BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

Catatan 31 Maret Maret 2010

JUMLAH AKTIVA

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

JUMLAH ASET LANCAR

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

L2

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

30 Juni 31 Desember

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK TBK AKTIVA AKTIVA LANCAR

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

LAMPIRAN. Laporan Keuangan PT Astra Graphia Tbk

30 September 31 Desember Catatan

PT GARUDA METALINDO Tbk

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 16 Januari 1985 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H., No. 27.

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

Lampiran 1 DATA ANALISIS RASIO AKTIVITAS. A. Inventory Turnover Periode Tahun (Dalam Jutaan Rupiah) 2007 DESCRIPTION TMS SIK TMS SIK

DAFTAR PUSTAKA. Bandung.

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT)

ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Rp Penyertaan sementara Rp Piutang usaha

Laba Bersih PT Timah (Persero) Tbk 2010 Sebesar 947,9 Milyar

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN


PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

LAPORAN SEMESTER I Jakarta, 30 Agustus 2010, PT Timah (Persero) Tbk hari ini melaporkan kinerja Perseroan pada semester pertama 2010

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga


PT. BPRS PUDUARTA INSANI NERACA 31 DESEMBER 2014 dan 2013

PT Timah (Persero) Tbk Menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan Tahun 2012

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

LABA/(RUGI) KONSOLIDASIAN TAHUN

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

PT Timah (Persero) Tbk Membukukan Laba Bersih Triwulan I 2012 Sebesar Rp 207,7 Miliyar

PT INDOSAT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 30 September 2010 dan 2009 (Tidak Diaudit) (Disajikan dalam jutaan rupiah, kecuali data saham)

fax : + 62 PT 2010 mencata logam timah di LME Selama terendah ton. Produksi bijih timah tercatat halaman 1 dari 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 (Dalam Rupiah)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

DAFTAR PUSTAKA. Sartono, Agus Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.

PT Timah (Persero) Tbk Membukukan Laba per 31 Maret 2011 Sebesar Rp 354,7 Miliar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

BAB II BAHAN RUJUKAN

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : KODE POS : TELPON : PERIODE AKUNTANSI :

PT CAHAYA KALBAR Tbk NERACA KONSOLIDASI Periode 30 Juni 2009 Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2008 (Dinyatakan dalam Rupiah)

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

PT CAHAYA KALBAR Tbk NERACA KONSOLIDASI Periode 30 September 2008 Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2007 (Dinyatakan dalam Rupiah)

PT SKYBEE Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB II BAHAN RUJUKAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PT. BANK OMEGA NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 20XX

PT CAHAYA KALBAR Tbk NERACA Periode 30 Juni 2010 Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah)

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Laba Bersih PT Timah (Persero) Tbk 2010 Sebesar 947,9 Milyar

PT. BPR BUMIASIH NBP 13 STABAT ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk

Perusahaan membutuhkan Modal Kerja. Laporan Keuangan

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari Husada Tbk dengan menggunakan analisis rasio, analisis horizontal dan vertikal. Analisis horizontal dan vertikal digunakan untuk menganalisis pos-pos pada neraca dan laporan laba rugi. Sedangkan analisis rasio untuk membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu, kemudian dibandingkan dengan rasio keuangan ratarata industri perusahaan sejenis. Penulis akan menggunakan laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi dan neraca PT Sari Husada Tbk periode tahun 2004-2006. IV. 1 analisis horizontal dan analisis vertikal IV. 1. 1 analisis neraca Berikut ini akan diuraikan mengenai perhitungan analisis secara vertikal dan horizontal yang akan menjadi dasar dalam analisis per pos neraca. 71

Aktiva lancar pos Tabel 4.1 Analisis horizontal dan vertical neraca periode Analisa horizontal Analisa vertikal Naik atau turun dari tahun sebelumnya % dari total aktiva 2006-2005 2005-2004 % 2006 % 2005 Kas dan setara kas 515.734 413.021 569.393 102.713 (156.372) 24,80 (27,46) 41 37,98 46,67 Surat berharga 53.375 29.882 63.897 23.493 (34.015) 78,60 (53,23) 4,3 2,75 5,23 Piutang usaha - Pihak ketiga - Hubungan istimewa 226.511 12.601 181.094 44.204 14.860 143.306 45.417 (31.603) 166.234 (99.102) 25,07 (71,49) 1.118,67 (69,15) Piutang dari pemegang saham 4.693 - - 4.693 0 0 0,4 - - Piutang lain-lain 4.170 1.493 2.124 2.677 (631) 179 (29,70) 0,3 0,14 0,17 Persediaan 155.973 141.302 130.829 14.671 10.473 10,38 8 12,57 13 10,72 Pajak dibayar dimuka 826 502 6.499 324 (5.997) 64,50 (92,27) 0,06 0,05 0,53 Uang muka 13.737 6.655 4.562 7.082 2.093 106,40 45,88 1 0,61 0,37 Biaya dibayar dimuka 10.338 6.350 7.356 3.988 (1.006) 62,80 13,67 0,8 0,58 0,60 Jumlah aktiva lancar 997.958 824.503 942.826 173.455 (188.323) 21,04 (12,55) 79,80 75,83 77,28 Aktiva tidak lancar Tagihan restitusi pajak - 448 - (488) 448 (100) 100 0,74 0,04 - Piutang dari pihak yang mempunyai 9.221 9.053 12.401 168 (3.348) 1,86 (27) 0,01 0,83 1,01 hubungan istimewa Investasi dalam saham 155 155 155 - - 0 - - 0,01 0,01 Aktiva tetap 217.626 227.992 242.441 (10.336) (14.449) (4,53) (5,96) 17,4 20,97 19,87 Aktiva pajak tangguhan, bersih 3.907 1.504 1.450 2.403 54 159 3,72 0,31 0,14 0,12 Kas yang dibatasi penggunaannya 13.360 18.405 16.314 (5.045) 2.091 (27,4) 12,8 1,07 1,69 1,34 Aktiva lain-lain 7.865 5.203 4.439 2.662 764 51,16 17,21 0,63 0,48 0,36 Jumlah aktiva tidak lancar 252.134 262.760 277.200 (10.626) (14.440) (4,04) (5,21) 20,16 24,17 22,72 Jumlah aktiva 1.250.092 1.087.263 1.220.026 162.829 (132.763) 14,98 (10,88) 100 100 100 18,1 1 16,65 4,06 1,21 11,75 72 73 73

