REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN SKRIPSI

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MEDIA JEJARING SOSIAL (FACEBOOK) GRUP COMDEV AND OUTREACHING UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHUN 2012

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Diajukan Oleh: SEPTIN ARIYANI A

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI FACEBOOK: RESPON MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ISU KENAIKAN HARGA BBM NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan perguruan tinggi pasti terdapat tenaga kependidikan. Dalam tenaga

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

STRATEGI MENOLAK ANAK USIA SD DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA DI RUMAH NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN AL FALAH DESA SREBEGAN KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

REALISASI TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA TENAGA KEPENDIDIKAN FKIP TAHUN 2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SISWA DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

KESANTUNAN BAHASA IKLAN POLITIK PADA SLOGAN CALEG DALAM SPANDUK PILKADA 2011 DI SRAGEN

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU)

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

Transkripsi:

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah TITAH MASLAHAH NIM. A 310 090 152 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 0

1

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN Titah Maslahah, A310090152, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa antara santri dengan ustad dalam kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten dan Merumuskan skala kesantunan dalam berbahasa antara santri dengan ustad dalam kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap. Teknik analisis data yang digunakan adalah padan pragmatik. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian terdapat 4 bentuk kesantunan. (1) Kesantunan dalam memohon. Kesantunan dalam memohon dibagi menjadi, (a) kesantunan memohon, dan (b) kesantunan meminta. (2) Kesantunan dalam mengajak. Kesantunan dalam mengajak dibagi menjadi, (a) kesantunan mengajak, dan (b) kesantunan membujuk, (c) kesantunan mendesak. (3) kesantunan dalam menyilakan. (4) kesantunan dalam menolak. Data pada penelitian ini terdapat 26 tuturan, setelah diklasifikasikan (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 15 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,70%, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan ditemukan 7 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 26,92%, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan ditemukan 4 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 15,38%. Peringkat terbanyak pada penelitian ini diduduki oleh Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 15 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,70%, maka dapat dikatakan bahwa santri banyak bertutur kepada ustad pada saat mempunyai permintaan. Kata kunci: kesantunan berbahasa, tuturan, santri A. PENDAHULUAN Manusia diciptakan di muka bumi ini adalah sebagai khalifah. Makhluk Allah yang paling baik dan mulia dari pada makhluk lainnya. Kebaikan dan kemuliaan itu meliputi kebaikan dala m bentuk jasmani, rohani 1

dan kebaikan dalam bertutur kata dengan sesama. Silaturahmi sangatlah penting untuk menjaga atau mempererat tali persaudaraan, hal ini dibutuhkan suatu komunikasi yang baik khus usnya dalam bertutur kata. Wajib bagi kita semua menjaga kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi dengan sesama. Zaman modern ini tingkat kesantunan berbahasa pada anak sangat kurang, dengan adanya kasus ter sebut sangat menarik untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai cara berkomunikasi para santri dengan ustad di Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Pengamatan bahasa yang mereka gunakan cenderung campur antara Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia, bahkan lebih sering menggunakan Bahasa Jawa. Menurut Brown dan Levinso dalam Markhamah.dkk, (2009:153), kesantuanan berbahasa ini dimaknai sebagai usaha penutur untuk menjaga harga diri atau wajah pembicara maupun pendengar. Kesantuna n berbahasa digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain, agar penutur tidak merasa tertekan, tersinggung dan tersudut. Penelitian ini juga akan mengukur tingkat kesantunan berbahasa, dengan menggunakan Skala kesantunan yang diungkapkan oleh Leech dalam Rahardi (2010:66), itu selengkapnya. 1) Skala kerugian dan keuntungan: Mewakili biaya atau manfaat dari tindakan untuk pembicara dan pendengar. 2) Skala pilihan: Menunjukkan tingkat pilihan diizinkan untuk speaker dan / atau pendengar ole h tindakan linguistik tertentu. 3) Skala ketidaklangsungan : Menunjukkan jumlah Inferenci diperlukan dari pendengar dalam rangka membangun makna speaker dimaksud. 4) Skala keotoritasan: Mewakili status hubungan antara pembicara dan pendengar. 5) Skala jarak Sosial: Menunjukkan tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil judul berikut ini Realisasi Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Tujuan dari 2

penelitian ini untuk mengetahui bahasa yang digunakan di lingkungan, Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor dalam Margono (2010:36) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Subjek penelitian ini adalah santri di Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Objek yang dikaji adalah kesantunan berbahasa yang dituturan santri. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ungkapan yang mengandung penanda kesantunan berbahasa. Sumber data dalam penelitian ini yaitu santri yang bertuturan dengan ustadnya di Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa atau tuturan yang digunakan oleh informan. Penelitian ini peneliti tidak berperan untuk pembentukan atau pemunculan data. Peneliti hanya menyimak dialog yang terjadi (Mahsun, 2011:91). Penelitian ini menggunakan trianggulasi teoretis karena dalam menganalisis data yang berupa tuturan antara santri dengan ustad yang sedang berkomunikasi menggunakan Prinsip kesantunan yang sesuai dengan masalah yang dikaji (Maryadi, dkk, 2011: 14). C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Realisasi Bentuk Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. 3

