik Bank Indonesia (2012), banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model ini menggabungkan delapan model sekaligus, yaitu:

PENDAHULUAN. sebagai e-learning. Namun dalam perkembangannya e-learning memiliki

Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa di Palembang Menggunakan Model UTAUT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sulit dan kompleks. Menurut Hosack et al. (2012) menggunakan sistem pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1. Teori Technology Acceptance Model (TAM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan sistem teknologi informasi saat ini telah menjadi kebutuhan utama bagi

Artikel Ilmiah. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Sistem Informasi. Peneliti: Indahyana Putri Manafe

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini meliputi beberapa sub bab yaitu 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi Stikom Institutional

EVALUASI PENERAPAN FROFAST MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (2014: 31) Sistem. ikut merasakan ketergangguan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari lingkungan pembelajaran telah meningkat secara drastis. Salah

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Sistem merupakan kelompok elemen-elemen yang berintegrasi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus terus memperbaharui sistem informasi yang mereka gunakan, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang dapat membantu

PENERAPAN METODE UTAUT (UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY) DALAM MEMAHAMI PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN WEBSITE KKN LPPM UNISI

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem dilihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, maka semakin besar pula kebutuhan akan informasi. Penggunaan

Prosiding SNaPP2014Sains, Teknologi, dankesehatanissn EISSN

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan sistem dan teknologi informasi yang telah menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi menggunakan Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use Technology

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi

I Gusti Nyoman Sedana dan St. Wisnu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. proses bisnis. Teknologi informasi adalah seperangkat alat untuk membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi (TI) telah menjadi faktor penting dalam keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI. 2.1 Payment Gateway

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan infrastruktur seperti hardware, software, teknologi penyimpanan

ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. akhir ini, adapun teori-teori yang digunakan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENERIMAAN TEKNOLOGI INFORMASI DI BEBERAPA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu badan pelayanan yang tidak berorientasi pada

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi Ujian Online: Studi Kasus SMK Pasim Plus

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dan informasi kepada pelanggannya.

1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

SKRIPSI HALAMAN SAMPUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AUDITOR TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi dalam rangka menciptakan generasi yang berkualitas

EVALUASI KESIAPAN PENGGUNA DALAM ADOPSI SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI DI BIDANG AKADEMIK PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE HOT FIT MUHAMMAD NASIR

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DENGAN MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan.

Adopsi Teknologi Informasi Pada Usaha Mikro Kecil Menengah: Studi Pemanfaatan Sosial Media Untuk Menjalankan Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pengertian Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Adopsi Teknologi 2.1.1. Technology Acceptance Model (TAM) TAM merupakan sebuah model dari berbagai keberhasilan penelitian sistem informasi yang kemudian dikonsepkan oleh Davis (1989). TAM telah banyak dipelajari dan diteliti dalam berbagai konteks dengan menggunakan sistem informasi yang berbeda. Davis (1989) menjelaskan bahwa tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM menganggap bahwa ada dua variabel yang berperan sebagai perilaku utama dalam mengadopsi sisitem informasi, yaitu perceived usefulness (manfaat yang dirasakan) dan perceived ease of use (persepsi kemudahan penggunaan). Manfaat yang dirasakan diartikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan persepsi kemudahan pengguanaan diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun. Persepsi kemudahan pengguanaan juga berpengaruh pada manfaat yang dirasakan yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa system tersebut mudah digunakan maka system tersebut berguna bagi mereka. TAM disusun berdasarkan Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan beralasan yang dikembangkan khusus untuk pemodelan penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. 9

Gambar 2.1 Technology Acceptance Model, Davis (1989) 2.1.2. Unified Theory Of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model UTAUT disusun berdasarkan model-model penerimaan teknologi sebelumnya seperti Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behaviour, Task-Technology Fit Theory, dan terutama Technology Acceptance Model (TAM). UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh (Vekantes et al. 2003). UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi sebuah teori. Kedelapan teori terkemuka yang disatukan di dalam UTAUT adalah theory of reasoned action (TRA), technology acceptance model (TAM), motivational model (MM), theory of planned behavior (TPB), combined TAM and TPB, model of PC utilization (MPTU), innovation diffusion theory (IDT) dan social cognitive theory (SCT). UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna (Siahaan dan Widodo, 2013). 10