Kewajiban jangka pendek Hutang usaha - Pihak ketiga 115.163 42.554 105.096 72.609 (62.542) 170,63 (59,50) 9,20 3,91 8,61 - Hubungan istimewa 4.309 1.078 3.546 3.231 (2.468) 299,72 (69,60) 0,34 0,1 0,2 Hutang pajak 43.854 40.142 34.638 3.712 5504 9,25 15,89 3,50 3,69 2,83 hutang lain-lain 484 988 683 (504) 305 (51) 44,65 0,04 0,09 0,05 Hutang dividen 1.300 878 1.582 422 (704) 48 (44,50) 0,10 0,08 0,12 Biaya yang masih harus dibayar 84.795 32.137 22.683 52.658 9.454 163,85 41,68 6,78 2,95 1,85 Jumlah kewajiban jangka pendek 249.905 117.777 168.228 132.128 (50.451) 112,18 (29,99) 19,96 10,83 13,78 Kewajiban jangka panjang Hutang kepada pihak yang 20 3.377 5.855 (3.357) (2.478) (99,40) (42,32) 0,001 0,31 0,48 mempunyai hubungan istimewa Kewajiban pajak tangguhan, bersih - 7.084 9.135 (7.084) (2.051) (100) (22,45) - 0,65 0,74 Kewajiban imbalan kerja 14.377 14.228 12.938 149 1.290 1,04 10 1,15 1,31 1,06 Jumlah kewajiban jangka panjang 14.397 24.689 27.928 (10.292) (3.239) (41,69) (11,60) 1,151 2,27 2,28 Hak minoritas atas aktiva bersih perusahaan 127 278 223 (151) 55 (54,32) 24,66 0,01 0,02 0,02 ekuitas Modal saham 98.767 98.676 98.500 91 176 0,09 0,18 7,90 9,08 8,07 Tambahan modal disetor 348.131 344.454 337.343 3.677 2.889 1,06 0,86 27,84 31,68 27,65 Modal saham diperoleh kembali (199.876) (199.876) (105.236) - 94.640-89,93 (15,99) (18,38) 8,62 247.022 243.254 330.607 3.768 (87.353) 1,55 (26,42) 19,76 22,38 27,09 Tambahan modal disetor opsi saham 2.445 4.331 5.104 (1.886) (773) (43,55) 15,14 0,19 0,39 0,41 Selisih penilaian kembali aktiva tetap 1.145 1.145 1.145 - - - - 0,09 0,09 0,10 Saldo laba yang dicadangkan - Cadangan wajib - Cadangan ekspansi 204.876 166.413 204.876 166.413 204.876 166.413 - - - - - - - - 16,38 13,31 18,84 15,30 16,79 13,64 Saldo laba 363.762 324.500 315.502 39.262 8.998 12,09 2,85 29,09 29,84 25,86 Jumlah ekuitas 985.663 944.519 1.023.647 41.144 (29.128) 4,36 (2,85) 78,84 86,87 83,90 Jumlah kewajiban dan ekuitas 1.250.092 1.087.263 1.220.026 162.829 (132.763) 14,98 (10,88) 100 100 100 73 74 74

Aktiva lancar Berdasarkan analisis vertikal, persentase jumlah aktiva lancar perusahaan pada tahun 2004 yaitu sebesar 77,28% dari total aktiva, pada tahun 2005 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 75,83% dari total aktiva, kemudian pada tahun 2006 persentasenya meningkat menjadi 79,80% terhadap total aktiva. Penurunan persentase pada tahun 2005 disebabkan oleh penurunan persentase pada beberapa pos aktiva lancar. Berikut ini adalah pembahasan masing-masing pos aktiva lancar. Kas dan setara kas Menurut analisis horizontal, Kas dan setara kas pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 27,46% atau sebesar Rp 156.372 juta dimana pada tahun 2004 jumlah kas dan setara kas Rp 569.393 juta menjadi Rp 413.021 juta pada tahun 2005. Penurunan yang terjadi disebabkan arus keluar yang lebih besar jika dibandingkan dengn arus kas masuk, hal ini dapat dilihat dalam laporan arus kas dimana aktivitas investasi dan pendanaan arus kas keluarnya lebih besar dari arus kas masuk. Dalam aktivitas investasi perusahan memperoleh penerimaan bunga sebesar Rp 16.846 juta dan hasil penjualan aktiva tetap sebesar Rp 258 juta sedangkan arus kas keluarnya sebesar Rp 21.871 juta brasal dari perolehan aktiva tetap. Pada aktivitas pendanaan, perusahaan harus melakukan pembayaran deviden tunai kepada pemegang saham perusahaan sebesar Rp 281.474 juta, selain itu terdapat perolehan kembali modal saham sebesar Rp 94.640 juta serta terdapat peningkatan kas yang dibatasi penggunaannya sebesar Rp 2.091 juta. Dari jumlah kas dan setara kas pada tahun 2005 dapat dirinci sebagai berikut: terdapat penurunan yang drastis pada cash in bank dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 cash in bank berjumlah Rp 286.535 juta, kemudian pada tahun 74

berikutnya hanya sejumlah Rp 47.940 juta atau menurun sebesar 83,27%. Tetapi dapat dilihat jumlah deposito berjangka mengalami peningkatan sebesar 28,15% atau bertambah Rp 84.175 juta dari Rp 298.998 juta menjadi Rp 383 173 juta. peningkatan juga terjadi pada cash on hand sebesar 79,88%. Jumlah kas yang dibatasi penggunaannnya yang merupakan corporate guarantee atas fasilitas kredit yang diterima oleh koperasi karyawan juga meningkat dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu bertambah sebesar Rp 2.091 juta atau 12,8%. Meskipun pada tahun 2005 kas dan setara kas mengalami penurunan, tetapi Sari Husada berhasil meningkatkan jumlah kas dan setara kasnya di tahun 2006. Peningkatan ini terjadi sebesar 24,80% atau bertambah sebesar Rp 102.713 juta. Peningkatan jumlah kas dan setara kas pada tahun 2006 disebabkan oleh kenaikkan jumlah arus kas dari aktivitas operasi sebesar Rp 594.596 yang diperoleh dari penerimaan dari distributor dan pelanggan yang berjumlah Rp 1.765.035 juta, serta adanya klaim asuransi sebesar Rp 30.466 juta, dikurangi dengan berbagai pembayaran pada aktivitas operasi. Meskipun arus kas keluar pada aktivitas investasi lebih besar dari arus kas masuknya, tetapi jumlahnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu hanya sebesar Rp 783 juta, sedangkan pada tahun 2005 sebesar Rp 4.767 juta, dimana pada tahun 2006 ini terdapat penerimaan bunga sebesar Rp 29.208 juta dan hasil penjualan aktiva tetap sebesar Rp 934 juta serta terdapat perolehan aktiva tetap sebesar Rp 30.925 juta. Hal ini juga terjadi pada aktivitas pendanaan dimana arus kas keluarnya lebih besar, tetapi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlahnya mengalami penurunan. Pada tahun 2006 ini perusahaan harus membayar dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 299.357 juta, pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham minoritas Rp 148 juta. 75

Pada tahun 2006 ini cash on hand dan cash in bank Sari Husada mengalami penurunan yaitu sebesar masing-masing 47,9% dan 57%. Begitu juga dengan kas yang dibatasi penggunaannya, jumlahnya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 27,4 %. Kenaikkan yang cukup besar dapat dilihat pada deposito berjangka yang dimiliki. Pada tahun 2005 Sari Husada memiliki deposito berjangka sebesar Rp 383 173 juta dan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 508.332 juta, atau sebesar 32,66%. Kas dan setara kas Kas 163 313 174 Bank 20,599 47,940 286,535 Deposito berjangka 508,332 383,173 298,998 Dikurangi: Kas yang dibatasi penggunaannya (13,360) (18,405) (16,314) Jumlah kas dan setara kas 515,734 413,021 569,393 Menurut analisis vertikal, kas dan setara kas pada tahun 2004 merupakan 46,67% dari total aktiva, dan pada tahun 2005 merupakan 37,98% dari total aktiva, kemudian pada tahun 2006 persentase dari total aktivanya menjadi 41%. Surat berharga Surat berharga pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 34.015 juta atau 53,2%. Suku bunga sertifikat Bank Indonesia berkisar antara 7,4 12,8% per tahun dan pada tahun 2004: 7,3 8,3% per tahun. Pada tahun 2006 jumlah SBI Sari Husada bertambah sebesar Rp 23.493 juta atau 78,6% dengan tingkat suku bunga berkisar antara 9,75-10,25% per tahun. 76

Menurut analisis vertikal surat berharga merupakan 5,23% dari total aktiva pada tahun 2004, 2,75 % pada tahun 2005 dan 4,3% pada tahun 2006. Sertifikat Bank Indonesia 53.375 29.882 63.897 kas dan setara kas pada akhir tahun terdiri dari: - kas 163 313 174 - Bank 7.239 29.535 270.221 - deposito berjangka 508.332 383.173 298.998 - surat berharga 53.375 29.882 63.897 569.109 442.903 633.290 Piutang usaha 1. Piutang usaha pihak ketiga Pihak ketiga Rupiah 226.511 181.094 14.606 Dolar AS - - 254 226.511 181.094 14.860 Menurut analisis horizontal, Piutang usaha mengalami peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun terutama pada tahun 2005. Pada tahun 2004 piutang usaha Sari Husada berjumlah Rp 14.606 juta, kemudian pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 1.139% atau lebih dari 10x lipat dari piutang usaha pihak ketiga tahun 2004. Pada tahun 2006 jumlah piutang usaha pihak ketiga Sari Husada juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah piutang usahanya berjumlah Rp 181.094 juta, dan pada tahun 2006 naik menjadi Rp 226.551 juta atau sebesar 25%. 77

