Keyakinan Diri Orang Tua Dalam Mendidik Anak ( Studi Deskriptif Di PAUD Telapak Kaki Ibu, Purwokerto Selatan)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

SENSE OF HUMOR SEBAGAI LANGKAH MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI GURU PPL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

UPAYA MENINGKATKAN PERCAYA DIRI ANAK MELALUI KEGIATAN MENARI PADA ANAK KELOMPOK B TK GABUS 1 NGRAMPAL, SRAGEN TAHUN AJARAN

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kesuksesan didalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Prestasi Akademik (Y) dengan Self-Efficacy (X1) dan Optimisme (X2).

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Sri Mulwati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA. Disusun oleh : KUMALA SARI

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

Pengaruh Konsep Diri Dan Efikasi Diri Terhadap Motivasi Berprestasi (Survei Pada Mahasiswa Pe Fkip Universitas Kuningan)

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Salah satunya adalah kepercayaan diri (Self Confidence). Kepercayaan diri

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. teknik korelasional seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Melatih Kemandirian dan Percaya Diri Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Metode KUMON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

C.10 MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELOMPOK BELAJAR DAN SELF EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan komparasi, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

DIMENSI DALAM EFIKASI DIRI MAHASISWA PENGARUHNYA PADA KESIAPAN MENJADI PENDIDIK YANG BERKARAKTER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

Transkripsi:

Keyakinan Diri Orang Tua Dalam Mendidik Anak ( Studi Deskriptif Di PAUD Telapak Kaki Ibu, Purwokerto Selatan) Suwarti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keyakinan diri orang tua dalam mendidik anak, dan tingkat keyakinan diri dikaitkan dengan tingkat pendidikan orang tua. Pengumpulan data dengan menggunakan skala keyakinan diri yang mencakup 3 dimensi yaitu magnitude atau tingkat kesulitan tugas ; generality atau luas bidang perilaku ; dan strenght atau kemantapan keyakinan. Dari 58 aitem diperoleh aitem valid sebanyak 28 aitem dengan indeks validitas bergerak dari 0.251 sampai 0.506, dengan hasil uji reliabilitas diperoleh korelasi alpha Cronbach sebesar 0,545. Mayoritas orang tua siswa PAUD Telapak Kaki Ibu memiliki keyakinan diri pada level sedang, dimana tingkat keyakinan dirinya sebesar 50%. Sedangkan 20% memiliki tingkat keyakinan diri tinggi dan sebesar 30% memiliki tingkat keyakinan diri rendah. Keyakinan diri dapat didapatkan baik dari faktor internal (yang meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik atau penampilan dan pengalaman hidup) sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, serta lingkungan sekitar yang memberi pengalaman hidup dan mengajarinya. Berdasarkan analisis statistik skala Keyakinan Diri diperoleh nilai mean (M) sebesar 122.37 dengan standart deviasi (SD) sebesar 8.58822. kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan 3 kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam kategorisasi tersebut terdapat 12 subjek (20%) masuk kategori memiliki keyakinan diri tinggi ; 27 subjek (45%) masuk kategori memiliki keyakinan diri sedang ;dan 21 subjek (35%) masuk kategori memiliki keyakinan diri rendah. Kata kunci : studi deskriptif, keyakinan diri, mendidik anak PENDAHULUAN Maraknya berbagai kasus tawuran, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar yang tidak hanya tingkat SMU bahkan sudah menyentuh ke tingkat SD. Yang lebih tragis lagi adalah kasus bunuh diri pada anak yang disebabkan tidak bibelikan mainan, tidak memiliki sesuatu yang dimiliki teman-temannya atau malu dengan temannya membuat orang tua cemas dan berfikir ulang tentang pengasuhan yang telah mereka lakukan sehingga putra putrinya begitu rentan terkena stress. Berita yang diperoleh baik dari media cetak maupun elektronik yang memberitakan banyaknya siswa tawuran, agresivitas anak maupun peristiwa pencabulan dan perdagangan anak membuat orang tua semakin merasa prihatin. Peran orang tua dalam mendidik, dan melindungi anak semakin dituntut eksistensinya. Sebagia orang tua tentu sangat menginginkan anak yang pintar, sehat, mengikuti aturan dan memiliki kemandirian diri. Untuk memperoleh kualitas tersebut maka perlu adanya kemampuan orang tua yang baik dalam rangka mendidik anaknya. Keyakinan diri untuk menjadi orang tua yang sempurna menjadi tuntutan dan harapan setiap orang. Namun untuk memperolehnya bukan suatu hal yang mudah. Perlu usaha untuk memperoleh informasi tersebut dan juga melatih diri untuk terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Karena era sekarang sangat jauh berbeda dengan era orang tua zaman dahulu sehingga pola mendidik anak juga perlu dilakukan penyesuaian. Berawal dari latar belakang bahwa sebagian orang tidak menyadari bahwa keyakinan diri yang dimiliki akan membawa pengaruh besar dalam kesuksesan hidupnya. Rasa tidak percaya diri dapat menimbulkan hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sikap seseorang yang menunjukan dirinya tidak memiliki keyakinan diri antara lain didalam berbuat sesuatu yang penting dan penuh tantangan selalu dihadapi dengan keragu-raguan, mudah cemas, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil didepan orang banyak, dan gejala kejiwaan lain yang menghambat seseorang untuk melakukan sesuatu. Rendahnya keyakinan diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri, dan masalah penyesuaian diri lainnya. Menurut Hakim (2002) keyakinan diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses: 422