Vekantes et al. (2003) menemukan tujuh konstruk yang menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap behavioral intention atau use behavior dalam satu atau lebih di masing-masing model setelah mengevaluasi kedelapan model,. Konstruk-konstruk tersebut adalah performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, attitude toward using technology, dan selfefficacy. Setelah melalui pengujian lebih lanjut, terdapat empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu, performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions, sedangkan yang lain tidak signifikan sebagai determinan langsung dari behavioral intention. Disamping itu terdapat pula empat variabel yang berperan sebagai moderator yaitu gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruk utama pada behavioral intention dan use behavior. Gambar 2.2 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology, Vekantes, et al.(2003) 11

2.2. Teori Kesuksesan Sistem Informasi/Teknologi Informasi 2.2.1. Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan Mclean DeLone dan McLean (1992) mengembangkan sebuah model sistem informasi untuk mengukur keberhasilan dari sistem informasi. Model tersebut terdiri dari enam multi-level konstruksi, antara lain: kualitas informasi, kualitas sistem, kepuasan pengguna, penggunaan sistem, dampak terhadap individu, dan dampak terhadap organisasi. Model ini dianggap cukup lengkap dan sederhana sehingga banyak dipakai menjadi acuan dalam menguji kesuksesan sistem informasi. Gambar 2.3 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan Mclean (1992) Beberapa pendapat untuk memperbaiki model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean muncul karena ketidakjelasan antara bagian variabel dependen maupun dependen dalam mengukur kesuksesan sistem informasi. Pada tahun 1997, Seddon menyampaikan kritikannya terhadap model penelitian Delone 12

dan Mclean (1992), karena dianggap rumit. Menurut Seddon (1997), penggunaan sistem informasi adalah suatu perilaku, bukan kesuksesan dalam penelitian yang dilakukan oleh Seddon variabel penggunaan sistem informasi (system use) diganti menjadi kemudahan dalam penggunaan (perceived usefulness). Menanggapi berbagai kritikan tersebut, DeLone dan McLean (2003) tidak sependapat, karena menurut DeLone dan McLean pemakaian sistem harus mendahului dampak dan manfaat, tetapi tidak menyebabkan dampak dan manfaat. DeLone dan McLean kemudian memperbaiki modelnya pada tahun 2003 dengan menambahkan kualitas pelayanan (service quality), niatan untuk menggunakan (intention to use) dan menggabungkan dampak individual serta organisasi menjadi net benefits sebagai alat ukur baru dalam kesuksesan sistem informasi. Gambar 2.4 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan Mclean diperbarui (2003) 13

Meskipun model tersebut mengintegrasikan variable dependen yang digunakan oleh peneliti sistem informasi secara komprehensif, terdapat beberapa kritik yang diungkapkan oleh Garrity et al. (2005); Pertama sistem informasi yang digunakan pada model Delone dan McLean terlalu rumit dan banyak pengertian yang harus diperiksa secara tepat. Penggunaan sistem infromasi juga berpotensi dapat menjadi masalah dan kontroversial dalam keberhasilan sebuah model sistem; Kedua, karena kepuasan pengguna merupakan dampak individual dari sistem informasi dalam, akan menjadi sia-sia bagi organisasi untuk menyelidiki kepuasan bagi setiap pengguna; Ketiga, model tidak menjelaskan secara jelas dan sepenuhnya hubungan antara kepuasan pengguna dan dampak individu/organisasi. 2.2.2. Model Kesuksesan Sistem Informasi Garrity dan Sander Garrity et al. (2005) melanjutkan dan mengembangkan model Delone dan Mclean (1992;2003) dan mengusulkan model alternatif dalam konteks sistem organisasi dan sosio-teknis. Model ini terdiri dari empat subdimensi dari kepuasan pengguna, yaitu: kepuasan antarmuka, kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan, kepuasan dalam dukungan pengerjaan tugas dan kepuasan kualitas kerja. 14