Kenaikan piutang usaha pihak ketiga sari Husada seiring dengan meningkatnya penjualan perusahaan ini dari tahun 2004-2006. 2. Piutang usaha- hubungan istimewa Jumlah piutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tahun 2004-2006 terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan antara lain karena PT Tigaraksa Satria Tbk bukan merupakan pihak yang mempunyai hubungan istiwewa dengan PT Sari Husada Tbk sejak agustus 2005, sehingga mempengaruhi jumlah akun piutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa tahun 2005 dan 2006. Jika dilihat dari persentase penurunan yang terjadi maka pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 69,15%, dan pada tahun 2006 jika dibandingkan dengan tahun 2005 menurun 71,49%. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Rupiah 4.783 23,693 125,611 Dolar AS 7.818 20,511 17,695 12.601 44,204 143,306 Aktiva Piutang usaha - PT Tigaraksa Satria Tbk* - - 107,196 - PT Nutricia Indonesia Sejahtera 9,046 27,983 23,433 - PT Darma Purna Karya 3,555 16,221 12,524 - Nutricia NZ - - 153 12,601 44,204 143,306 Jika dilihat dari jumlah masing-masing piutang, baik dari pihak ketiga maupun dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan 78

banyak yang dilakukan kepada pihak ketiga, karena piutang kepada pihak ketiga lebih besar dibandingkan piutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sebagian besar penjualan pada tahun 2005 dan 2006 Sari Husada dilakukan kepada distributor, PT Tigaraksa Satria Tbk (bukan pihak yang mempunyai hubungan istimewa sejak Agustus 2005). Pada tahun 2006 Saldo piutang usaha dan total penjualan dengan TRS mencerminkan 92% dari piutang usaha dan 86% dari total penjualan, pada tahun 2005 masing-masing 75% dan 82%, dan pada tahun 2004 masing-masing 68% dan 82%. Analisa umur piutang Lancar 231.647 197.474 135.730 Lewat jatuh tempo < 30 hari 6.945 17.343 15.868 Lewat jatuh tempo 30-60 hari 375 762 2.289 Lewat jatuh tempo > 60 hari 118 9.719 4.279 239.112 225.298 158.166 Dikurangi: - Penyisihan piutang tak tertagih - - - 239.112 225.298 158.166 Menurut analisis vertikal, piutang usaha pada tahun 2004 merupakan 12,96 % dari total aktiva Sari Husada, 20,27% dari total aktiva pada tahun 2005 dan 19,10% dari total aktiva pada tahun 2006 Piutang dari pemegang saham Nutricia International BV 4.693 - - 79

Nutricia International BV merupakan pemegang saham terbesar yaitu sebesar 93,52% dari total keseluruhan saham. Sari Husada memiiliki piutang dari Nutricia International BV pada tahun 2006 sebesar Rp 4.693 juta. Piutang lain-lain Piutang lain-lain 4.170 1.493 2.124 Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak digolongkan menjadi piutang usaha baik itu pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, serta tidak juga digolongkan menjadi piutang dari pemegang saham. Piutang lain-lain mengalami penurunan sebesar 29,70% pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 yang memiliki piutang lain-lain sebesar Rp 2.124 juta. pada tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi Rp 4.170 juta atau sebesar 179% dari Rp 1.493 yang dimiliki pada tahun 2005. Piutang lain lain tidak memiliki jumlah yang besar dibandingkan dengan aktiva yang lainnya. Menurut analisis vertikal piutang lain-lain hanya memiliki kontribusi sebesar 0,17%, 0,14%, 0,3% dari total aktiva Sari husada pada tahun 2004-2006. Persediaan Menurut analisis horizontal, persediaan meningkat 8% pada tahun 2005 atau bertambah sebesar Rp 10.473 juta, kemudian pada tahun 2006 persediaan kembali meningkat sebesar 10,38% dari Rp 141.302 juta pada tahun 2005 menjadi Rp 155.973 juta. Peningkatan jumlah persediaan diikuti pula dengan jumlah penjualan baik itu pada tahun 2005 maupun pada tahun 2006 serta adanya peningkatan jumlah laba bersih. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengelola dan menjual barang dengan lebih efisien. 80

Menurut analisis vertikal, persediaan memiliki kontribusi sebesar 10,72%, 13% dan 12,57% dari total aktiva pada tahun 2004-2006. Bahan baku 91.420 85,457 75,871 Barang jadi 46.299 27,906 28,040 Barang dalam proses 22.983 17,077 13,168 Suku cadang 12.667 12,576 12,130 Bahan pengemas 3.255 3,719 4,153 Persediaan lainnya 1.350 1,101 473 177.974 147,836 133,835 Dikurangi: - Penyisihan persediaan usang dan tidak laris (22.001) (6,534) (3,006) 155.973 141,302 130,829 Aktiva tidak lancar Berdasarkan hasil analisis secara vertikal, dapat dilihat bahwa jumlah aktiva tidak lancar sebesar 22,72% terhadap total aktiva pada tahun 2004, 24,17% dari total aktiva pada tahun 2005 dan sebesar 20,16% dari total aktiva pada tahun 2006. Terdapat kenaikan persentase pada tahun 2005 yang disebabkan adanya peningkatan pada beberapa pos pada aktiva tidak lancar, tetapi terdapat pula penurunan persentase aktiva tidak lancar yang dialami perusahaan pada tahun 2006. Berikut ini adalah penjelasan beberapa pos pada aktiva tidak lancar dengan menggunakan analisis horizontal dan vertikal. 81

Piutang dari pihak yang mempunyai hubungan isimewa Piutang dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa menurut analisis horizontal mengalami penurunan sebesar 27% di tahun 2005 atau menurun sebesar Rp 3.348 juta jika dibandingkan dengan tahun 2004 yang memiliki piutang sebesar Rp 12.401 juta. Penurunan ini disebabkan karena berkurangnya piutang dari direksi dan karyawan dan tidak adanya piutang dari PT Nutricia Sejahtera pada tahun tersebut. Kemudian pada tahun 2006, piutang dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa meningkat meskipun tidak terlalu besar yaitu sebesar 1,86% atau bertambah Rp 168 juta dari tahun 2005. Piutang dari direksi dan karyawan berasal dari program kepemilikan kendaraan, sedangkan dari PT Nutricia Sejahtera karena adanya penjualan barang jadi. Berdasarkan analisis vertikal, piutang dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa mempunyai kontribusi terhadap total aktiva sebesar 1,01% pada tahun 2004, 0,83% pada tahun 2005, dan 0,01% pada tahun 2006. Piutang dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Direksi dan karyawan 9.221 9,053 11,809 - PT Nutricia Indonesia Sejahtera - - 592 9.221 9,053 12,401 Aktiva tetap jumlah aktiva tetap pada tahun 2005 menurun sebesar Rp 14.449 juta atau sebesar 5,96% dari tahun 2004. Kemudian kembali terjadi penurunan sebesar 4,53% atau Rp 10.336 juta jika dibandingkan dengan tahun 2005. Penurunan yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan oleh meningkatnya harga perolehan (2004: Rp 435.427 jta, 2005: 82

