BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. doktrin-doktrin Islam. Sedangkan menurut situs resmi MUI, Majelis Ulama

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan diri dan keluarganya. Secara sosial ekonomi masyarakat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA. bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA (Studi Deskriptif di Komplek Delima Cikutra dan Gang Sukarapih 3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

Pendi Putro Universitas Sebelas Maret

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

Oleh : Muflihah Istiqomah S BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang cepat untuk menghimpun informasi baru yang dibutuhkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini

kepada perbuatan syirik, dengan niehiruskan tradisi budaya ngalaksa hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan ekonomi dalam masyarakat Indonesia hari ini tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang. Sebagai bukti shahihnya, berbagai kasus kejahatahan sosialtindakan

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan sesuatu yang diinginkan. Menurut T.Hani Handoko pelatihan. (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi. kepada umat manusia sejagad, bahkan bagi seisi alam semesta.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, magis, agama dan ilmu pengetahuan pasti tidak pernah meninggalkan bahasan mengenai sejarah. Asal usul pengetahuan manusia pada awalnya didasarkan pada keyakinan-keyakinan manusia mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Keterbatasan pola pikir manusia pada zaman dahulu memunculkan suatu konsep pengetahuan mengenai magis atau suatu kekuatan yang memunculkan keajaiban atau sesuatu perilaku yang berbau mistik atau tahayul. Perilaku adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan, dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang sedang melakukannya. Dan perilaku sosial adalah seumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor genetika, sikap (attitude), norma sosial, dan kontrol perilaku pribadi. 1 Menurut Ahmad Tafsir mistik merupakan pengetahuan yang tidak rasional atau tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. 2 Sedangkan menurut Pusat Bahasa mistik merupakan hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku mistik adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang berkenaan 1 Albarracin, The Handbook of Attitude, (Inggris: Reutledge, 2005), h.74. 2 Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung : Rosda, 2004), h.153.

dengan hal-hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Misalnya meminta air kepada orang pintar untuk kesembuhan suatu penyakit, membuat sesajen sebagai ucapan syukur, serta hal-hal gaib lainnya. Pada sebagian masyarakat tertentu mistik masih menjadi pelengkap kehidupan. Namun ada juga yang beranggapan mistik hanya menjadi sasaran empuk segala kemelut persoalan masyarakat dengan alasan bernasib kurang mujur dan dicap kurang baik, pada sebagian masyarakat perilaku mistik selalu dicibirkan, hingga eksistentinya terancam pudar. Tapi tetap dipelihara. Pemahaman ini sering kali mendarah daging di masyarakat dan sangat nyata sekalipun mereka beragama Islam dan diajarkan mengenai keesaan Tuhan tetapi pada kenyataannya halhal yang berbau gaib (mistik) misalnya kepercayaan terhadap dukun, membuat sesajen pada saat waktu-waktu tertentu, dan hal gaib lainnya masih dipelihara dengan baik. Maka dari itu hal yang berbau mistik dan magis eksistensinya masih bertahan hingga saat ini, bahkan masyarakat modern sekalipun masih mempercayainya. Desa Solokanjeruk adalah salah satu desa yang sebagian masyarakatnya masih percaya akan kekuatan mistik. Dari data yang saya ambil dari monografi desa pada tahun 2015, di desa Solokanjeruk ini jumlah penduduknya sekitar 14.978 jiwa yang terdiri dari 7.710 orang perempuan dan 7.268 orang laki-laki dan hampir 99% penduduknya beragama Islam. Yang menjadi permasalahan di desa Solokanjeruk ini yaitu, mereka beragama Islam dan meyakini adanya Tuhan tetapi kebanyakan dari mereka masih percaya dengan kekuatan gaib dan mereka senantiasa berperilaku mistik, seperti meminta pertolongan kepada dukun orang pintar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Karena kita mempunyai Tuhan dengan segala firmannya yang telah tertulis dalam kitab suci Al-Qur an, maka disinilah perlunya ajaran atau doktrin agama mengenai perilaku mistik yang seharusnya dihilangkan melalui pembelajaran dari lembaga agama yang kegiatan di dalamnya adalah pengajian. Sebagai salah satu syarat

agar mampu menyaring segala akses negatif dari berbagai aspek yang semakin kompleks adalah membentengi diri dengan nilai-nilai agama dan moral, yakni meningkatkan aspek keimanan dan ketakwaannya, di samping memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan. Menurut Paul. B Horton, lembaga agama merupakan sistem keyakinan dan praktek keagamaan yang penting dari masyarakat yang telah dibakukan dan dirumuskan serta dianut secara luas dan dipandang sebagai perlu dan benar. 3 Oleh karena itu, lembaga agama merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan pengajian adalah salah satu kegiatan yang ada di dalamnya. 4 Pengajian merupakan pendidikan non formal yang khusus dalam bidang agama. 5 Sedangkan menurut Hiroko Horikashi pengajian adalah perkumpulan informal yang bertujuan mengajarkan dasar-dasar agama pada masyarakat umum. 6 Di dalam pengajian terdapat manfaat yang sangat besar, yaitu untuk menambah ilmu agama, meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt., merubah atau memperbaiki diri dari sifat keji dan mungkar, serta masih banyak lagi. Seperti pengajian yang ada pada lembaga agama majelis Taklim al-mansyuriah yang ada di Kp. Tawang, Desa Solokanjeruk, Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil observasi di lapangan (Desa/Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung), pengajian ini didirikan pada tahun 2000 dan masih berlangsung hingga sekarang dan Pengajian ini dilakukan setiap minggu pada hari Minggu malam atau tepatnya pada malam Senin, waktunya dari jam 19.00 21.00 WIB. 3 Horton, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1984), h.304. 4 Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan, 1997), h.75. 5 Zein, Metode Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan Non Formal, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1975), h.17. 6 Horikashi, Kyai Dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1987), h.116.

