KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI"

Transkripsi

1 KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: DEWI CAHYA NINGSIH A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2

3 ABSTRAK KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI Dewi Cahya Ningsih, A , Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Penelitian ini memiliki 3 tujuan. (1) Mendeskripsikan bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan anak di Desa Ngrancang, Ngawi. (2) Mendeskripsikan bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan orang tua di Desa Ngrancang, Ngawi. (3) Mendeskripsikan skala kesantunan tindak direktif pada tuturan anak dan orang tua di Desa Ngrancang, Ngawi. Objek penelitian berupa kesantunan tindak direktif pada tuturan anak dan orang tua di Desa Ngrancang Ngawi. Data dalam penelitian ini berupa data lisan dan tertulis. Sumber data dalam penelitian ini adalah data secara lisan atau wawancara dari anak remaja yang berusia tahun dan orang tua di Desa Ngrancang Ngawi. Pengumpulan data menggunakan metode simak dan cakap. Analisis data menggunakan metode padan intralingual. Simpulan terdiri dari 3 hal yang perlu disampaikan. (1) Bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan anak kepada orang tuanya di Desa Ngrancang, Ngawi ada 11 (sebelas) bentuk tuturan tindak direktif yaitu 23 meminta, 2 memerintah, 1 menasehati, 2 menegur, 6 mengajak, 2 memperingatkan, 2 menyarankan, 1 mengintrogasi, 1 melarang, 1 membujuk, 1 mengancam dan 1 mempersilahkan. (2) Bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan orang tua kepada anaknya di Desa Ngrancang, Ngawi ada 6 (enam) bentuk tuturan tindak tutur direktif yaitu 1 meminta, 6 memerintah, 3 menasehati, 2 menyarankan, 3 mengintrogasi dan 1 memarahi. (3) Skala kesantunan tindak direktif pada tuturan anak dan orang tua di Desa Ngrancang, Ngawi ada 5 skala kesantunan tindak, yaitu skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionality scale), skala ketidaklangsungan (inderectness scale), skala keotoritasan (anthority scale), dan skala jarak sosial (social distance). Kata kunci: kesantunan tindak, tuturan direktif, skala, anak, orang tua

4 A. PENDAHULUAN Seorang anak mempunyai kewajiban untuk selalu sopan dan hormat kepada orang tua. Artinya ketika anak bertutur dengan orang tua maka kesantuan (sopanan) bahasa yang digunakan menjadi hal yang harus dan wajib untuk dilaksanakan. Seperti halnya ketika seorang anak memohon, meminta, menyarankan, dan seterusnya kepada orang tuanya agar melakukan tindakan yang diinginkan. Tentunya untuk memberikan dedikasi yang baik kepada anak, orang tua dalam bertutur juga harus sopan. Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang muncul adalah tuturan direktif anak dan orang tua ketika berkomunikasi atau bertutur. Bertutur atau komunikasi tentunya juga perlu diperhatikan terjadinya kerjasama dan juga prinsip kesopanan yang terjadi pada anak dan orang tua. Permasalahannya dalam bertutur direktif seorang anak, bahasa yang digunakan sering tidak memenuhi prinsip kesopanan yang harus diperhatikan dalam komunikasi. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk mengkaji dan meneliti kesantunan tindak dengan judul Kesantunan Tindak Direktif pada Tuturan Anak dan Orang Tua di Desa Ngrancang, Ngawi. Penelitian ini memiliki 3 tujuan. (1) Mendeskripsikan bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan anak di Desa Ngrancang, Ngawi. (2) Mendeskripsikan bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan orang tua di Desa Ngrancang, Ngawi. (3) Mendeskripsikan skala kesantunan tindak direktif pada tuturan anak dan orang tua di Desa Ngrancang, Ngawi. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan strategi terpancang. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 responden dengan rincian 40 anak dan 40 orang tua di Desa Ngrancang Ngawi. Objek penelitan berupa kesantunan tindak direktif pada tuturan anak dan orang tua di Desa Ngrancang Ngawi. Data dalam penelitian ini berupa data lisan dan tertulis. Sumber data dalam penelitian ini adalah data secara lisan atau wawancara dari anak remaja yang berusia tahun dan orang tua di Desa Ngrancang Ngawi. 1