Gambar 2.5 Model Garrity dan Sanders (2005) Faktor-faktor ini berasal dari tinjauan ekstensif dari keberhasilan penelitian mengenai sistem informasi dan penalaran dari prinsip-prinsip dasar sistem serta teori umum sistem. Empat faktor tersebut sesuai dengan tiga sudut pandang sistem informasi, yaitu : sudut pandang organisasi (pandangan bahwa sistem informasi sebagai komponen dari sistem organisasi), sudut pandang human-machine (pandangan yang memfokuskan pada antarmuka komputer dan pengguna sebagai komponen dari sistem kerja), dan sudut pandang sociotechnical (yang menganggap manusia juga memiliki tujuan yang terpisah dari organisasi dan bagaimana teknologi mempengaruhi manusia dalam bidang ini) (Garrity et al. 2005). 15

2.3. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi yang dirancang untuk mendukung bisnis dan organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Secara umum, pengembangan sistem pendukung keputusan yang telah banyak dilakukan adalah untuk mendukung para pengambil keputusan dalam mengolah, menilai, mengkategorikan dan mengorganisir informasi sesuai dengan kebutuhan dan digunakan untuk jangka panjang. Dalam berbagai literatur telah banyak ditemukan definisi dari istilah sistem pendukung keputusan; Namun, konsep sistem pendukung keputusan dalam buku Turban et al. (2004) sebenarnya pertama kali didefinisikan oleh Gorry dan Morton yang mengkombinasikan kategori kegiatan manajemen yang dikembangkan oleh Anthony dan deskripsi jenis keputusan yang diusulkan oleh Simon dengan menggunakan istilah terstruktur, semi-terstruktur dan tidak terstruktur bukan menggunakan istilah program dan non-program. Turban et al. (2004: 15), mengungkapkan bahwa sistem pendukung keputusan memiliki sifat-sifat dasar, yaitu: (1) dirancang khusus untuk proses pengambilan keputusan; (2) memberikan bantuan yang interaktif dengan keputusan yang akan diambil, bukan mengotomatisasi pengambilan keputusan dan (3) memiliki kemampuan untuk beradaptasi secara cepat dengan kebutuhan pengguna. Sistem pendukung keputusan dalam Turban et al. (2004),dikelompokkan menjadi beberapa kategori, antara lain : data based (data warehouse, SIG Sistem Informasi Geografis), model based (OLAP), knowledge based (data mining), documents based (web search engines) dan communications systems (GDSS - 16

Group Decision Support System, different groupware tools as teleconferencing and distant whiteboards). 2.3.1. Sistem Pendukung Keputusan pada PT. PELNI PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) merupakan salah satu BUMN di indonesia yang bergerak di bidang transportasi laut. Di Indonesia, definisi BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri BUMN. Pelayaran Nasional Indonesia (t.t.) menyatakan bahwa usaha pokok PT PELNI adalah menyediakan jasa angkutan transportasi laut yang meliputi jasa angkutan penumpang dan jasa angkutan muatan barang antar pulau. Saat ini perusahaan mengoperasikan 28 unit armada kapal penumpang yang diklasifikasi berdasarkan kapasitas jumlah penumpang,, diantaranya : Kapal tipe 3.000 pax, tipe 2.000 pax, tipe 1.000 pax, tipe 500 pax, tipe Ro-Ro (Roll on - Roll off) dan 1 unit kapal ferry cepat dengan kapasitas seluruhnya berjumlah 36.913 penumpang. Disamping itu PT PELNI juga mengoperasikan 4 unit armada kapal barang dengan total bobot mati berjumlah 1.200 ton. Wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.503 pulau, sangat membutuhkan sarana transportasi laut untuk menghubungkan pulau-pulau yang tersebar di seluruh 17

Indonesia. Dalam rangka mewujudkan rencana Presiden RI Joko Widodo menyediakan 'tol laut' untuk pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut dengan menunjuk PT Pelni (Persero) sebagai pihak yang menyelenggarakan pelayaran reguler tersebut. Konsep 'tol laut' Jokowi bukanlah membangun jalan tol di atas laut, melainkan penyediaan sistem distribusi logistik menggunakan kapal besar yang menghubungkan pelabuhan di jalur utama Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku, sampai Papua (Praditya, 2015). Sesuai SK Dirjen Perla no. AT 55/I/8/DJPL-06 Tgl 5 April 2006 tentang penetapan jaringan trayek tetap dan teratur (Liner) angkutan laut penumpang dalam negeri untuk PT.Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). Tempat yang disinggahi berjumlah 91 pelabuhan dengan 47 kantor cabang dan kurang lebih 300 travel agent yang tersebar diseluruh Indonesia. Dalam pengembangan kekuatan bisnis, PT PELNI menggunakan sistem pendukung keputusan sebagai sarana penunjang kegiatan operasionalnya. PT PELNI menggunakan Oracle untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi dalam keputusan yang akan diambil. Sistem pendukung keputusan memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pengguna, serta dapat digunakan dalam menghadapi berbagai jenis permasalahan yang membutuhkan kesesuaian dengan preferensi pengguna. Disamping itu pengembangan sistem pendukung keputusan tersebut juga memperhatikan komitmen PT PELNI dalam mengelola perusahan sesuai 18

dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, bertanggung jawab, independen dan kejujuran. 2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Sistem Pendukung Keputusan Secara teori, telah banyak diakui bahwa menilai keberhasilan besar dari sistem informasi adalah karena sistem informasi mengandung banyak sistem dan merupakan sebuah konsep abstrak yang tidak mudah mengarahkan sebuah pengukuran (DeLone dan Mclean, 1992). Mempelajari kesuksesan sistem informasi mengacu pada teori yang berasal dari disiplin ilmu yang beragam termasuk teknik, keuangan, ekonomi, pengambilan keputusan, sosiologi, pemasaran dan efektivitas organisasi (Avgerou, 2000). Dari sebuah studi; Hung et al. (2005) mengungkapkan bahwa pada umumnya keberhasilan dari sebuah sistem informasi dikarenakan: 1. Efektivitas sistem pendukung keputusan yang didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dan kelengkapan informasi untuk mencapai tujuan spesifik para pengguna. Efektivitasi diukur dari hasil keputusan, seperti kualitas atau ketepatan keputusan dan kepuasan pengguna. Misalnya, kepuasan pengguna atau kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan, kualitas keputusasn, dan profitabilitas bisnis untuk mengukur hasil sistem pendukung keputusan. 19

2. Efisiensi, lebih berorientasi pada proses dan biasanya diukur dengan kecepatan untuk mengambil keputusan atau jumlah pilihan alternatif yang mampu dipertimbangkan. Sistem pendukung keputusan dalam model penelitian dalam mengetahui kesuksesan sistem pendukung keputusan yang dilakukan oleh Alshibly (2015), dipengaruhi lima macam variabel yaitu, kualitas informasi, kualitas sistem, kemudahan penggunaan, manfaat yang dirasakan dan kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. 2.4.1. Information Quality (Kualitas Informasi) DeLone dan McLean (1992), menggambarkan kualitas informasi sebagai karakteristik yang diinginkan dari sistem informasi itu sendiri dan jenis informasi yang diinginkan. Dalam sebuah sistem pendukung keputusan, kualitas informasi didefinisikan oleh Venkatesh et al. (2013) sebagai kelengkapan, akurasi, format dan mata uang informasi yang dihasilkan dari proses sistem tersebut. Kelengkapan dimaksudkan pada kemampuan sistem dalam menyediakan semua informasi yang diperlukan; akurasi mengacu pada persepsi pengguna sistem bahwa informasi yang tersedia adalah benar; format adalah persepsi pengguna dari seberapa baik informasi yang disajikan; dan mata uang dimaksudkan persepsi pengguna mengenai keterbaruan informasi dalam sistem pendukung keputusan. 2.4.2. System Quality (Kualitas Sistem) Kualitas sistem adalah ukuran dari sebuah sistem informasi dipandang dari perspektif teknis dan desain (Gable et al. 2008). Kualitas sistem tersebut telah di 20

operasionalkan dalam berbagai cara dalam bentuk literatur sistem informasi. Misalnya, Seddon (1997) menggunakan kehandalan, konsistensi antarmuka pengguna, kemudahan penggunaan, kualitas dokumentasi dan pemeliharaan dari kode program. Menurut model kesuksesan sistem informasi, kualitas sistem merupakan faktor penentu keberhasilan yang mempengaruhi kepuasan pengguna dan niat dalam menggunakan sistem (DeLone dan McLean, 2003). Kualitas sistem juga telah dipelajari mengenai keterkaitan antara sistem dan penerimaan pengguna. Menurut TAM, kualitas sistem dapat dilihat sebagai variabel eksternal yang mempengaruhi keyakinan perilaku (Davis, 1989). 2.4.3. Ease of Use (Kemudahan Penggunaan) Dalam penelitian model TAM yang dilakukan oleh Davis (1989), mengindikasikan bahwa manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan pengunaan adalah faktor yang paling mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap penggunaan teknologi informasi. Sehingga kedua variabel tersebut sangat penting dalam merancang dan mengimplementasikan sistem informasi. Money dan Turner, (2004) mengungkapkan bahwa pengguna lebih memilih sebuah sistem yang mudah digunakan daripada useful system. Jika sebuah sistem rumit untuk digunakan oleh pengguna, sistem tersebut hanya akan membebani pengguna daripada memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan. 21