Dengan adanya kegiatan pengajian ini, masyarakat yang berperilaku mistis mulai berkurang dan tidak sebanyak dahulu. Hal ini disebabkan karena mereka mulai menyadari bahwa perilakunya itu adalah menyimpang dan bisa dikatakan syirik. Dengan diadakannya pengajian pada lembaga agama Mejelis Taklim Al-Mansyuriah ini membuktikan bahwa lembaga agama yang didalamnya terdiri dari para ulama dan tokoh masyarakat (sesepuh desa sekaligus pihak yang berada dalam lembaga agama majelis Taklim Al-Mansyuriah) disini sangat perduli terhadap kondisi krisis yang terjadi pada masyarakatnya, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga agama ini berperan dalam menanggulangi krisis keyakinan yang terjadi pada masyarakat Desa Solokanjeruk dengan cara memberikan pendidikan dan mensosialisasikan ajaran-ajaran agama Islam melalui pengajian. Lembaga agama yang didalamnya terdiri dari tokoh agama dan tokoh masyarakat disini bisa dikatakan sebagai subsistem yang penting dalam masyarakat yang sudah seharusnya berperan untuk memberikan pengajaran keagamaan kepada masyarakat. Jika melihat dari sisi pemerintahannya maka menurut penulis disini tidak ada campur tangan dari perintah setempat dan yang lebih berperan disini melainkan adalah pihak-pihak yang ada dalam lembaga agama Majelis Taklim Al-Mansyuriah seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil observasi di lapangan (Desa/Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung), penulis ingin melakukan penelitian lebih jauh tentang peran lembaga agama dalam menghilangkan perilaku mistik di Desa tersebut, yang penulis tuangkan dalam judul: Peran Lembaga Agama Majelis Taklim Al-Mansyuriah Dalam Menghilangkan Perilaku Mistik Pada Masyarakat (Penelitian di Kampung Tawang, Desa Solokanjeruk Kecamatan, Solokanjeruk Kabupaten Bandung).

1.2. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai peran lembaga agama dalam menghilangkan perilaku mistik pada masyarakat Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, yang dimana masyarakatnya masih mempercayai atau ketergantungan kepada kekuatan orang pintar untuk menyelesaikan setiap masalah mereka. Ada beberapa hal yang harus dicermati dari hasil penemuan penulis sebagai berikut: a. Adanya peran lembaga agama dalam menghilangkan perilaku mistik pada masyarakat Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. b. Hilangnya rasa ketergantungan masyarakat Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung akan hal-hal yang berbau mistik. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya dapat disusun sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku mistik masyarakat Kampung Tawang, Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana peran Lembaga Agama dalam menghilangkan perilaku mistik masyarakat Kampung Tawang, Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung?

1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perilaku mistik masyarakat Kampung Tawang Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui peran Lembaga Agama dalam menghilangkan perilaku mistik masyarakat Kampung Tawang Desa Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. 1.5. Kegunaan Penelitian a. Bagi Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1) Pengembangan keilmuan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan keagamaan yang bersifat non-formal. 2) Menambah bahan kepustakaan pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. b. Bagi Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi aspek praktis, terutama bagi: 1) Penyelenggara pengajian agar lebih mengoptimalkan pelaksanaannya, baik materi tausiah yang menarik, berkualitas dan mengikuti zaman, ustadz yang variatif, serta mampu mengoptimalkan media pembelajaran yang sederhana tetapi bernilai guna. 2) Bagi masyarakat, agar lebih termotivasi mengikuti pengajian karena manfaat yang begitu besar untuk dunia dan akhirat. 1.6. Kerangka Pemikiran Perilaku adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan, dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang sedang melakukannya.