Rp 456.987 juta) diikuti dengan peningkatan akumulasi penyusutan (2004: Rp 192.986 juta, 2005: Rp 228.995 juta) menyebabkan aktiva tetap pada tahun 2005 berjumlah Rp 227.992 juta sedangkan pada tahun 2004 berjumlah Rp 242.441 juta. Pada tahun 2006 jumlah aktiva tetap kembali mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga perolehan dan akumulasi penyusutan (2006: Rp 478.175 juta; Rp 260.549 juta), penurunan aktiva tetap pada tahun 2006 termasuk didalamnya akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi. Jumlah aktiva tetap pada tahun 2006 adalah Rp 217.626 juta. Aktiva tetap 217.626 227.992 242.441 Kas yang dibatasi pengunaannya Kas yang dibatasi penggunaannya merupakan corporate guarantee atas fasilitas kredit yang diberikan kepada koperasi karyawan Sari Husada. Menurut analisis horizontal pada tahun 2005 jumlahnya mengalami kenaikkan sebesar 12,8% yaitu dari Rp 16.314 juta menjadi Rp 18.405 juta, kemudian pada tahun 2006 terjadi penurunan pada jumlah kas sebesar 27,4% atau menurun Rp 5.045 juta. Berdasarkan analisis vertikal, kas yang dibatasi penggunaannya merupakan 1,34% dari total aktiva tahun 2004, 1,69% dari total aktiva pada tahun 2005, dan 1,07% dari total aktiva pada tahun 2006. Kas yang dibatasi penggunaannya PT Bank Niaga Tbk 13.360 18,405 16,314 83

Kewajiban jangka pendek Berdasarkan analisis vertikal, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 persentase jumlah kewajiban jangka pendek terhadap total aktiva adalah sebesar 13,78%, 10,83% dari total aktiva pada tahun 2005 dan 19,96% dari total aktiva pada tahun 2006. Terjadi penurunan persentase pada tahun 2005 disebabkan adanya penurunan pada beberapa pos kewajiban jangka pendek seperti penurunan hutang usaha baik itu kepada pihak ketiga maupun pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Tetapi sebaliknya terjadi di tahun 2006. Persentasenya meningkat, disebabkan salah satunya karena peningkatan pada pos hutang usaha kepada pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Berikut ini akan diuraikan mengenai kenaikan dan penurunan pada beberapa pos kewajiban jangka pendek dengan menggunakan analisis horizontal dan vertikal. Hutang usaha 1. Pihak ketiga hutang usaha kepada pihak ketiga menurut analisis horizontal mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 59,50% dari tahun 2004 yang berjumlah Rp 105.096 juta menjadi Rp 42.554 juta. Kemudian pada tahun 2006 hutang usaha meningkat kembali dengan kenaikan sebesar 170,63% menjadi Rp 115.163 juta. Berdasarkan analisis vertikal hutang usaha kepada pihak ketiga mempunyai kontribusi sebesar 8,61% pada tahun 2004, 3,91% di tahun 2005, dan 9,20% pada tahun 2006 dari total aktiva yang ada tiap-tiap tahun. Pihak ketiga Rupiah 73.318 21,403 23,088 Dolar AS 37.283 18,453 80,943 84

Mata uang lainnya 2.562 2,698 1,065 115.163 42,554 105,096 2. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Berdasarkan analisis horizontal Sari Husada mempunyai hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 3.546 juta pada tahun 2004, kemudian pada tahun 2005 menurun sebesar Rp 69,60% menjadi Rp 1.078 juta, pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi Rp 4.309 juta atau sebesar 299,72%. PT Nutricia Indonesia Sejahtera, Numico trading BV, Central Laboratories Friedrichsdorf GmbH, Nutricia LTD, Nutricia CUIJK, Numico Beher BV, Nutraco PMO Infant Nutrium, PT TNT Logistik Indonesia*(bukan menjadi pihak yang mempunyai hubungan istimewa sejak 12 agustus 2005) adalah pihak-pihak dimana Sari Husada mempunyai hutang usaha pada tahun 2004-2006. Hutang usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa - PT Nutricia Indonesia Sejahtera 1,210 451 2,307 - Numico Trading BV 198 338 593 - PT TNT Logistik Indonesia* - - 454 - Central Laboratories Friedrichsdorf GmbH 277 283 184 - Nutraco PMO Infant Nutrium - - 8 - Nutricia LTD (NZ) - 6 - - nutricia CUIJK 566 - - - numico beheer BV 2,058 - - 4.309 1,078 3,546 Berdasarkan analisis vertikal, hutang usaha merupakan 0,2% dari total aktiva pada tahun 2004, 0,1% pada tahun 2005 dan 0,34% pada tahun 2006. 85

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Rupiah 1.163 451 1,487 Dolar AS 47-1,282 Mata uang lainnya 3.099 627 777 4.309 1.078 3,546 119.472 43,632 108,642 Rincian hutang usaha berdasarkan jenis pembelian adalah sebagai berikut: Bahan baku 90.314 21,404 97,290 Bahan pengemas 15.817 7,096 5,460 Lainnya 13.341 15,132 5,892 119.472 43,632 108,642 Biaya yang masih harus dibayar Biaya yang masih harus dibayar Sari Husada meningkat tiap tahunnya dari tahun 2004-2006. Biaya tersebut berupa gaji dan tunjangan, penjualan dan pemasaran, utilitas, penghapusan pencatatan saham, perbaikan dan pemeliharaan, jasa professional dan lainlain meliputi salah satunya adalah asuransi. Menurut analisis horizontal, biaya yang masih harus dibayar pada tahun 2005 mengalami kenaikkan sebesar 41,68% dari Rp 22.683 juta pada tahun 2004. Kenaikan ini karena bertambahnya jumlah biaya gaji dan tunggangan serta beban lainnya yang harus dibayar. Pada tahun 2006 jumlah biaya yang masih harus dibayar mengalami kenaikan sebesar 163,85% jika dibandingkan dengan tahun 2005. Pada tahun 2006 terdapat biaya penghapusan pencatatan saham sebesar Rp 4.325 juta serta biaya perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp 3.215 juta karena terjadinya gempa sehingga diperlukan biaya untuk memperbaiki pabrik yang berada di Yogyakarta. 86

Gaji dan tunjangan 24.189 14,756 7,707 Penjualan dan pemasaran 43.907 12,785 12,008 Utilitas 1.939 910 834 Penghapusan pencatatan saham 4.325 - - Perbaikan dan pemeliharaan 3.215 - - Jasa profesional 1.007 426 872 Lain-lain 6.213 3.260 1,262 84.795 32,137 22,683 Menurut analisis vertikal, biaya yang masih harus dibayar merupakan 1,85% dari total aktiva pada tahun 2004, pada tahun 2005 kontribusinya pada total aktiva sebesar 2,95%, dan pada tahun 2006 mempunyai kontribusi sebesar 6,78%. Kewajiban jangka panjang Jumlah kewajiban jangka panjang berdasarkan analisis vertikal mengalami sedikit penurunan dari tahun 2004-2006. Pada taun 2004 persentasenya sebesar 2,28% dari total aktiva, pada tahun 2005 persentasenya menjadi 2.27% dari total aktiva, dan sebesar 1,15% dari total aktiva pada tahun 2006. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan pada pos hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan itimewa dan pada pos kewajiban pajak tangguhan. Meskipun terdapat penurunan pada beberapa pos dalam kewajiban jangka panjang, tetapi terdapat pula kenaikan pada pos yang ada yaitu pos kewajiban imbalan kerja. Berikut ini merupakan rincian dari penurunan dan kenaikan yang terjadi pada pos-pos tersebut. 87

Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pada kewajiban jangka panjang terdapat pos hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa yaitu kepada Numico Beheer BV dan PT Nutricia Indonesia Sejahtera. Berdasarkan analisis horizontal, jumlah hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa mengalami penurunan sebesar 42,32% dari Rp 5.855 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 3.377 juta. pada tahun 2006 jumlahnya kembali mengalami penurunan, penurunannnya sebesar 99,40% menjadi Rp 20 juta. jika berdasarkan analisis vertikal maka hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa memiliki kontribusi terhadap total aktiva sebesar 0,48% pada tahun 2004, 0,31% pada tahun 2005, dan 0,001% pada tahun 2006. Hutang kepada pihak yang mempunyai Hubungan istimewa Numico Beheer BV 20 3.377 3.756 PT Nutricia Indonesia Sejahtera - - 2.099 20 3.377 5.855 Kewajiban pajak tangguhan Selain itu terdapat kewajiban pajak tangguhan, berdasarkan analisis horizontal kewajiban pajak tangguhan mengalami penurunan di tahun 2005 sebesar 22,45% menjadi Rp 7.084 juta dibandingkan dengan tahun 2004 yang memiliki jumlah kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp 9.135 juta. penurunan ini disebabkan meningkatnya penyisihan bonus dan penyisihan imbalan kerja. Kemudian pada tahun 2006 perusahaan tidak memiliki kewajiban pajak tangguhan. Jika berdasarkan analisa vertikal maka kewajiban pajak tangguhan merupakan 0,74% pada tahun 2004 dan 0,65% di tahun 2005 terhadap aktiva Sari Husada pada tahun tersebut. 88

Kewajiban imbalan kerja Kewajiban imbalan kerja juga merupakan bagian dari kewajiban jangka panjang yang dimiliki Sari Husada yang terdiri dari pensiun, uang jasa dan kompensasi lainnya menurut Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003 (UU 13/2003) dan diatur dalam PSAK No.24. Menurut analisa horizontal, pada tahun 2004 Sari Husada memiliki kewajiban imbalan kerja sebesar Rp 12.938 juta, pada tahun 2005 jumlahnya meningkat sebesar 10% menjadi Rp 14.228 juta, kemudian pada tahun 2006 jumlahnya bertambah sebesar 1,04% menjadi Rp 14.377 juta. Berdasarkan analisis vertikal, kewajiban imbalan kerja merupakan 1,06%,1,31%, 1,15% dari total aktiva pada tahun 2002-2006. Secara keseluruhan jumlah kewajiban jangka panjang menurun sebesar 11,60% pada tahun 2005, dan kembali menurun pada tahun 2006 sebesar 41,69%. Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan 127 278 223 Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan berdasarkan analisis horizontal jumlahnya mengalami kenaikkan sebesar 24,66%. Pada tahun 2004 jumlahnya Rp 223 juta dan pada tahun 2005 jumlahnya menjadi Rp 278 juta. jumlahnya mengalami penurunan ditahun 2006 sebesar 54,32% menjadi Rp 127 juta. Menurut analisis vertikal, hak minoritas atas aktiva bersih perusahaan yaitu sebesar 0,02% dari total aktiva pada tahun 2004 dan 2005, kemudian sebesar 0,01% pada tahun 2006. Ekuitas Jumlah ekuitas pada tahun 2004 adalah Rp 1.023.64 juta, Rp 944.519 juta pada tahun 2005, dan Rp 985.663 juta pada tahun 2006. Berdasarkan analisa horizontal, maka 89

dapat dilihat adanya penurunan jumlah ekuitas pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan tahun 2004, penurunannya sebesar 2,85% atau berkurang Rp 29.128 juta. sedangkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 4,36% dibandingkan dengan tahun 2005 atau naik sebanyak Rp 41.144 juta. Berdasarkan analisis vertikal, jumlah ekuitas memiliki persentase sebesar 83,90% dari total aktiva pada tahun 2004, 86,87% dari total aktiva pada tahun 2005 dan sebesar 78,84% dari total aktiva pada tahun 2006. Kenaikan persentase pada tahun 2005 disebabkan oleh adanya kenaikan pada beberapa pos ekuitas misalnya adalah kenaikan pada modal saham, tambahan modal disetor, saldo laba yang dicadangkan. Penurunan persentase pada tahun 2006 disebabkan oleh banyaknya penurunan pada pos-pos yang ada, misalnya penurunan persenase pada modal saham, tambahan modal disetor, tambahan modal disetor opsi saham dan saldo laba yang dicadangkan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kenaikan atau penurunan yang ada pada pos-pos ekuitas. Modal saham 2004 Pemegang saham Jumlah saham Persentase jumlah kepemilikan Nutricia International BV 1,522,766,570 77.30 76,138 Perusahaan 55,254,000 2.80 2,763 Lembaga Indonesia 223,578,229 11.35 11,179 Masyarakat Indonesia 73,574,931 3.73 3,679 Lembaga asing 66,587,860 3.39 3,329 Masyarakat asing 292,470 0.01 15 Direksi, komisaris 27,945,940 1.42 1,397 dan karyawan 1,970,000,000 100.00 98,500 90

2005 Pemegang saham Jumlah saham Persentase jumlah Kepemilikan Nutricia International BV 1,845,681,521 93.52 92,284 Perusahaan 101,717,910 5.15 5,086 Lembaga Indonesia 18,913,559 0.96 946 Masyarakat Indonesia 6,130,810 0.31 307 Lembaga asing 763,920 0.04 38 Masyarakat asing 312,280 0.02 15 1,973,520,000 100.00 98,676 2006 Pemegang saham Jumlah saham Persentase jumlah Kepemilikan Nutricia International BV 1.847.371.521 93,52 92.368 Perusahaan 101.717.910 5,15 5.086 Masyarakat Indonesia 22.869.460 1,16 1.143 Lembaga Indonesia 2.124.899 0,10 107 Lembaga asing 718.430 0,04 36 Masyarakat asing 537.780 0,03 27 1.975.340.000 100 98.767 Berdasarkan analisis horizontal, modal saham pada tahun 2005 mengalami sedikit kenaikkan yaitu sebesar 0,18 %, dari Rp 98.500 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 98.676 juta. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar yaitu sebanyak 1.973.520.000 lembar dari 1.970.000.000 lembar pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2006 dengan bertambahnya jumlah saham, maka jumlah modal saham juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,09% dibandingkan tahun 2005. Berdasarkan analisis vertikal modal saham merupakan 8,07% dari total aktiva pada tahun 2004, 9,08% pada tahun 2005, dan 7,90% pada tahun2006. 91

Tambahan modal disetor Tambahan modal disetor berdasarkan analisis horizontal menunjukkan kenaikan sebesar 0,86% pada tahun 2005 atau bertambah sebesar Rp 2.889 juta dari tahun 2004, kemudian pada tahun 2006 kembali meningkat sebesar 1,06% atau bertambah Rp 3.677 juta. Modal saham diperoleh kembali Perusahaan telah membeli kembali sebanyak 101.717.910 lembar saham sampai dengan 28 april 2005 dengan total nilai Rp 199.876 juta atau meningkat sebesar 89,93% jika dibandingkan dengan tahun 2004 dimana perusahaan membeli kembali sebanyak 55.254.000 lembar saham dengan nilai Rp. 105.236 juta. Saldo laba yang dicadangkan Berdasarkan analisis horizontal jumlah saldo laba yang dicadangkan baik itu cadangan wajib dan cadangan ekspansi tidak mengalami kenaikan atau penurunan. Jumlah saldo untuk cadangan wajib tahun 2004-2006 adalah sebesar Rp 204.876 juta, untuk cadangan ekspansi sebesar Rp 166.413 juta. Jika dianalisis dengan analisis vertikal, persentase terhadap total aktiva pada tahun 2005 meningkat. Untuk cadangan wajib persentasenya 18,84% dari total aktiva, sedangkan pada tahun 2004 sebesar 16,79% dari total aktiva. Pada cadangan ekspansi persentasenya 15,30% dari total aktiva. Pada tahun 2006 persentasenya sebesar 16,38% dari total aktiva pada cadangan wajib dan 13,31% dari total aktiva pada cadangan ekspansi. 92

