Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

CILIWUNG DEDI RUSPENDI BOGOR 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

PERENCANAAN LANSKAP SEMPADAN SUNGAI CILIWUNG

Gambar 2 Peta lokasi studi

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

Gambar 2. Lokasi Studi

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 11 Lokasi Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

19 Oktober Ema Umilia

PENATAAN RUANG BERDASARKAN FUNGSI KAWASAN DI LERENG GUNUNGAPI SINDORO. Oleh : Hendro Murtianto*)

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN TUGAS AKHIR MITRA SATRIA L2D008046

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 7. Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

METODOLOGI Waktu dan Tempat

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Optimasi Penggunaan Lahan dalam Pengembangan Kawasan Perkotaan Kecamatan Pacet-Kabuaten Mojokerto

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE (Studi Kasus: Banten Waterfront City)

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENGELOLAAN HUTAN DALAM MENGATASI ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN DI WILAYAH KABUPATEN SUBANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

METODOLOGI PENELITIAN

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

ANALISIS FUNGSI KAWASAN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Transkripsi:

19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis sempadan sungai (GSS) berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 dimana garis sempadan 15 meter dihitung dari tepi sungai (Gambar 8). Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

20 Gambar 8. Garis Sempadan Sungai (GSS) berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 Untuk pengamatan penelitian, kawasan Sungai Ciliwung dibagi menjadi 11 segmen berdasarkan grid yang berukuran 1.850 m x 925 m. Ukuran grid dibuat berukuran 1.850 m x 925 m karena Sungai Ciliwung melewati Kebun Raya Bogor (KRB) dan Pulau Geulis, daerah yang memiliki ekosistem tersendiri, ini dilakukan agar KRB dan Pulau Geulis dalam analisis terdapat dalam satu segmen tersendiri sehingga memudahkan dalam menganalisis Sungai Ciliwung. Segmen kawasan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Tabel 4 dan secara spasial pada Gambar 9. Tabel 4. Segmen Kawasan Penelitian Segmen Kelurahan Panjang (m) Luas (Ha) 1 Kedunghalang, Sukaresmi 1240,52 3,80 2 Sukaresmi, Kedungbadak, 1271,36 3,84 Kedunghalang 3 Kedungbadak, Cibuluh 1028,65 3,10 4 Bantarjati, tanah Sareal 1261,63 3,81 5 Bantarjati, Sempur, Tanah Sareal 1173,29 3,53 6 Sempur 1086,96 3,26 7 Paledang 1003,17 3,02 8 Sukasari, Baranangsiang, Babakan 1253,57 3,71 Pasar, Paledang 9 Sukasari, Baranangsiang 1678,02 5,04 10 Katulampa, Tajur, Baranangsiang 1319,72 3,21 11 Sindangrasa, Katulampa, Tajur 2172,32 7,33 Jumlah 14.489,21 43,66 Keterangan : Garis Sempadan Sungai (GSS) + 15 m

21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar 9. Peta Kawasan Penelitian Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi sampai terbentuknya sebuah produk arsitektur lanskap berbentuk rencana lanskap sempadan Sungai Ciliwung Kota Bogor guna peningkatan kualitas lingkungan alami. Rencana lanskap ini juga akan dilengkapi dengan rencana perbaikan dan perlindungan sungai untuk meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor. Metode dan Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dalam menganalisis aspek ekologis dan fisik. Tahapan penelitian meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data, analisis data, sintesis dan perencanaan lanskap. Tahapan perencanaan lanskap dapat dilihat pada Gambar 10.

22 PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA SINTESIS PERENCANAAN LANSKAP 3 minggu 5 minggu 4 minggu 4 minggu 5 minggu Persiapan administrasi dan persiapan teknis Data primer : wawancara dengan beberapa stakeholder, Data sekunder : data legal (peraturan dan kebijakan), data ekologis, data fisik Ruang ekologis Ruang fisik, Rencana ruang (zonasi kawasan perencanaan) - Ruang konservasi - Ruang semi konservasi - Ruang non konservasi Rencana Lanskap (fungsionalisassi dan pemanfaatan kawasan untuk meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor) Gambar 10. Alur dan Tahapan Perencanaan lanskap (Modifikasi dari Nurisjah, 2004) Persiapan Penelitian Pada tahap ini ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu persiapan administrasi dan persiapan teknis. Persiapan administrasi adalah persiapan yang dilakukan sebelum pengumpulan data yaitu pembuatan surat pengantar dari Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan untuk kantor Dinas Kesatuan Bangsa Kota Bogor untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah itu, dari Dinas Kesatuan Bangsa akan merekomendasikan pada dinas-dinas terkait untuk mendapatkan data sekunder yang diinginkan seperti Bappeda Kota Bogor, Dinas Tata Kota, Dinas Bina Marga dan lain-lain. Persiapan teknis berupa penyediaan peta Kota Bogor, mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada saat turun lapang dan pembagian waktu dalam pengambilan data primer dan sekunder. Tujuan dari persiapan teknis adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum penelitian dilakukan guna memudahkan pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang dan wawancara beberapa stakeholder, yaitu staf Bappeda Kota Bogor (1 orang), staf Bina Marga