a. Kesantunan dalam Memohon 1) Kesantunan memohon (1) Lomba sholat, oleh ya mas? Mohon mas. Lomba sholat boleh ya mas? Mohon mas. Konteks : Dituturkan oleh santri yang berumur 11 tahun yang sedang berada di depan masjid dengan ustad yang sedang melatih santrinya untuk lomba. Santri tersebut ingin mengikuti perlombaan itu dan memohon kepada ustad yang mengampu. Tuturan (1) terdapat ungkapan mohon sebagai penanda kesantunan pada saat bertutur dengan mitra tutur. Terdapatnya ungkapan mohon tersebut dapat dikatan bahwa tuturan itu mengandung kesantunan permohonan, dengan itu tuturan tersebut dinyatakan menjadi lebih santun daripada tidak menggunakan penanda kesantunan. 2) Kesantunan meminta (2) Mbak aku jaluk wulang kowe ya. Mbak aku minta diajar kamu ya. Konteks : Dituturkan oleh santri umur 9 tahun yang Sedang berada di kelas, meminta kepada ustad yang sedang duduk santai untuk mengajarkan iqro kepadanya. Tuturan (2) tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan jaluk (minta) sebagai pena nda kesantunan meminta. Terdapatnya penanda kesantunan meminta tersebut dapat dikatakan bahwa tuturan itu menjadi lebih santun daripada tidak terdapat penanda kesantunan. Kesantunan dalam memohon terdapat dua penanda kesantunan yaitu penanda kesantunan memohon dan penanda kesantunan meminta. Kedua penanda kesantunan tersebut 4

mempunyai makna yang hampir sama, karena sama-sama menginginkan mendapat sesuatu dari mitra tutur. Penanda kesantunan memohon lebih santun dikarenakan permintaan yang dituturkan oleh penutur lebih menghormati mitra tutur atau bisa dikatakan meminta dengan hormat. Sedangkan penanda kesantunan meminta hanya mengharapkan mendapat sesuatu saja. b. Kesantunan dalam Mengajak 1) Kesantunan Mengajak Penanda kesantunan mengajak biasanya ditandai dengan tuturan mari atau ayo, kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna mengajak. Seperti pada tuturantuturan sebagai berikut. (3) Sampun mbak, ayo mbak nang masj id. Sudah mbak, ayo mbak ke masjid. Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 11 tahun, pada saat di kelas mengajak ustad untuk pergi latihan ke masjid, karena sudah selesai membaca. Tuturan (3) tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan ayo sebagai penanda kesantunan mengajak. Terdapatnya penanda kesantunan tersebut dapat menjadikan lebih santun sebuah tuturan, daripada tidak terdapat penanda kesantunan akan menjadikan sebuah tuturan menjadi kurang santun. 2) Kesantunan Membujuk Makna membujuk di dalam bahasa Indonesia, biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo. Selain itu biasanya juga diikutin perkataan rayuan agar mitra tutur bisa luluh. (4) Iya mbak, karo jileh RPAI oleh ra mbak? Oleh ya, dingo golekki jawaban, ya mbak? Iya mbak, sama pinjam RPAI boleh tidak mbak? Boleh 5

ya, buat mencari jawabannya, ya mbak? Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 12 tahun yang sedang berada di kantor untuk mengambil LKS dan membujuk ustad agar meminjami RPAI untuk mencari jawaban dalam LKS. Tuturan (4) tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan Oleh ya (boleh ya), mewakili penanda kesantunan membujuk. Terdapatnya penanda kesantunan tersebut membuat tuturan menjadi lebih santun. 3) Kesantunan Mendesak Tuturan dengan makna mendesak biasanya menggunakan kata harap atau harus, untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Tuturan mendesak, seolah-olah penutur mengharuskan mitra tutur untuk melakukan suatu perbuatan yang diinginkan oleh penutur. (5) Kudu kowe og mas, ya mas. Harus kamu mas, ya mas. Konteks : Dituturkan oleh santri be rumur 9 tahun yang sudah selesai mengerjakan tugas dari ustad kemudian akan minta nilai, pada waktu itu ustad akan keluar dari kelas. Tuturan (5) tuturan penutur kepada mitra tutur ditemukan ungkapan kudu (harus) tuturan tersebut terdapat penanda kesantunan mendesak. Tuturan mendesak penutur megharuskan mitra tutur untuk melakukan permintaannya, dalam penanda kesantunan mendesak relatif kurang santun karena penutur memaksa mitra tutur. 6