IV. 1. 2 analisa laporan laba rugi. Tabel 4.2 analisa horizontal & vertikal laporan laba rugi pos periode Analisa horizontal Analisa vertikal Naik atau turun dari tahun sebelumnya % dari total penjualan 2006-2005 2005-2004 % 2006 % 2005 Penjualan bersih 1.785.224 1.583.143 1.235.159 202.081 347.987 12,76 28,17 100 100 100 Beban pokok penjualan (989.529) (913.700) (664.139) 75.829 249.561 8,30 37,57 (55,43) (57,71) (53,77) Laba kotor 795.695 669.443 571.020 126.252 98.423 18,86 17,24 44,57 42,28 46,23 Beban usaha Penjualan dan pemasaran (225.315) (168.388) (168.716) 56.927 (328) 33,80 (0,19) (12,62) (10,60) (13,66) Umum dan administrasi (108.909) (103.986) (152.410) 4.923 (48.424) 4,73 (31,77) (6,10) (6,57) (12,33) Jumlah beban usaha (334.224) (272.374) (321.126) 61.850 (48.752) 22,70 (15,18) (18,72) (17,20) (26,00) Laba usaha 461.471 397.069 249.894 64.402 147.175 16,22 58,89 25,85 25,08 20,23 Penghasilan/(beban) lain-lain (Kerugian)/keuntungan selisih kurs, bersih (20.434) 10.476 29.236 (30.910) (18.760) (295,05) (64,16) (1,14) 0,66 2,37 Pendapatan bunga 29,208 16.846 13.789 12.362 3.057 73,38 22,17 1,64 1,06 1,12 Keuntungan penjualan aktiva tetap 934 258 209 676 49 262 23,44 0,05 0,02 0,02 Surat ketetapan pajak - - (2.824) - 2824-100 - - (2,29) Lain-lain, bersih 5.837 3.505 3.205 2.332 300 66,53 9,36 0,33 0,22 0,26 15.545 31.085 43.615 (15.540) (12.530) (49,9) (28,73) 0,87 1,96 3,53 Laba sebelum pajak penghasilan 477.016 428.154 293.509 48.862 134.645 11,4 45,87 26,72 27,04 23,76 Beban pajak penghasilan (147.185) (138.331) (111.583) 8.854 26.748 6,4 23,97 (8,2) (8,74) (9,03) Laba dari aktivitas normal 329.831 289.823 181.926 40.008 107.897 13,8 59,30 18,4 18,30 14,73 setelah pajak penghasilan Keuntungan atas kejadian luar biasa, bersih 9.265 - - 9.265 - - - 0,52 - - Laba konsolidasian sebelum hak minoritas 339.096 289.823 181.926 49.273 107.897 17 59,30 18,99 18,30 14,73 Hak minoritas atas laba bersih anak (54) (55) (48) (1) 7 (1,8) 3,85 (0,003) (0,003) (0,003) perusahaan Laba bersih 339.042 289.768 181.878 49.274 107.890 17 59,31 18,99 18,30 14,73 93 93 93

Penjualan bersih Berdasarkan analisis horizontal Penjualan bersih Sari husada pada tahun 2005 meningkat sebesar 28,17% dari tahun 2004. Pada tahun 2004 penjualan bersih berjumlah Rp 1.235.159 juta dan di tahun 2005 berjumlah Rp 1.583.143 juta. pada tahun 2006 penjualan perusahaan juga meningkat yaitu sebesar 12,76% menjadi Rp 1.785.224 juta. Penjualan pada Sari Husada terbagi menjadi dua yaitu penjualan kepada pihak ketiga dan penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Untuk penjualan kepada pihak ketiga pada tahun 2004-2006 yaitu sebesar Rp 74.423 juta, Rp 626.668 juta, dan Rp 1.616.911 juta. penjualan pada pihak ketiga meningkat secara signifikan dari setiap tahunnya Penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 956.475 juta pada tahun 2004, Rp 956.475 juta pada tahun 2005,dan Rp 168.313 juta pada tahun 2006. Dari dua penjualan tersebut dapat dilihat bahwa penjualan pada pihak ketiga lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa jumlahnya lebih besar dari penjualan kepada pihak ketiga. Hal ini disebabkan PT Tigaraksa Satria Tbk* tidak menjadi pihak yang mempunyai hubungan istimewa lagi dengan Sari Husada sejak 12 agustus 2005 sehingga mempengaruhi jumlah penjualannnya. Pihak ketiga Penjualan produk jadi 1.531.948 551,984 12,675 Imbalan atas jasa maklon dan pengemasan 84.963 74,666 60,955 Penjualan bahan baku - 18 793 1.616.911 626,668 74,423 94

Pihak yang memiliki hubungan istimewa Penjualan produk jadi 124.762 913.398 1.121.974 Penjualan bahan baku - - 2.091 Imbalan atas jasa maklon dan pengemasan 43.551 43.077 36.671 168.313 956.475 1.160.736 1.785.224 1.583.143 1.235.159 PT Tigaraksa Satria Tbk* 1.531.572 1.302.556 1.015.245 PT Nutricia Indonesia Sejahtera 149.735 178.629 124.390 Lain-lain (masing-masing di bawah 10%) 103.917 101.958 95.524 1.785.224 1.583.143 1.235.159 Beban pokok penjualan Beban pokok penjualan Sari Husada pada periode 2004-2006 adalah Rp 664.139 juta, Rp 913.700 juta, dan Rp 989.529 juta. Berdasarkan analisis horizontal maka jumlah beban pokok penjualan pada tahun 2005 meningkat sebesar 37,57%, dan pada tahun 2006 meningkat 8,30%. Peningkatan beban pokok penjualan ini disebabkan adanya kenaikkan pemakaian bahan baku pada tiap-tiap tahun dan kenaikkan upah buruh dan beban pabrikasi. Bahan baku dan pengemas Pada awal tahun 89.176 80,024 43,279 Pembelian 835.348 756,402 586,445 Pada akhir tahun (94.675) (89,176) (80,024) Pemakaian bahan baku 829.849 747,250 549,700 95

Upah buruh langsung dan beban pabrikasi 183.978 170.225 133,521 Jumlah beban produksi 1.013.827 917.475 683,221 Persediaan barang dalam proses Pada awal tahun 17.077 13.168 6,243 Pada akhir tahun (22.982) (17.077) (13.168) Beban pokok produksi 1.007.922 913.566 676.296 Persediaan barang jadi Pada awal tahun 27.906 28,040 15.883 Pada akhir tahun (46.299) (27.906) (28.040) Beban pokok penjualan 989.529 913.700 664.139 Laba kotor Laba kotor Sari Husada pada periode 2004-2006 adalah Rp 571.020 juta pada tahun 2004, Rp 669.443 juta pada tahun 2005 dan Rp 795.695 juta pada tahun 2006. Menurut analisa horizontal, maka pada tahun 2005 terjadi kenaikkan laba kotor perusahaan sebesar 17,24%, dan pada tahun 2006 meningkat 18,86%, peningkatan laba kotor ini disebabkan adanya peningkatan penjualan bersih pada tahun 2005 dan 2006. Menurut analisis vertikal maka laba kotor pada tahun 2004 merupakan 46,23% dari total penjualan, pada tahun 2005 laba kotor sebesar 42,28% dari total penjualan, dan pada tahun 2006 sebesar 44,57% dari total penjualan. Beban usaha Berdasarkan analisis vertikal jumlah beban usaha pada tahun 2004 sebesar 26% dari total penjualan, persentasenya menurun pada tahun 2005 menjadi 17,20% dari total penjualan, pada tahun 2006 persentasenya menjadi 18,72% dari total penjualan. penurunan persentase pada tahun 2005 ini disebabkan penurunan pada beban penjualan dan pemasaran serta pada beban umum dan administrasi. Kemudian pada tahun 2006 96