Sedangkan perilaku keagamaan merupakan perilaku yang dekat dengan hal-hal spiritual. Sedangkan menurut Pusat Bahasa mistik merupakan hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku mistik adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang berkenaan dengan hal-hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia biasa. Misalnya meminta air kepada orang pintar untuk kesembuhan suatu penyakit, membuat sesajen sebagai ucapan syukur, serta hal-hal gaib lainnya. Dalam hal ini perilaku mistik merupakan permasalahan yang ada pada masyarakat karena tidak sepenuhnya percaya akan kekuatan Tuhan dan disinilah peran Lembaga Agama diperlukan untuk mendoktrin masyarakat akan larangan berperilaku mistik dan hanya percaya akan kekuatan Tuhan saja. Salah satunya dengan cara mengikuti pengajian secara rutin. Dengan begitu, penelitian ini berjudul Peran Lembaga Agama dalam Menghilangkan Perilaku Mistik Masyarakat di Kampung Tawang, kabupaten Bandung. Pengajian adalah salah satu cara kita agar mampu menyaring segala akses negatif dari berbagai aspek yang semakin kompleks adalah membentengi diri dengan nilai-nilai agama dan moral, yakni meningkatkan aspek keimanan dan ketakwaannya (berperilaku keagamaan dengan baik), di samping memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan. Dalam upaya menghilangkan perilaku mistik masyarakat, sudah pasti akan menemukan kendala yang dapat menghambat. Faktor-faktor penghambat itu bisa diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah dari Lembaga Agama itu sendiri, dan faktor eksternal terkait tanggapan dan tingkat antusias masyarakat. Untuk mengkaji tentang Peran Lembaga Agama dalam Menghilangkan Perilaku Mistik Masyarakat, digunakan teori yang sangat popular dalam teori sosiologi, yaitu teori structural fungsional. Teori ini dikembangkan oleh Talcott Parsons (1902-1979), sebagai tokoh sosiologi modern amerika yang pernah menjabat sebagai Presiden Persatuan Sosiologi Amerika.

Secara sederhana teori struktural fungsional menjelaskan bagaimana tiap-tiap struktur dalam sebuah lembaga menjalankan fungsinya. Sehingga lembaga itu dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Walaupun sebenarnya struktur dan fungsi tidak selalu berhubungan, meski keduanya biasanya dihubungkan. 7 Namun dalam logikanya, tidak mungkin sesuatu diciptakan jika tidak memberikan fungsi. Dengan begitu struktur fungsional merupakan pemanfaatan dari struktur yang ada dalam sebuah lembaga. Talcott Parsons dalam George Ritzer menyebutkan bahwa ada empat fungsi penting untuk sistem tindakan. Empat fungsi itu kemudian terkenal dengan skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency). Skema AGIL bertujuan untuk menciptakan kondisi keberlangsungan suatu sistem dalam struktur. Bila melihat pada skema AGIL nya Talcott Parsons, maka Lembaga Agama dapat juga memakai konsep dalam sistem AGIL itu. Adaptation (penyesuaian) merupakan konsep yang menjelaskan bagaimana sistem yang ada dalam Lembaga Agama bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. Lebih dari itu Lembaga Agama ini diharapkan bisa menanggulangi kondisi krisis yang terjadi di Desa Solokanjeruk. Sejauh ini peran Lembaga Agama sejalan dengan visi Desa Solokanjeruk yaitu menciptakan Desa Solokanjeruk yang beriman dan bertakwa. Dengan demikian Lembaga Agama ini bisa dikatakan memenuhi konsep adaptasi dalam gagasan Parsons. Goal Attainment (pencapain tujuan) adalah konsep yang membicarakan tujuan. Pengajian di Lembaga Agama Majelis Taklim Al-Mansyuriah harus mampu mencapai tujuan itu dengan misi-misi yang dijalankan dan diterapkan dalam masyarakat. Bukan hanya itu, pengajian Majelis Taklim Al-Mansyuriah juga harus bisa mendefinisikan tujuan utamanya. Adapun tujuannya dari pengajian Majelis Taklim Al-Mansyuriah untuk kesejahteraan agama, 7 Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 118.

mendidik masyarakat agar memiliki akhlak yang baik, serta membentengi diri dari hal-hal yang bersifat negatif. Integration (integrasi atau penyatuan) sebuah konsep yang berupaya menyatukan berbagai macam komponen yang ada dalam suatu sistem. Sistem integrasi juga mengelola antar hubungan dalam penyesuaian (A), penyampain tujuan dan pemeliharaan pola. Diharapkan pengajian pada Lembaga Agama Majelis Taklim Al-Mansyuriah mampu menjadi media yang bisa menyatukan masyarakat Desa Solokanjeruk dalam satu wadah. Latency (pemeliharaan pola) adalah usaha yang dilakukan untuk melengkapi, memelihara, dan memperbaiki motivasi pola kultural. Pengajian pada Lembaga Agama Majelis Taklim Al-Mansyuriah diharuskan untuk bisa menjalankan konsep latensi agar keberagamaan masyarakat bisa tetap terjaga meskipun dalam situasi pergeseran nilai yang terjadi. Jika pengajian pada Lembaga Agama Majelis Taklim Al-Mansyuriah telah memenuhi skema AGIL ini, hampir dapat dipastikan pengajian Majelis Taklim Al-Mansyuriah akan terasa nyata adanya dan dapat dirasakan manfaatnya. Dan diharapkan dengan adanya penelitian ini, pengajian Majelis Taklim Al-Mansyuriah dapat menjadi tempat untuk menegakan ajaran Islam dan menciptakan masyarakat yang beriman dan bertakwa.