23 Kota Bogor (2 orang), staf Dinas Tata Kota (1 orang), penjaga pintu air Katulampa (1 orang) dan masyarakat sekitar Sungai Ciliwung (20 orang). Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari instansi-instansi terkait, yaitu Bappeda Kota Bogor, BPSDA, Dinas Tata Kota, Bina Marga, BMKG Baranagsiang, Balittanah, dan studi pustaka yang berkaitan dengan sempadan Sungai Ciliwung. Tabel 5 memperlihatkan kelompok data yang dikumpulkan, termasuk jenis, sumber dan cara pengambilannya. Tabel 5. Kelompok Data, Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data No. Kelompok Data Jenis Sumber Data Cara Pengambilan 1 Umum Peta administrasi Bappeda Instansi terkait (Sekunder) 2 Legal Peraturan dan undang-undang Bina Marga Instansi terkait (Sekunder) 3 Ekologis Peta sinuositas Bappeda Survei, Penghitungan (Primer dan Sekunder) 4 Fisik Peta penutupan lahan Google Earth Instansi terkait (Sekunder) Peta kemiringan lahan, Peta jenis tanah dan Intensitas curah hujan Lapang, Balittanah, BMKG Instansi terkait, Perhitungan (Primer dan Sekunder) Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan perencanaan. Data ekologis (rasio sinuositas) dianalisis untuk menentukan kualitas alami Sungai Ciliwung berdasarkan kepekaannya. Nilai sinuositas diperoleh dengan cara membandingkan antara panjang kelokan sungai yang menghubungkan dua titik yang telah ditentukan pada sungai tersebut dengan panjang garis lurus yang dibentuk oleh dua titik tersebut. Semakin banyak kelokan yang terdapat pada sungai tersebut menandakan nilai sinuositas yang semakin tinggi. Hal ini menandakan bahwa semakin tingginya potensi sungai tersebut untuk dapat berfungsi sebagai kawasan alami yang dapat menjadi habitat bagi biota sungai.

24 Sinuositas = Panjang kelokan sungai yang menghubungkan titik A-B Panjang garis lurus yang menghubungkan titik A-B Gambar 11. Perhitungan Nilai Sinuositas Standar penilaian pada nilai sinuositas Sungai Ciliwung diperoleh dengan melakukan perhitungan terhadap sinuositas tiap segmen sungai tersebut. Kemudian dibuat rentangan dari nilai sinousitas yang terendah hingga tertinggi yang diperoleh dari perhitungan untuk semua segmen dalam penelitian, selanjutnya dibagi dengan banyaknya klasifikasi skoring untuk menghasilkan interval. Data fisik, dianalisis dengan kriteria dan tata cara penetapan kawasan lindung berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 (Tabel 6). Analisis ini untuk mengetahui peluang bahaya erosi dan longsor (bahaya fisik) pada sempadan Sungai Ciliwung.

25 Tabel 6. Kriteria dan Tata Cara Penetapan Kawasan Lindung Faktor Pembentuk Tapak Jenis Tanah Kemiringan Lahan Kelas (1) Tidak peka (aluvial, planososl, hidromorf kelabu, laterit air tanah) (2) Agak peka (latosol) (3) Relatif peka (Brown forest soil, non calcic brown, mediteran) (4) Peka (andosol, laterit, grumososl, podsol, podsolik) (5) Sangat peka (regosol, litosol, organosoll, renzina) Untuk tanah campuran ditentukan sesuai dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang ada pada tanah tersebut Faktor Pembobot (1) Datar (0-8%) 20 (2) Landai (8-15%) (3) Agak curam (15-25%) (4) Curam (25-45%) (5) Sangat curam (> 45%) Intensitas Curah (1) Sangat Rendah (< 13.6 mm/hari) 10 Hujan (rata-rata (2) Rendah (13.6-20.7 mm/hari) curah hujan dalam hari (3) Sedang (20.7-27.7 mm/hari) hujan) (4) Tinggi (27.7-34.8 mm/hari) (5) Sangat tinggi (> 34.8 mm/hari) Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 (24 November 1980) 15 Prosedur dalam menentukan nilai data fisik melalui penjumlahan dari sejumlah faktor setelah masing-masing dikalikan dengan besarnya pengaruh relatif terhadap erosi. Nilai timbangan adalah 20 untuk lereng lapangan, 15 untuk jenis tanah dan 10 untuk intensitas hujan. Formula dalam penetapan kawasan/hutan lindung adalah sebagai berikut : 15 (Jenis tanah) + 20 (Kemiringan Lahan) + 10 (Intensitas curah hujan) Hasil penjumlahan yang sama dengan atau lebih dari 175 menunjukan bahwa kawasan yang bersangkutan perlu dijadikan sebagai kawasan lindung. Selain itu, terdapat beberapa ketentuan lain didalam menentukan suatu kawasan dijadikan kawasan lindung (Tabel 7).

