KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bahkan dunia. dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat dimana para investor melakukan transaksi

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. negara dalam membangun dan menggerakan roda ekonominya. pendek namun juga secara jangka panjang. Pentingnya kesehatan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

ANALISIS KINERJA LEMBAGA KEUANGAN BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien dengan

Transkripsi:

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan Oleh: RIESHINTA SURYANDINI ADHY P. 100040085 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Pertemuan Tahunan Perbankan 2006 yang bertema "Mengelola Industri Perbankan dalam Dinamika Baru Perekonomian Indonesia" Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah mengemukakan bahwa tantangan utama yang kita hadapi dalam tahun 2006 adalah bagaimana mengembalikan perekonomian menuju pada keseimbangan baru, setelah terkena gejolak eksternal kenaikan harga minyak dan ketidakseimbangan dunia (Laporan Humas Bank Indonesia, Januari 2006). Selanjutnya, di tengah masih adanya ketidakpastian eksternal, Gubernur Bank Indonesia memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia tahun 2006 akan tergantung pada dinamika perekonomian domestik, sehingga koherensi dan sinergi antara kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil akan sangat menentukan keberhasilan mendorong momentum pertumbuhan. Pada sisi moneter, Bank Indonesia akan secara konsisten berupaya menurunkan inflasi hingga mencapai sekitar 8% pada tahun 2006, sehingga suku bunga secara berangsur-angsur dapat diturunkan untuk mendorong konsumsi dan investasi swasta. Pada sisi fiskal, stimulus fiskal melalui konsumsi dan investasi pemerintah akan dapat mendorong cepat pulihnya perekonomian, terutama jika potensi dana investasi dapat segera direalisasikan dalam triwulan pertama tahun 2006. Pada sektor riil, prospek ekonomi akan lebih dinamis jika proyek-proyek infrastruktur yang telah direncanakan dapat 1

2 direalisasikan. Dengan demikian, Bank Indonesia tetap bertanggung jawab menstabilkan. Sebagaimana dalam menjalankan fungsi intermediasinya, industri perbankan mengawali kegiatan usahanya dengan menghimpun dana masyarakat seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat likuiditas yang telah direncanakan oleh masing-masing bank. Langkah selanjutnya adalah penyaluran dana masyarakat kepada pihak ketiga atau nasabah debitur. Adanya perbedaan tingkat bunga dana (funding) dan tingkat bunga pinjaman (lending), bank akan mendapatkan selisih (spread) bunga sebagai pendapatan utamanya. Ketika persaingan antar bank semakin ketat dan fungsi perantara/intermediasi bank tidak optimal, pada akhirnya mengakibatkan penyaluran kredit tidak maksimal, maka tingkat spread akan semakin kecil. Pada saat itulah bank akan mengandalkan pendapatan di luar bunga (interest income) yang disebut dengan fee based income (pendapatan non bunga). Pendapatan bank terbesar di Indonesia saat ini masih berasal dari pendapatan bunga kredit. Secara nasional ekspansi kredit selama tahun 2000 sampai dengan 2002 menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Setelah mengalami peningkatan negatif sebesar 54,0% pada tahun 1999, tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan sebesar 19,5% di tahun 2000, sebesar 14,3% tahun 2001, sebesar 26,0% sampai dengan September 2002, dan sebesar 21,47% per sampai dengan Juni 2003. Sedangkan jumlah nominal kredit yang disalurkan oleh perbankan pada posisi Juni 2003 sebesar Rp. 401,79 trilyun (Investor, 2003).

3 Guna mengimbangi ketersediaan dana untuk penyaluran kredit kepada masyarakat, bank dituntut memiliki tingkat likuiditas yang sehat. Berarti bank harus mampu menumbuhkan kepercayaan yang tinggi kepada masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Bahkan tidak tanggungtanggung dalam rangka penghimpunan dana tersebut bank mengeluarkan biaya promosi yang tidak sedikit. Hal ini dimaksudkan selain bertujuan memanjakan nasabahnya dengan iming-iming hadiah tentu saja bank ingin menanamkan image positif agar dijadikan tujuan investasi dalam produk simpanan. Secara realita, ada nasabah yang memindahkan tabungannya pada bank lain yang memberikan banyak hadiah. Dengan demikian, hadiah diharapkan akan berimbas pada loyalitas customer (InfoBank Edisi Khusus, 2006). Sebagaimana tujuan fundamental bisnis perbankan adalah untuk memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Bagi pemilik saham, menanamkan modalnya pada bank bertujuan untuk memperoleh penghasilan berupa dividen atau mendapatkan keuntungan melalui meningkatnya harga pasar saham yang dimilikinya. Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).