Kesantunan dalam mengajak terdiri dari 3 penanda kesantunan yakni, penanda kesantunan mengajak, membujuk dan mendesak. Dari penanda kesantunan tersebut dapat dilihat bahwa penanda kesantunan mendesak mempunyai kadar kesantunan yang sangat rendah, sedangkan penanda kesantunan membujuk dan mengajak masih dalam kadar kesantunan lebih santun. Seperti pada tuturan (3) dalam penanda kesantunan mengajak menggunakan penanda ungkapan ayo. Tuturan (4) dalam penanda kesantunan membujuk menggunakan ungkapan rayuan untuk membujuk mitra tutur yang menjadikan tutur an masih tergolong santun. Tuturan (5) dalam penanda kesantunan mendesak menggunakan penanda ungkapan kudu (harus, ungkapan tersebut menjadikan tuturan menjadi kurang santun karena penutur memaksa mitra tutur. c. Kesantunan dalam Menyilakan Makna menyilakan dalam bahasa Indonesia, biasanya digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Terdapat pada tuturan sebagai berikut. (6) Niki mbak pun selesai, mang tonton riyen. Ini mbak sudah selesai, silahkan lihat dulu. Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 10 tahun kepada ustad yang sedang duduk di kantor menulis presensi. Tuturan (6) tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan mang (silahkan), adanya ungkapan tersebut tuturan terdapat penanda kesantunan me nyilakan. Adanya penanda kesantunan tersebut tuturan dapat menjadi lebih santun. Kesantunan menyilakan rata-rata tuturan itu lebih santun karena menyuruh orang dengan bahasa yang halus. 7

d. Kesantunan dalam Menolak Makna menolak dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai dengan kata jangan. Terdapat pada tuturan sebagai berikut. (7) Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae. Jangan mbak Nisa mas saya gak mau, kamu saja. Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 8 tahun yang sedang minta diajar oleh ustad di kelas, sedangkan ustad sedang duduk baru selesai menyimak santri secara bergiliran. Tuturan (7) tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan aja (jangan) yang bermaksud menolak tawaran mitra tutur. Adanya ungkapan tersebut tuturan ditemukan penanda kesantunan menolak. Penanda kesantunan menolak menjadi lebih santun ketika dalam menuturkan denga n nada rendah dan pelan, pada tuturan dilakukan dengan nada tinggi sehingga menjadi kurang santun tuturan tersebut. 2. Skala Kesantunan Berbahasa Skala kesantunan berbahasa menurut Leech ada lima yaitu (1) Cost-benefit scala atau skala Kerugian dan Keuntungan, (2) Optionality scale atau skala Pilihan, (3) Indirectness scale atau skala Ketidaklangsungan, (4) Authority scale atau skala Keotoritasan, (5) Sosial distance scale atau skala jarak social. Dari kelima data tersebut peneliti menggunakan sekala yang ketiga yaitu Indirectness scale atau skala Ketidaklangsungan. Peneliti dalam mengukur tingkat kesantunan melihat tingkat ketidaklangsungan dalam tuturan penutur, semakin berkurang tingkat kelangsungannya, tuturan dapat dikatakan lebih santun. Sebaliknya, ketika tuturan semakin tinggi tingkat kelangsungannya maka dapat dikatakan kurang santun tuturan tersebut. Penelitian ini digunakan tiga tipe tuturan, tuturan tersebut adalah (1) tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan, (2) tuturan dengan 8

rumusan pernyataan keinginan, (3) tuturan dengan rumusan keharusan. Ketiga tipe tersebut sebagai acuan pengukur peringkat kesantunan. Tabel berikut menunjukkan peringkat tertinggi sampai terendah setiap tipe tuturan. Selanjutnya, data yang telah ada akan diklasifikasikan sesuai dengan peringkat kesantunan menggunakan tipe tuturan diatas. Klasifikasi data sebagai berikut. a. Tipe tuturan dengan pernyataan permintaan (2) Mbak aku jaluk wulang kowe ya. Mbak aku minta diajar kamu ya. Tuturan (2) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan tersebut penutur bermaksud memerintah mitra tutur tetapi dengan bahasa yang sopan dan nada bicara rendah. Rumusan pernyataan permintaan dan diiringi sikap dan nada yang sopan, tingkat kelangsungan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan tersebut menjadi lebih santun. (3) Sampun mbak, ayo mbak nang masjid. Sudah mbak, ayo mbak ke masjid. Tuturan (3) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud mengajak mitra tutur, dengan ditemukannya ungkapan yang membuat mitra tutur merasa puas berarti penutur sudah membuat senang mitra tutur. Peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan ditambah dengan ungkapan tersebut, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun. (4) Iya mbak, karo jileh RPAI oleh ra mbak? Oleh ya, dingo golekki jawaban, ya mbak? Iya mbak, sama pinjam RPAI boleh tidak mbak? Boleh ya, buat mencari jawabannya, ya mbak? 9