1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan - kelebihan tertentu. 2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki tersebut. 3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri. d) Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya. Lauster (dalam Fasikhah, 1994), menyatakan bahwa keyakinan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. Lebih lanjut Rakhmat (2000) menjelaskan keyakinan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya. Menurut Lauster (dalam Fasikhah, 1994), terdapat beberapa karakteristik untuk menilai keyakinan diri seseorang, diantaranya: percaya kepada kemampuan sendiri ; bertindak mandiri dalam mengambil keputusan ; memiliki konsep diri yang positif ; dan berani mengungkapkan pendapat. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat keyakinan diri orang tua dalam mendidik anak di PAUD Telapak Kaki Ibu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan disain penelitian yang sifatnya penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggali tanggapan responden terhadap variabel-variabel yang diteliti (Istijanto, 2005). Populasi dalam penelitian adalah para orang tua pada PAUD Telapak Kaki Ibu, Berkoh Purwokerto Selatan yang berjumlah 72 subjek. Instrumen pengumpulan data menggunakan skla keyakinan diri. Berdasarkan pendapat Bandura (1997) ada 3 dimensi keyakinan diri (self-efficacy) antara lain : 1. Magnitude atau tingkat kesulitan tugas (level of difficulty). Individu akan mencoba perilaku yang dirasakan mampu untuk dilakukan. Sebaliknya ia akan menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya. 2. Generality atau luas bidang perilaku. Hal ini berkaitan dengan seberapa luas bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil dicapai oleh individu. 3. Strenght atau kemantapan keyakinan. Hal ini berkaitan dengan keteguhan hati terhadap keyakinan bahwa ia akan berhasil dalam menghadapi suatu permasalahan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dari 58 aitem skala Keyakinan Diri maka diperoleh 28 aitem valid dan 30 aitem dinyatakan gugur karena indeks validitas di bawah 0.25. Menurut pendapat Azwar (2004) sebuah aitem dikatakan memiliki nilai validitas baik apabila nilainya di atas 0.30 yang dapat diinterpretasikan memiliki daya deskriminasi rendah. Namun apabila jumlah aitem yang dinyatakan baik tersebut kurang mencukupi maka batas kriteria dari 0.30 dapat diturunkan sampai minimal 0.25. Maka berdasarkan perhitungan validitas yang lebih dari 0.25 terdapat 28 aitem yang tersebar di ketiga dimensi. Indeks 423