4 Dengan demikian, pada prinsipnya para pemilik dana menaruh kepercayaan dan loyalitas terhadap suatu bank karena terjaminnya tingkat kesehatan bank termasuk manajemen perbankan didalamnya. Sedangkan bagi pihak bank, kepercayaan dan loyalitas pemilik dana membantu dan mempermudah dalam menyusun strategi bisnis yang lebih baik. Dengan kata lain, bila tingkat kesehatan bank jelek maka tidak mustahil para pemilik dana sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkan pada bank yang lain. Salah satu faktor makro ekonomi yang turut berdampak terhadap kinerja perbankan dalam menghimpun dana adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (bencana alam, musim kemarau, distribusi tidak lancar, dan lain-lain) sepenuhnya berada diluar pengendalian Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat tinggi selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar rupiah sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan panawaran

5 yang terjadi di pasar. Upaya yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia adalah menjaga agar nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah (Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter dan Perbankan, 2005). Memperhatikan kondisi tersebut, bagaimanapun andil tingkat inflasi juga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja industri perbankan dalam aktivitas penghimpunan dana yang dilakukan. Untuk itu, diperlukan evaluasi kinerja industri perbankan terkait dengan tingkat kesehatan yang ditunjukkan. Upaya untuk melakukan pengawasan dan pembinan terhadap perbankan, termasuk di dalamnya pengawasan terhadap ekspansi yang dilakukan oleh bank dalam meningkatkan pendapatan, Pemerintah melalui Bank Indonesia

6 dengan SK DIR BI No. 30/II/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia telah memberikan pedoman untuk mengukur tingkat kesehatan bank antara lain dengan alat analisis CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity). Selanjutnya dalam perkembangannya penetapan CAMEL mengalami perubahan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (BI) Nomor 26/23/KEP/DIR tanggal 23 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank. Alat analisis CAMEL tersebut merupakan tolok ukur dalam melakukan penilaian atas aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Aspek permodalan bisa dievaluasi dengan menggunakan CAR (rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Aspek kualitas aktiva produktif bisa dievaluasi dengan rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif dan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap jumlah penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk. Aspek manajemen bisa dievaluasi dengan penilaian manajemen umum dan manajemen risiko. Aspek rentabilitas bisa dievaluasi dengan menggunakan rasio laba terhadap total aktiva atau ROA (Return on Assets) dan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Aspek likuiditas bisa dievaluasi dengan Cash Ratio dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Melalui alat analisis CAMEL seorang investor maupun penilai akan memperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau kondisi suatu bank. Dengan demikian, kreditur sangat berkepentingan atas hasil analisis CAMEL

7 terutama dalam rangka mengetahui tingkat kesehatan bank dalam menjamin keamanan investasinya. Lebih lanjut, hasil analisis CAMEL yang kurang baik mengindikasikan adanya penurunan kinerja bank secara keseluruhan, tidak saja dari aspek financial report semata akan tetapi juga kondisi manajemen bank secara keseluruhan. Sebaliknya hasil analisis CAMEL yang baik mengindikasikan kuatnya ketahanan sistem dan struktur industri perbankan yang sehat. Hal ini diimplementasikan dalam penguatan modal, peningkatan daya saing dan akses kredit melalui lingkage program antar bank. Beberapa penelitian di Indonesia yang menggunakan rasio keuangan umumnya diarahkan untuk memprediksi perkembangan laba perusahaan. Antara lain adalah riset Machfoedz (1994) yang bertujuan menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama empat tahun yaitu tahun 1989, 1990,1991, dan 1992. Metode yang digunakan untuk memilih rasio keuangan adalah prosedur MAXR. Untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan dalam memprediksi laba di masa mendatang digunakan regression analysis, t-test, dan logit model Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini juga menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai komponen rasio