26 Tabel 7. Ketentuan lain dalam menentukan Kawasan Lindung No Ketentuan Lain dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 1 Mempunyai kemiringan lahan lebih besar dari 40 % (KEPPRES No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung) 2 Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah regosol, litosol, organosol dan renzina dengan lereng lapangan lebih dari 15 % 3 Merupakan jalur pengamanan aliran sungai/air, sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri sungai/aliran air tersebut dan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air tersebut 4 Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air tersebut 5 Mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih 6 Guna keperluan/kepentingan khusus, ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai kawasan lindung *) Suatu kawasan perlu dibina dan dipertahankan sebagai kawasan lindung apabila memenuhi salah satu atau beberapa syarat tersebut Sintesis Tahap sintesis merupakan lanjutan dari tahap análisis untuk menentukan zona fungsional yang diperoleh dengan meng-overlay data spasial aspek ekologis dan aspek fisik. Síntesis ini diarahkan untuk kegunaan konservasi bagi Sungai Cliwung beserta sempadannya. Nilai interval untuk zona fungsional adalah selisih dari jumlah skor tertinggi (jumlah skor 6) dengan skor terendah (jumlah skor 2) kemudian dibagi dengan banyaknya zona fungsional. Terdapat 3 zona fungsional pada sempadan Sungai Ciliwung yaitu zona konservasi, semi konservasi dan non konservasi. Zona fungsional tersebut dibandingkan dengan data spasial penutupan lahan eksisting disepanjang Sungai Ciliwung untuk menentukan solusi optimal terhadap penggunaan lahan. Data penutupan lahan didapat berdasarkan perbandingan penutupan lahan antara dominasi lahan bervegetasi dengan lahan terbangun yang terdapat pada sempadan Sungai Ciliwung pada batas areal yang legal. Terdapat tiga jenis data penutupan lahan pada sempadan Sungai Ciliwung yaitu zona tidak terbangun, semi terbangun dan terbangun. Penentuan klasifikasi zona penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

27 Tabel 8. Penentuan Zona berdasarkan luas Penutupan Lahan Klasifikasi Zona Perbandingan Luas Kawasan (%) Lahan Bervegetasi Lahan terbangun Zona Terbangun 0 40 % 61 100 % Zona Semi Terbangun 41 60 % 41 60 % Zona Tidak Terbangun 61 100 % 0 40 % Sumber : Hasil Olahan (2010) Perencanaan Lanskap Tahap perencanaan lanskap merupakan tahap yang menentukan dan merupakan lanjutan dari tahap analisis data dan sintesis. Kelompok data yang telah dianalisis selanjutnya dioverlay dan dibandingkan dengan data penutupan lahan eksisting pada tahap sintesis. Peta hasil dari tahap sintesis selanjutnya diintegrasikan dengan konsep yang diinginkan. Perencanaan lanskap diarahkan untuk peningkatan kualitas lingkungan alami dengan mengkonservasi sempadan yang mempunyai kualitas alami tinggi serta memperbaiki sempadan Sungai Ciliwung agar terhindar dan meminimalkan dampak dari bahaya fisik berupa erosi dan longsor pada sempadannya. Digunakan dua metode untuk memperbaiki kondisi dan kualitas sungai dan sempadannya, yaitu metode vegetatif dan metode bio-engineering. Sedangkan mekanisme dalam mengkonservasi sungai dapat dilakukan dengan melindungi kehidupan biota yang ada pada sungai dengan membuat kondisi sungai yang sesuai untuk kehidupan biota air. Keluaran Hasil dari penelitian ini adalah rencana lanskap sempadan Sungai Ciliwung dalam bentuk rencana tertulis dan grafis. Rencana berbentuk grafis dari keseluruhan tapak disajikan dalam gambar perencanaan lanskap sempadan Sungai Ciliwung. Selain itu disajikan pula gambar rencana detail sub-sub kawasan untuk lebih memperjelas perencanaan lanskapnya.