5 Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap. Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun 2011: 92). C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bentuk Kesantunan Tindak Direktif pada Tuturan Anak di Desa Ngrancang, Ngawi a. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Meminta Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 23 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam meminta. 1) Nadia Abibita (15 tahun) Tuturan dituturkan anak untuk meminta doa restu agar lulus dalam ujian nasional. O1 : bu saya minta doa restu semoga saya lulus ujian nasional. O2 : iya belajar yang rajin. Data 1) di atas merupakan bentuk kesantunan direktif anak pada orang tua untuk meminta doa agar keinginannya tercapai. Konteks situasi pada data 1) menggambarkan keadaan pada saat berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara O1 dan O2. Dari konteks situasi tersebut, terlihat bahwa O1 sebagai anak menggunakan tindak tutur direktif meminta O2 untuk memberikan doa. Tindak tutur direktif meminta yang dituturkan O1 dilatarbelakangi oleh keinginan O1 agar berhasil dalam ujian nasional melalui doa restu yang diberikan oleh O2 sebagai ibunya. Dari data 1) tersebut terlihat bahwa penutur menggunakan bahasa yang santun untuk mengungkapkan permintaan doa kepada mitra tutur. b. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Memerintah Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 7 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam memerintah. 1) Mastur Laksono (15 tahun) 2

6 Tuturan ini dituturkan pada saat seorang anak memerintahkan ibunya untuk mencucikan bajunya, selanjutnya ibunya menyuruhnya mengajak adiknya dahulu. O1 : ibu, cucikan baju saya! O2 : iya, tetapi adiknya diajak dulu. O1 : iya-iya bu. Tuturan data 1) dituturkan anak pada saat ibunya sedang mengajak adik. Bentuk kesantunan direktif memerintah yang dilakukan oleh anak adalah pada tuturan ibu, cucikan baju saya!. Dari tuturan tersebut menunjukkan O1 sebagai anak memerintah O2 sebagai ibu untuk mencucikan bajunya. Data 1) terlihat penutur menggunakan bahasa yang kurang santun terhadap mitra tutur, seharusnya penutur menggunakan kata tolong guna memperhalus tuturan perintah yang disampaikan penutur. c. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Menasehati Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam menasehati. 1) Aprilia (15 tahun) Tuturan ini menuturkan seorang anak yang menasehati ibunya pada saat akan pergi ke warung memakai babydol. O1 : mau kemana buk? O2 : ke warung bentar, ada apa? O1 : masak ke warung pakai babydol, gak sopan buk! Tuturan data 1) terlihat O2 hendak pergi ke warung hanya dengan memakai baju baydol, melihat hal tersebut, O1 mencoba menasehati O1 supaya tidak memakai babydol karena dianggap tidak sopan. Tuturan O1 menunjukkan bentuk kesantunan direktif menasehati yaitu tuturan masak ke warung pakai babydol, gak sopan buk!. Tujuan O1 mengucapkan tuturan tersebut yaitu O1 berkeinginan untuk memberikan anjuran atau pelajaran baik kepada O2 untuk tidak pergi ke warung dengan memakai baju babydol karena dianggap tidak sopan. 3