persentasenya sedikit meningkat karena adanya kenaikan pada beban penjualan dan pemasaran. a. Beban penjualan dan pemasaran Berdasarkan analisis horizontal terdapat penurunan jumlah beban penjualan dan pemasaran sebanyak Rp 328 juta atau 0,19% dari tahun 2004. Penurunan ini disebabkan berkurangnya jumlah pada beban penunjang pemasaran (2004: Rp 122.556 juta, 2005: Rp 116.387 juta), beban gudang (2004: Rp 4.251 juta, 2005: Rp 3.470 juta). Sedangkan pada beban karyawan, beban pemasaran, penjualan dan pelayanan pelangan,serta penyusutan mengalami sedikit kenaikan. Pada tahun 2006 jumlah beban penjualan dan pemasaran bertambah sebesar Rp 56.927 juta atau 33,80% dari tahun 2005, hal ini disebabkan kenaikkan pada hampir semua pos pada beban penjualan dan pemasaran (penunjang pemasaran, beban karyawan, beban pemasaran, beban gudang, penjualan dan pelayanan pelanggan) kecuali pada penyusutan yang mengalami penurunan. b. Beban umum dan administrasi Berdasarkan analisis horizontal, jumlah beban penjualan dan pemasaran pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar Rp 48.424 juta atau 31,77% dari tahun 2004. Kemudian pada tahun 2006 terdapat kenaikan sebesar Rp 4.923 juta atau 4,73% dari tahun 2005. Penurunan yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan adanya penurunan pada beban karyawan (2004: Rp 124.497 juta, 2005: Rp 61.950 juta), telekomunikasi (2004: Rp 1.974 juta, 2005: Rp 1.430 juta), humas (2004: Rp 97

2.641 juta, 2005: Rp 1.312 juta), meskipun terdapat peningkatan pada beban umum dan administrasi lainnya ( jasa professional, perjalanan dinas dan pemelihaaan kendaraan, biaya teknologi informasi, asuransi, beban penyusutan, pemeliharaan gedung kantor, biro adm.saham), tetapi penurunan yang cukup signifikan pada beban karyawan menyebabkan penurunan pada beban penjualan dan pemasaran pada tahun 2005. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2006 disebabkan kenaikan pada beban karyawan (2006: Rp 64.589 juta), perjalanan dinas dan pemeliharaan kendaraan (2005: Rp 7.170 juta, 2006: Rp 9.006 juta), beban penyusutan (2005: Rp 4.893 juta, 2006: Rp 6.111 juta), pemeliharaan gedung kantor (2005: Rp 2.605 juta, 2006: Rp 3.300 juta), humas (2005: Rp 1.312 juta, 2006: Rp 2.044 juta), biro adm.saham (2005: Rp 658 juta, 2006: Rp 1.166 juta) dan beban lainnya (2005: Rp 2.085 juta, 2006: Rp 3.299 juta), terdapat pula penurunan pada beban umum dan administrasi lainnya (jasa professional, asuransi, biaya teknologi informasi) Laba usaha Laba usaha Sari Husada pada tahun 2004 sebesar Rp 249.894 juta, pada tahun 2005 sebesar Rp 397.069 juta, dan pada tahun 2006 sebesar Rp 461.471. jika menggunakan analisa horizontal, maka pada tahun 2005 terjadi peningkatan laba usaha sebesar 58,89%, dan pada tahun 2006 peningkatan terjadi sebesar 16,22%. Adanya peningkatan laba ini disebabkan oleh penurunan beban usaha pada tahun 2005 sebesar 15,18%, dan juga adanya peningkatan penjualan yang cukup besar di tahun tersebut. Pada tahun 2006, meskipun terdapat peningkatan beban usaha tetapi jumlah penjualan 98

yang cukup besar dapat mempertahankan peningkatan laba usaha, meskipun kenaikan yang terjadi tidak sebesar kenaikan pada tahun 2005. Menurut analisis vertikal, laba usaha Sari Husada merupakan 20,23% dari total penjualan pada tahun 2004, 25,08% dari total penjualan tahun 2005, dan 25,85% dari total penjualan pada tahun 2006. Laba sebelum pajak penghasilan Laba sebelum pajak penghasilan pada tahun 2004 sebesar Rp 293.509 juta, kemudian pada tahun 2005 jumlahnya meningkat sebesar 45,87% menjadi Rp 428.154 juta, pada tahun 2006 berjumlah Rp 477.016 juta atau meningkat sebesar 11,40%. Peningkatan laba sebelum pajak penghasilan ini karena adanya kenaikan laba usaha pada tahun 2005 dan 2006. Berdasarkan analisis vertikal maka jumlah laba sebelum pajak penghasilan pada tahun 2004 adalah 23,76% dari total penjualan, kemudian pada tahun 2005 sebesar 27,04% dari total penjualan dan pada tahun 2006 sebesar 26,72% dari total penjualan. Laba setelah pajak penghasilan Laba setelah pajak penghasilan yang dimiliki Sari Husada pada tahun 2004 sebesar Rp 181.926 juta, pada tahun 2005 sebesar Rp 289.823 juta, dan pada tahun 2006 sebesar Rp 329.831 juta. Dari jumlah tersebut maka dapat diketahui pada tahun 2005 terjadi peningkatan laba sebesar 59,30 %, dan pada tahun 2006 meningkat lagi sebesar 13,8%. Jumlah laba tersebut adalah setelah dikurangi dengan beban pajak penghasilan sebesar Rp 111.583 juta, Rp 138.331 juta dan Rp 147.185 untuk masing-masing pada tahun 2004-2006. Berdasarkan analisis vertikal laba setelah pajak penghasilan merupakan 14,73% dari total penjualan pada tahun 2004, 18,30% dari total penjualan pada tahun 2005, dan 18,4% dari total penjualan pada tahun 2006. 99

Laba bersih Laba bersih pada Sari Husada pada tahun 2004 berjumlah Rp 181.878 juta, Rp 289.768 juta pada tahun 2005 dan Rp 339.042 juta pada tahun 2006. Kenaikan yang signifikan terjadi di tahun 2005, kenaikan sebesar 59,31% terjadi pada tahun tersebut. Kemudian pada tahun 2006 laba bersih juga meningkat sebesar 17%. Peningkatan laba bersih ini disebabkan adanya peningkatan penjualan pada masing-masing tahun dan adanya penurunan beban usaha. Berdasarkan analisa vertikal, laba bersih merupakan 24,73% dari total penjualan pada tahun 2004, 18,30% dari total penjualan pada tahun 2005 dan 18,99% dari total penjualan pada tahun 2006. 100

IV. 2 Analisis rasio IV.2.1, analisis rasio likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi/ membayar kewajibannya pada saat ditagih. 1. Rasio lancar (Current Ratio) Tabel 4.3 perbandingan Current Ratio Aktiva lancar Kewajiban lancar Sari Husada 3,99 7,00 5,60 Rata-rata industri 2,76 4,90 57,79 Rasio lancar PT Sari Husada periode tahun 2004-2006 adalah 5,60x, 7,00x, dan 3,99x. Rasio lancar pada tahun 2005 mengalami peningkatan dari 5,60x menjadi 7,00x, tetapi pada tahun 2006 rasionya mengalami penurunan menjadi 3,99x. Rasio lancar rata-rata industri periode tahun 2004-2005 yaitu 57,79x, 4,90x, 2,76x. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri maka PT Sari Husada memiliki rasio lancar yang lebih tinggi pada tahun 2005 dan 2006. Rasio lancar pada tahun 2005 meningkat disebabkan karena menurunnya jumlah kewajiban lancar sebesar 29,99% dari Rp 168.228 juta menjadi Rp 117.777 juta. Penurunan kewajiban lancar disebabkan oleh penurunan hutang usaha kepada pihak ketiga sebesar 59,50%, dan penurunan hutang usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar 69,60%, yaitu 101