2.4.4. Perceived Usefulness (Manfaat yang dirasakan) Dalam penelitian sebuah penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan manfaat yang dirasakan adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja dari apa yang dikerjakan. Definisi tersebut mengikuti dari dari sebuah kata yang menunjukkan kebergunaan: mampu digunakan; menguntungkan. Dalam konteks organisasi, manusia umumnya akan kerja lebih baik dengan didukung oleh kenaikan gaji, promosi, bonus dan manfaat lainnya. Definisi inilah yang akan digunakan nantinya dalam pengembangan hipotesis penelitian. Kemudian, Davis (1989) juga menjelaskan lebih lanjut bahwa semakin banyak manfaat yang dirasakan dari sebuah sistem, akan membuat para pengguna percaya pada adanya hubungan antara kinerja yang positif dengan sistem tersebut. Bandura (1982) juga mendefinisikan manfaat yang dirasakan sebagai suatu hal yang dapat meningkatkan efisiensi dimana proses sangat terkait dengan hasilnya. 2.4.5. Decision Support Satisfaction (Kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan) Kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan dijelaskan dalam Bharati dan Chaudhury (2004) dapat dipahami dengan mendalami kemampuan sistem pada proses pendukungan pengambilan keputusan dan kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah, selain itu pengukuran menggunakan kepercayaan diri dari keputusan yang telah diambil, waktu untuk memutuskan serta efektivitas juga ikut membangun kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. 22

Garrity et al. (2005) menjelaskan bahwa kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan akan menunjukkan kemampuan dari suatu sistem informasi dalam membantu pengambilan keputusan serta peningkatan kinerja pengguna pada berbagai macam situasi. 2.4.6. Net Benefits Seddon (1997) menjelaskan, Net benefits merupakan ukuran yang komprehensif dan ideal yang berasal dari penjumlahan semua kejadian masa lalu dan diharapkan bermanfaat untuk masa yang akan datang mengurangi semua yang terjadi dimasa lalu dan mengharapkan biaya di masa yang akan datang, pengertian tersebut dikaitkan dengan penggunaan teknologi informasi 2.5. Telaah Penelitian Terdahulu Elam dan Mea (1987) melakukan penelitian mengenai pengembangan sistem pendukung keputusan berdasar kreativitas di negara Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut dilaporkan bahwa beberapa pertanyaan dari penelitian mereka perlu digaris bawahi. Salah satu dari pertanyaan tersebut adalah mengenai bagaimana mempelajari dan mengukur efektivitas sistem pendukung keputusan, kualitas pengambilan keputusan, pembelajaran dan perubahan yang dihasilkan. Disimpulkan pula bahwa adanya memiliki kekurangan dari segi relevansi dan kekakuan pada penelitian mengenai dampak dari efektivitas atau efisiensi sistem pendukung keputusan pada seorang pengguna ketika melaksanakan satu tugas atau lebih. 23