validitas bergerak dari 0.251 sampai 0.506, dengan hasil uji reliabilitas diperoleh korelasi alpha Cronbach sebesar 0,545. Responden penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut : Tabel. Karaktersitik Responden No Tingkat pendidikan Jumlah Jumlah anak Jumlah 1 SD 7 1 26 2 SMP dan sederajad 16 2 22 3 SMA dan sederajad 28 3 10 4 D3 maupun S 1 9 4 2 Jumlah 60 60 Berdasarkan analisis statistik skala Keyakinan Diri diperoleh nilai mean (M) sebesar 122.37 dengan standart deviasi (SD) sebesar 8.58822. kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan 3 kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam kategorisasi tersebut terdapat 12 subjek (20%) masuk kategori memiliki keyakinan diri tinggi ; 27 subjek (45%) masuk kategori memiliki keyakinan diri sedang ;dan 21 subjek (35%) masuk kategori memiliki keyakinan diri rendah. Keyakinan diri (Self-efficacy) merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif dan tindakan-tindakan yang diperlukan atas situasi-situasi yang dihadapi (Bandura dalam Nease, Mudgett dan Quinones, 1999). Meyers (dalam Herwanto, 2004) mendefinisikan self-efficacy sebagai perasaan seseorang terhadap kompetensi dirinya untuk berhasil. Sedangkan Baron & Byrne (dalam Herwanto, 2004) menggambarkan self-efficacy sebagai evaluasi diri seseorang terhadap kemampuan atau kompetensi untuk menampilkan tugas, mencapai tujuan dan mengatasi rintangan. Self-efficacy merupakan faktor yang ikut mempengaruhi kinerja seseorang dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Robbins, 2001). Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka semakin besar pula kepercayaan dari orang tersebut terhadap kesanggupannya untuk berhasil dalam mencapai tujuan. Seseorang yang yakin dapat mengatasi ancaman-ancaman tidak akan mengalami gangguan pola berpikir dan berani menghadapi tekanan dan ancaman. Sebaliknya, mereka yang tidak yakin dapat mengatasi ancaman akan mengalami kecemasan yang tinggi (Bandura, 1994). Gist (1987) dan Bandura (1991) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki self efficacy, mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga cenderung memiliki sikap persistence (pantang menyerah), serta bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan dengan mengerahkan kemampuan secara maksimal. Self efficacy tidak muncul begitu saja, perlu dilakukan usaha agar seseorang memiliki self efficacy yang tinggi. Menurut Hakim (2002) cara-cara untuk dapat meningkatkan keyakinan diri adalah sebagai berikut : 1. Membangkitkan kemauan yang keras. Kemauan merupakan dasar untuk membangun kepribadian yang kuat termasuk rasa percaya diri. 2. Biasakan untuk memberanikan diri. Kebiasaan memberanikan diri dan berusaha rileks, ketegangan akan berkurang dan hilang dalam situasi tertentu seperti tampil didepan kelas atau berbicara didepan masyarakat dalam acara tertentu. 3. Berpikir positif dan menyingkirkan pikiran negatif. Untuk membangun rasa percaya diri yang kuat yaitu dengan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran-pikiran positif yang logis dan meyakinkan. 4. Biasakan untuk selalu berinisiatif. Membiasakan untuk melakukan sesuatu yang positif dan penuh tantangan dengan inisiatif sendiri tanpa menunggu perintah dari orang lain. 5. Selalu bersikap mandiri. Dalam melakukan segala sesuatu terutama dalam hal kebutuhan hidup tidak terlalu tergantung pada orang lain, harus memulainya dengan kesadaran dan kemauan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. 6. Mau belajar dari kegagalan. Siap mental dalam menghadapi kegagalan dan mau belajar dari kegagalan tersebut sehingga mampu melakukan hal-hal yang lebih baik untuk mencapai suatu keberhasilan. 7. Tidak mudah menyerah. Rasa percaya diri akan terpelihara dan dapat ditingkatkan yaitu dengan sikap mental yang tidak mudah menyerah didalam mencapai keinginan dan cita-cita. Menguatkan kemauan untuk 424