8 yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio keuangan tersebut akan digunakan untuk memprediksi laba masa mendatang. Zainuddin dan Hartono (1999) juga melakukan penelitian untuk menguji manfaat rasio keuangan pada tingkat individual dan construct dalam memprediksi pertumbuhan laba yang dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ tahun 1999. Pengujian pada tingkat individual dilakukan dengan menguji manfaat masing-masing rasio, sedang pada tingkat construct dilakukan dengan menggabung beberapa rasio yang menggunakan cara tertentu. Namun demikian hasil analisa regresi menunjukkan bahwa tidak terdapat rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba baik untuk periode satu ke depan maupun untuk periode tahun ke depan. Berdasar beberapa kajian empiris tersebut, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa terdapat kecenderungan tingkat kesehatan bank bisa dijadikan penilaian atas naik turunnya penghimpunan dana pihak ketiga atau dana masyarakat. Nasabah penyimpan dana yang membuka rekening di bank umumnya tertarik dengan bunga yang ditawarkan, selain kemudahan fasilitas-fasilitas lainnya. Masyarakat penyimpan dana menguasakan hak milik atas dananya kepada bank. Harapannya agar dana tersebut dapat dipinjamkan kepada masyarakat lain (pengusaha) dan memberikan nilai tambah dalam jangka waktu tertentu. Dengan catatan, masyarakat akan mempercayakan dananya pada suatu bank sebagai investasi yang dapat memberikan keuntungan bila bank tersebut dalam kondisi sehat.

9 Sebaliknya, bila masyarakat sebagai pihak luar mengetahui kondisi bank yang tidak sehat, maka mereka tidak akan melakukan investasi dan bila sudah terlanjur menanamkan dana mereka segera akan menarik dan memindahkan pada bank lain. Selain itu, perubahan tingkat inflasi dapat dijadikan barometer bagi para investor untuk menarik atau menyimpan dananya di bank. Pada saat tingkat inflasi tinggi, pada umumnya perilaku nasabah mengalami perubahan yang ditunjukkan dengan kecenderungannya untuk menyimpan dananya pada industri perbankan. Hal ini didasarkan pada realita, bahwa biasanya saat inflasi tinggi tingkat suku bunga simpanan juga ikut naik, demikian pula sebaliknya. Terkait dengan andil tingkat inflasi tersebut, analisis kinerja perbankan dalam menghimpun dana masyarakat mutlak perlu dilakukan. Demikian kiranya, berdasar alasan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan studi khusus ke dalam tesis berjudul: Kemampuan Rasio CAMEL dalam Memprediksi Penghimpunan Dana Masyarakat : Inflasi Sebagai Variabel Pemoderasi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah rasio Camel yang terdiri dari : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on risked assets (RORA), Return On Asset (ROA) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), Cash Ratio dan Loan to Deposits Ratio (LDR) berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat?

10 Rumusan kedua, Apakah variabel inflasi memperkuat kemampuan prediksi rasio Camel terhadap penghimpunan dana masyarakat? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut : Untuk mengestimasikan atau menaksir besar pengaruh rasio Camel yang terdiri dari : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on risked assets (RORA), Return On Asset (ROA) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), Cash Ratio dan Loan to Deposits Ratio (LDR) terhadap penghimpunan dana masyarakat. Tujuan kedua, Untuk mengestimasi variabel inflasi dalam memperkuat kemampuan prediksi rasio Camel terhadap penghimpunan dana masyarakat. Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan apakah rasio Camel yang terdiri dari : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on risked assets (RORA), Return On Asset (ROA) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), Cash Ratio dan Loan to Deposits Ratio (LDR) berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat. Penelitian ini sekaligus bermanfaat dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap tingkat kesehatan bank (kinerja keuangan) seperti lembaga-lembaga keuangan, pihak manajemen bank, kreditur sebagai penghimpun dana pihak ketiga dan yang lainnya sesuai dari sudut pandang masing-masing.