Dalam percobaan yang dilakukan oleh Aldag dan Power (1986), efek dari sistem pendukung keputusan dilakukan dengan mengamati kinerja dan persepsi dari setiap peserta yang dilakukan di negara Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa hanya ada dukungan terbatas dalam hipotesis antara terbandingkannya menggunakan sistem pendukung keputusan dengan tanpa menggunakan sistem pendukung keputusan. Peserta yang menggunakan alat bantu dalam pengambilan keputusan lebih percaya terhadap keputusan yang diambil serta puas terhadap proses pengambilan keputusan. Tidak ada dukungan dalam hipotesis bahwa dengan adanya sistem pendukung keputusan akan membuat pengguna membuat kinerja dan keputusan menjadi lebih baik. Chakravarti et al. (1979) melakukan penelitian di negara Amerika Serikat mengenai tugas pengalokasian iklan menggunakan sebuah metode kalkulus dalam pengambilan keputusan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa penggunaan sistem pendukung keputusan tidak meningkatkan kualitas keputusan dalam pengiklanan dan bahkan menyebabkan keputusan menjadi lebih buruk. Disisi lain, penelitian yang dilakukan di negara Amerika Serikat oleh McIntyre, (1982) mempelajari tentang dampak dari adanya sistem pendukung keputusan dalam tugas pengalokasian anggaran pemasaran, hasilnya bertentangan dengan Chakravarti et al. (1979), yang menemukan bahwa kelompok yang menggunakan sistem pendukung keputusan memiliki kualitas keputusan lebih tinggi secara signifikan. Dengan demikian, hasil penelitian dari dua studi empiris terdahulu mengenai efektivitas sistem pendukung keputusan adalah campuran. 24

Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari percobaan laboratorium dalam meneliti efek dari diterapkannya sistem pendukung keputusan pada masalah pemasaran yang terstruktur, Goslar et al. (1986) menemukan bahwa tidak adanya sistem pendukung keputusan dapat dikaitkan dengan lebih banyak pilihan alternatif. Ada atau tidaknya sistem pendukung keputusan tidak menimbulkan adanya perbedaan dalam kecepatan pengambilan keputusan, kepercayaan diri pengguna, jumlah informasi yang akan dipertimbangkan, proses pengambilan keputusan dan kinerja secara keseluruhan. Sementara itu, Ben-Zvi (2012) menemukan pengguna sistem pendukung keputusan yang menganggap sistem sebagai penghubung yang efektif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Beberapa peneliti lainnya tidak mendukung pendapat bahwa pengunaan sistem pendukung keputusan dapat meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan individu atau kelompok. Dickmeyer (1983) yang melakukan penelitian di Amerika Serikat meneliti efek dari sistem pendukung keputusan pada subjek fungsi pilihan. Dalam tugas perencanaan anggaran universitas yang menggunakan model perencanaan keuangan interaktif, di amati bahwa fungsi pilihan dapat berubah menjadi lebih banyak ketika menggunakan sistem pendukung keputusan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dari hasil timbal balik antar variabel daripada ketika subjek hanya menerima laporan yang dicetak pada analisis jangka panjang. Sharda et al. (1988) mengulas sebelas penelitian mengenai efektivitas sistem pendukung keputusan dalam jurnal yang mereka terbitkan di Amerika Serikat, hasilnya enam dari sebelas penelitian menunjukkan perbaikan kinerja karena menggunakan sistem pendukung keputusan, empat dari sebelas tidak menunjukkan 25

adanya pengaruh apapun dan satu dari sebelas penelitian menunjukkan kinerja perusahaan menurun setelah menggunakan sistem pendukung keputusan. 2.6. Pengembangan Hipotesis 2.6.1. Information Quality (Kualitas Informasi) Menurut Seddon (1997), kualitas informasi berkaitan dengan isu seperti relevansi, ketepatan waktu, dan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Variabel ini dimaksudkan untuk membuktikan model Delone dan Mclean (1992), yang mengungkapkan bahwa kualitas sistem informasi berpengaruh positif terhadap variabel lain dalam keberhasilan sistem informasi. Sistem informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pendukung keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh Wixom dan Todd (2005), mengenai hubungan antara kualitas informasi dan Usefulness (kebermanfaatan). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas informasi dan kebermanfaatan dari sebuah sistem memiliki hubungan yang positif signifikan. Bharati dan Chaudhury (2004) melakukan penelitian mengenai hubungan antara kualitas informasi dengan kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas informasi berkontribusi positif terhadap kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan Dari uraian di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 26