Tuturan (4) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud merayu mitra tutur agar diijinkan, dengan peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun. (6) Niki mbak pun selesai, mang tonton riyen. Ini mbak sudah selesai, sila hkan lihat dulu. Tuturan (6) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud memerintah mitra tutur, dengan peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun. b. Tipe tuturan dengan pernyataan keinginan (1) Lomba sholat, oleh ya mas? Mohon mas. Lomba sholat boleh ya mas? Mohon mas. Tuturan (1) tersebut menemapati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keinginan. Tuturan penutur kepada mitra tutur tingkat keinginannya tinggi tidak memperhatikan pertimbangan mitra tutur terhadap keinginannya tersebut. Ditemukan ungkapan mohon dalam tuturan, maka tingkat kelangsungan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun. (7) Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae. Jangan mbak Nisa mas saya tidak mau, kamu saja. Tuturan (7) menempati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keinginan. Tuturan penutur bermaksud menginginkan mitra tutur mengajarnya dan menolak usulan mitra tutur tanpa alasan maka tingkat kelangsungan dalam tuturan semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi kurang santun. c. Tipe tuturan dengan pernyataan keharusan 10

(5) Kudu kowe og mas, ya mas. Harus kamu mas, ya mas Tuturan (5) menempati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keharusan. Tuturan penutur kepada mitra tutur mengharuskan mitra tutur yang mengajar, dengan tuturan seperti tuturan (5) penutur memaksa mitra tutur untuk menuruti permintaannya. Tingkat kelangsungan dalam tuturan semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi kurang santun. Berdasarkan uraian data diatas, dari 7 tuturan yang telah ada, dapat diwujudkan dalam table sebagai berikut. Tabel. Peringkat Kesantunan Berbahasa Tipe Tuturan Tuturan Jumlah Tuturan Pernyataan Permintaan I 4 Pernyataan Keinginan II 2 Pernyataan Keharusan III 1 Prosentase 57,15 % 28,57 % 14,28 % Total 7 100 % Berdasarkan peringkat kesantunan pada tabel di atas dapat dirumuskan bahwa, dari 7 tuturan menyatakan bahwa tipe tuturan dengan pernyataan permintaan memiliki peringkat paling tinggi. Jumlah data tipe tuturan pernyataan permintaan ada 4 tuturan, jika dilihat dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,15%. Jumlah dan angka tersebut memiliki peringkat paling tinggi dibanding dengan tipe yang lainnya. Dikatakan bahwa para santri bertutur santun dengan ustad pada saat mempunyai permintaan. D. SIMPULAN Penelitian yang berjudul Raelisasi Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian terdapat 4 bentuk kesantunan. (1) 11

Kesantunan dalam memohon. Kesantunan dalam memohon dibagi menjadi, (a) kesantunan memohon, dan (b) kesantunan meminta. (2) Kesantunan dalam mengajak. Kesantunan dalam mengajak dibagi menjadi, (a) kesantunan mengajak, dan (b) kesantunan membujuk, (c) kesantunan mendesak. (3) kesantunan dalam menyilakan. (4) kesantunan dalam menolak. Mengukur peringkat skala kesantunan dalam penelitian mengacu pada tiga tipe yaitu, (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan. Ketiga tipe tersebut dapat dijadikan alat untuk mengukur perngkat skala kesantunan. Data pada penelitian ini terdapat 7 tuturan, setelah diklasifikasikan (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 4 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,15%, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan ditemukan 2 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 28,57%, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan ditemukan 1 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 14,28%. Penelitian mengenai kesantunan berba hasa antara santri dengan ustad, usia dan konteks juga mempengaruhi peringkat kesantunan dalam suatu tuturan. Usia di bawah 6 tahun tuturan mereka belum dapat dinilai santun ataupun tidak santun, karena dalam bertutur mereka belum memahi kesopanan atau kesantunan dalam bertutur dengan orang yang lebih tua darinya. Konteks juga mempengaruhi nilai peringkat kesantunan berbahasa, karena pada tuturan yang terdapat penanda kesantunan belum bisa dianggap santun ketika konteks yang melatarbelakanginya itu merupakan tindakan atau perbuatan yang kurang santun. Konteks dan tuturan yang digunakan dalam berkomunikasi itu keduanya harus saling mendukung, untuk dapat dikatakan tuturan dalam kategori santun. E. DAFTAR PUSTAKA Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT Grafindo Pustaka. Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 12

Markhamah, dkk. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:Muhammadiyah University Press Maryadi, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta : BP-FKIP UMS. Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. 13