melangkah, bersikap sabar dalam menghadapi segala rintangan dan berpikir praktis untuk menemukan cara menghadapinya. 8. Membangun pendirian yang kuat. Dengan mempunyai tekat dan pendirian yang kuat dan menghilangkan keraguan untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita. 9. Bersikap kritis dan objektif. Mempunyai sikap kritis dan objektif terhadap diri sendiri dan lingkungan. Mengenal kelemahan secara objektif sehingga menemukan tindakan yang tepat untuk mengatasi kelemahannya dan mengenal kelebihan pribadi sehingga dapat mengembangkan dan memanfaatkan kelebihannya untuk mencapai keberhasilan. 10. Pandai membaca situasi. Dengan membaca situasi akan memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan diterima dimana indivdu berada. 11. Pandai menempatkan diri. Menempatkan diri pada posisi yang tepat sebagai orang yang bermanfaat di lingkungan dimana individu berada. 12. Pandai melakukan penyesuaian diri dan pendekatan pada orang lain. Untuk dapat bekerja sama dengan orang lain dan mempunyai relasi dibutuhkan kepandaian didalam melakukan penyesuaian dan pendekatan kepada orang lain. Keyakinan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal: 1. Faktor internal, meliputi : a) Konsep diri. Terbentuknya keyakinan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai keyakinan diri akan memiliki konsep diri positif ; b) Harga diri. Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain ; c) Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada keyakinan diri seseorang. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara ; d) Pengalaman hidup. Lauster (1997) mengatakan bahwa keyakinan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian. 2. Faktor eksternal meliputi : a) Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan ; b) Pekerjaan. Rogers (dalam Kusuma,2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri ; c) Lingkungan dan Pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995). KESIMPULAN Mayoritas orang tua siswa PAUD Telapak Kaki Ibu memiliki keyakinan diri pada level sedang, Berdasarkan analisis statistik skala Keyakinan Diri diperoleh nilai mean (M) sebesar 122.37 dengan standart deviasi (SD) sebesar 8.58822. kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan 3 kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam kategorisasi tersebut terdapat 12 subjek (20%) masuk kategori memiliki keyakinan diri tinggi ; 27 subjek (45%) masuk kategori memiliki keyakinan diri sedang ;dan 21 subjek (35%) masuk kategori 425

memiliki keyakinan diri rendah. Hal yang dapat dlakukan setelah penelitian ini adalah memberi masukan kepada pihak pengelola PAUD untuk mengadakan pelatihan-pelatihan yang dapat memperkaya penglaman hidup orang tua siswa PAUD sehingga akan meningkatkan keyakinan dirinya. Selain itu dapat pula melalui media-media buku maupun elektronik yang disediakan ppihak pengelola PAUD sebagai media informasi bagi orang tua yang menunggu anaknya. DAFTAR PUSTAKA Anthony, R. (1992). Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (Terjemahan). Rita Wiryadi. Jakarta: Binarupa Aksara. Bandura, A. (1991). Organizational Behavior and Human Decision Process. Journal of Academic, vol 50, hal. 248-287. (1994). A Self Efficacy toward a Unifying Theory of Behavioural Change (Psychological review).. 1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman. Centi, P. J. (1995). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius Drajat, Z. (1995). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara. Fasikhah, S.S. (1994). Peranan Kompetensi Sosial pada Tingkah Laku Koping Remaja Akhir. Tesis. Yogyakarta. Program P.S UGM Yogyakarta. Gist, M. E. (1987). Self-Efficay: Implications for Organizational Behavior and Human Resource Management. Academy of Management, 472-485. Hakim. T, (2002), Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara. Herwanto, J. (2004). Hubungan Kecerdasan Emosional dan Efikasi Diri Dengan Stress Kerja Pada Karyawan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Tesis PS-Psikologi, Program Pasca Sarjana- Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (Unpublished). Istijanto. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Kusuma, D., (2005). Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo. Lauster, P. (1997). Test Kepribadian (Terjemahan). Cecilia, G. Sumekto. Yogyakarta. Kanisius Nease, Anjanette A., Mudgett Brad O, and Quinones Miguel A. (1999). Relationship Among Feedback Sign, Self-Efficacy and Acceptance of Performance Feedback. Journal of Applied Psychology, 84 (5) : 806-814. Rakhmat, J,. (2000). Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Robbins, S.P. (2001), Perilaku Organisasi, (cetakan ke 2), Jakarta: PT. Indeks 426