H1a : Kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manfaat yang dirasakan. H1b : Kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. 2.6.2. System Quality (Kualitas Sistem) Seddon (1997), menjelaskan bahwa kualitas sistem berkaitan dengan apakah ada atau tidak bug dalam sebuah sistem, konsistensi antarmuka pengguna, kemudahan penggunaan, kualitas dokumentasi dan kualitas pemeliharaan dari inti sistem. Dalam Delone dan McLean (2003), kualitas sistem dijelaskan sebagai alat untuk mengukur kemudahan penggunaan, fungsionalitas, keterandalan, kualitas data, probabilitas, integrasi, dan prioritas dari sebuah sistem. Sistem informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pendukung keputusan. Alshibly (2015), melakukan penelitian mengenai hubungan antara kualitas sistem dengan manfaat yang dirasakan dan kualitas sistem dengan kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas sistem berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang dirasakan dan kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Bharati dan Chaudhury (2004), membuktikan bahwa kualitas sistem berkontribusi positif terhadap kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. Semakin tinggi kualitas sistem maka kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan semakin meningkat. 27

Oleh karena itu, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H2a : Kualitas sistem berpengaruh positif signifikan terhadap manfaat yang dirasakan. H2b : Kualitas sistem berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan 2.6.3. Ease of Use (Kemudahan Penggunaan) Kemudahan penggunaan didefinisikan oleh Davis (1989) sebagai probabilitas subjektif pengguna mengenai kemampuan sistem untuk membantu pengguna bebas dari usaha mental dan fisik. Kemudahan penggunaan merupakan salah satu dari variabel TAM. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dulcic et al. (2012), membuktikan bahwa Kemudahan Penggunaan berkorelasi positif terhadap manfaat yang dirasakan. Semakin tinggi kemudahan penggunaan maka manfaat yang dirasakan dari sebuah sistem akan semakin meningkat. Bharati dan Chaudhury (2004) melakukan penelitian mengenai Kemudahaan Penggunaan yang didefinisikan sebagai Kualitas Sistem. Dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa Kualitas Sistem berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan dalam dukungan Pengambilan Keputusan. berikut : Oleh karena itu, dari uraian di atas penulis mengajukan hipotesis sebagai 28

H3a : Kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap manfaat yang dirasakan. H3b : Kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. 2.6.4. Perceived Usefulness (Manfaat yang dirasakan) Manfaat yang dirasakan merupakan salah satu dari model variabel TAM yang mempengaruhi sistem informasi. Hubungan antara variabel TAM dan kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan harus diuji untuk memberikan wawasan tambahan dan menguatkan temuan penelitian sebelumnya dalam konteks penggunaan sistem pendukung keputusan. Calisir dan Calisir (2004), melakukan penelitian mengenai hubungan antara manfaat yang dirasakan dengan kepuasan pengguna akhir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh signifkan terhadap kepuasan pengguna akhir. Penelitian yang dilakukan oleh Ben-Zvi (2012) membuktikan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh signifikan terhadap company performance. Semakin tinggi manfaat yang dirasakan maka company performance semakin meningkat. berikut : Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai 29

H4a : Manfaat yang dirasakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan. H4b : Manfaat yang dirasakan berpengaruh positif signifikan terhadap net benefits. 2.6.5. Decision Support Satisfaction (Kepuasan dalam Dukungan Pengambilan Keputusan) Kepuasan pengguna mengacu pada sejauh mana pengguna senang dengan sistem informasi dan layanan pendukung (Seddon, 1997). Dalam model penelitian ini kepuasan pengguna mengasumsikan bahwa kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan adalah sebuah variabel yang membangun serta mempengaruhi net benefits. Kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan akan mampu mendalami kemampuan sistem pendukung keputusan untuk membantu pengguna dalam mengambil keputusan (Bharati dan Chaudhury, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Garrity et al. (2005) membuktikan bahwa kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan berasosiasi positif terhadap kepuasan dukungan pengerjaan tugas. Semakin tinggi kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan maka kepuasan dukungan pengerjaan tugas semakin meningkat. Alshibly (2015), melakukan penelitian mengenai hubungan kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan terhadap net benefits. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan 30

berpengaruh signifikan terhadap net benefits. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H5 : Kepuasan dalam dukungan pengambilan keputusan berpengaruh positif signifikan terhadap net benefits. 2.7. Model Penelitian Model kesuksesan sistem informasi yang diusulkan oleh (Delone dan Mclean, 1992; 2003; Garrity et al. 2005) dan TAM yang diusulkan oleh (Davis, 1989; Vekantes et al. 2003) digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengevaluasi keberhasilan dari sistem pendukung keputusan dalam penelitian ini. Gambar 2.6 Model penelitian 31