kepada PT Nutricia Indonesia Sejahtera, Numico Trading BV, Central Laboratories Friedrichdorf GmbH, Nutricia LTD aktiva lancar pada tahun 2005 menurun sebesar 12,55%, meskipun terdapat peningkatan pada pos piutang usaha kepada pihak ketiga yaitu sebesar 1.118,67% tetapi peningkatan ini diiringi dengan penurunan pada pos-pos aktiva lancar yang lain. Jumlah kas dan setara kas menurun 27,46% disebabkan oleh besarnya arus kas keluar pada aktivitas investasi untuk perolehan aktiva tetap selain itu terdapat arus kas keluar yang besar pada aktivitas pendanaan untuk pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham, peingkatan kas yang dibatasi penggunaannya serta adanya modal saham diperoleh kembali. Surat berharga menurun sebesar 53,23%, piutang usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa menurun 69,15%, piutang lain-lain menurun 29,7% serta penurunan pajak dibayar dimuka sebesar 92,27%. Pada tahun 2006 rasio lancar mengalami penurunan dari 7,00x pada tahun 2005 menjadi 3,99x. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh peningkatan kewajiban lancar sebesar 112,18% meskipun aktiva lancarnya menurun tetapi hanya sebesar 21,04%. Peningkatan hutang usaha kepada pihak ketiga sebesar 170,63%, hutang usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar 299,72% hal ini disebabkan oleh bertambahnya hutang usaha kepada PT Nutricia Indonesia Sejahtera serta adanya hutang usaha kepada Nutricia CUIJK dan Numico Beheer BV yang pada tahun sebelumnya tidak ada. Selain kenaikan pada hutang usaha, peningkatan biaya yang masih harus dibayar sebesar 102

163,85% juga merupakan penyebab utama kewajiban lancar Sari Husada mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meskipun aktiva lancar pada tahun tersebut juga mengalami peningkatan, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan peningkatan kewajiban lancarnya yang hanya meningkat 21,04%. Jika dibandingkan dengan standar rasio lancar, yaitu diatas 1,00x, maka Sari Husada Tbk memiliki tingkat rasio lancar yang aman. Dapat dikatakan Sari Husada cukup likuid meskipun rasionya pernah mengalami penurunan. Dengan melihat kondisi rasio lancar Sari Husada 3 tahun terakhir, maka untuk menghindari adanya penurunan rasio, perusahaan harus memperhatikan jumlah aktiva lancarnya. Jumlah aktiva lancar dijaga agar tidak terjadi penurunan, salah satunya adalah menjaga arus kas masuk dan arus kas keluar pada aktivitas investasi dan pendanaan, pengelolaan piutang ditingkatkan. Pada kewajiban lancarnya, perusahaan tidak menambah jumlah hutang usaha dalam jumlah yang signifikan, mengurangi jumlah hutang dengan mempertimbangkan syarat-syarat pemberian hutang tersebut apakah menguntungkan bagi perusahaan atau tidak. 2. Rasio cepat (Quick Ratio) Tabel 4.4 Perbandingan Quick Ratio Aktiva lancar-persediaan Kewajiban lancar Sari Husada 3,37 5,8 4,83 Rata-rata industri 1,92 3,17 42,8 103

Rasio cepat PT Sari Husada periode 2004-2005 yaitu 4,83%, 5,80%, 3,37%. Terdapat peningkatan dan juga penurunan rasio pada tahun yang sama dengan rasio lancarnya. Sedangkan rasio cepat rata-rata industri mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu 42,80%, 3,17% dan 1,92%. Peningkatan dan penurunan yang terjadi pada rasio cepat ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan maupun penurunan pada aktiva lancar tidak termasuk persediaan dan kewajiban lancar yang telah dijelaskan pada rasio lancar. Pada tahun 2005 jumlah persediaan Sari husada mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 8% (memiliki persentase 13% dari total aktiva) dibandingkan dengan tahun 2004, dan pada tahun 2006 persediaan perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 10,38% (memiliki persentase 12,57% dari total aktiva). Meskipun terdapat peningkatan jumlah persediaan pada tahun 2005, hal ini tidak menyebabkan peningkatan pada aktiva lancar perusahaan, karena terjadi penurunan yang cukup signifikan pada pos kas dan setara kas (menurun 27,46%, memiliki persentase 37,98% dari total aktiva), surat berharga (menurun 53,23%), pajak dibayar dimuka (menurun 92,27%), dan piutang lainnnya (menurun 29,80%) Rasio cepat juga merupakan rasio likuiditas yang mengukur kemampuan aktiva lancarnya, tidak termasuk persediaan, untuk melunasi kewajiban jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Jika dibandingkan dengan standar Quick ratio yaitu sebesar 1,00x maka PT Sari Husada Tbk.memiliki tingkat Quick Ratio yang baik. 104

Current ratio dan quick ratio PT Sari Husada yang baik menunjukkan bahwa kreditor-kreditor tidak perlu mengkhawatirkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Untuk memperbaiki Quick ratio yang mengalami penurunan pada tahun 2006 maka perusahaan harus menjaga jumlah kewajiban lancarnya dengan tidak menambah jumlah hutang usaha atau menurunkan, perusahaan harus melihat apakah pengurangan hutang usaha tersebut akan menguntungkan bagi perusahaan atau tidak. Perusahaan juga harus meningkatkan aktiva lancarnya, salah satunya adalah dengan dengan mengelola arus kas baik pada aktivitas investasi dan pendanaan, dimana pada tahun 2005, arus kas keluar pada aktivitas tersebut lebih besar daripada arus kas masuknya. IV. 2. 2 Analisis rasio leverage 1. Rasio total hutang terhadap total aktiva ( Debt to Assets) Tabel 4.5 Perbandingan Debt To Assets Total hutang Total aktiva Sari Husada 21 13 16 Rata-rata industri 52,7 39,2 99,29 Debt to Assets ratio menilai berapa besar aktiva perusahaan didukung dengan pendanaan hutang. Rasio Sari Husada periode tahun 2004-2006 masing-masing adalah sebesar 16%, 13%, 21%, persentase pada tahun 2005 mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2006 terjadi peningkatan. Hal yang sama terjadi pada rata-rata industri pada tahun yang sama dimana pada tahun 105

2005 terjadi penurunan dibandingkan tahun 2004 yaitu dari 16% menjadi 13%, pada 2006 terjadi kenaikan menjadi 52,70%. Perhitungan Debt to assets ratio adalah dengan membagi total hutang dengan total aktiva. Penurun atau peningkatan rasio ini dapat kita lihat dari jumlah hutang dan aktiva pada tahun bersangkutan. Pada tahun 2005 debt to assets rasio perusahaan mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh penurunan total aktiva sebesar Rp 132.763 juta atau 10,88%, dimana aktiva lancar menurun 12,55% dan aktiva jangka panjang menurun 5,21%. Pada total hutang persentase penurunannya lebih besar dibandingkan penurunan pada total aktiva yaitu 27% atau sebesar Rp 53.690 juta. Penurunan pada aktiva lancar telah dijelaskan pada penjelasan rasio lancar, penurunan aktiva jangka panjang pada tahun 2005 disebabkan oleh penurunan piutang dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar 27% karena pada tahun ini tidak ada piutang kepada PT Nutricia Indonesia Sejahtera yang pada tahun sebelumnya berjumlah Rp 592 juta, dan penurunan jumlah aktiva tetap sebesar 5,96%. Penurunan pada total hutang disebabkan oleh menurunnya jumlah kewajiban lancar yang telah dijelaskan pada rasio lancar, dan penurunan pada jumlah kewajiban jangka panjang disebabkan oleh menurunnya jumlah hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar 42,32% karena berkurangnya hutang kepada Numico Beheer BV dalam hal penggantian biaya dan tidak adanya hutang kepada PT Nutricia Indonesia Sejahtera. Penyebab lainnya adalah penurunan kewajiban pajak tangguhan sebesar 22,45% karena meningkatnya penyisihan bonus dan imbalan kerja. 106