7 d. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Menegur Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 2 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam menegur. 1) Nadia Abibita (15 tahun) Tuturan dituturkan anak kepada ibunya agar tidak berbicara terlalu keras karena kasihan melihatnya adiknya sedang tidur. O1 : ibu kalau berbicara jangan keras-keras. O2 : kenaapa? O1 : kasihan adiknya sedang tidur. Tuturan data 1) terjadi ketika adik penutur sedang tidur. Penutur menegur mitratutur untuk tidak berbicara keras. Tuturan tersebut merupakan bentuk kesantunan direktif menegur yang mengandung arti bahwa penutur menegur mitra tutur untuk tidak berbicara terlalu keras dengan maksud agar adiknya yang sedang tidur tidak terbangun. e. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Mengajak Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 6 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam mengajak. 1) Riski (12 tahun) Tuturan ini menuturkan seorang anak yang mengajak ibunya untuk mengantarkan penutur ke TPA. O1 : ibu besok saya mau TPA anterin y bu. O2 : iya besok tak anterin. Tuturan data 1) menunjukkan kesantunan tindak direktif mengajak. Penutur mengajak mitra tutur untuk mengantarkan penutur pergi TPA dengan tuturan ibu besok saya mau TPA anterin y bu. Tuturan tersebut merupakan penanda lingual tindak tutur mengajak karena lingual tersebut dapat mempengaruhi mitra tutur untuk bersama-sama mengantar penutur pergi TPA. Tindak tutur tersebut dapat dikatakan direktif karena mengandung maksud agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan setelah tuturan tersebut dituturkan. Mitra tutur menyanggupi ajakan penutur melalui tuturan iya besok tak anterin. 4

8 f. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Memperingatkan Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 2 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam memperingatkan. 1) lfi (15 tahun) Tuturan ini dituturkan seorang anak kepada ibunya untuk memperingatkan membawa nasi. O1 : ibu, besuk saya mau bawa nasi, besuk ingatkan ya bu! O2 : iya Tuturan penutur pada data 1) yang menunjukkan kesantunan tindak direktif memperingatkan yaitu pada tuturan ibu, besuk saya mau bawa nasi, besuk ingatkan ya bu!. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur memberikan peringatan kepada mitra tutur untuk mengingatkan agar penutur besuk membawa nasi. g. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Menyarankan Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 2 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam menyarankan. 1) Eko Saputra (15 tahun) Tuturan ini dituturkan pada saat seorang anak menyarankan bapaknya untuk naik motor ke apotik. O1 : mau kemana pak? O2 : ke apotik O1 : daripada jalan kaki mending naik motor Tuturan data 1) terjadi pada saat mitra tutur hendak pergi ke apotik. Penutur menyarankan kepada mitra tutur untuk pergi ke apotik mengendarai motor. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menyarankan yang diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai maksud menyarankan kepada mitra tutur untuk mengendarai motor. Tindak tutur O1 dianggap santun dengan berkata daripada jalan kaki mending naik motor. h. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Mengintrogasi Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam mengintrogasi. 5

9 1) Kiki Ratnasari (14 tahun) Tuturan ini menuturkan seorang anak yang bertanya kepada ibunya apakah berkata bohong. O1 : buk, darimana? O2 : dari rumahe budhe. O1 : aku tadi kesana kok gak ada? Bohong ya? Tuturan pada data 1) terjadi pada saat mitra tutur pulang dari rumah budhe. Tindak tutur tersebut O1 sebagai anak mengintrogasi ibunya mengapa ibunya tidak ada di rumah budhe dengan tuturan aku tadi kesana kok gak ada? Bohong ya?. Klausa Bohong ya? Merupakan penanda lingual tindak tutur mengintrogasi karena lingual tersebut menuntut mitra tutur untuk menjawab dan mengungkapkan apa yang ditanyakan oleh penutur, yaitu apakah ibunya tadi ke rumah budhe. Dari tindak tutur O1, terbukti kalau O1 menanyakan ibunya mengapa tadi tidak berada di rumah budhe ketika penutur ke rumah budhe dengan bahasa yang kurang santun, seharusnya penutur mengatakan maaf bu, tadi aku ke rumah budhe tapi kenapa ibu tidak di rumahnya budhe?. i. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Melarang Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam melarang. 1) Ardian (15 tahun) Tuturan ini dituturkan pada saat seorang anak melarang bapaknya untuk minum teh manis O1 : bapak jangan minum teh manis! O2 : kenapa? O1 : bapak kan kena diabetes. Tuturan pada data 1) di atas merupakan kesantunan tindak direktif melarang. Tuturan O1 yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang yaitu tuturan jangan minum menunjukkan bahwa O1 melarang O2 yang ingin minum teh manis. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur melarang mitra tutur minum teh manis agar penyakit diabetes tidak tambah parah. Dari tindak tutur O1, terbukti kalau O1 melarang bapaknya untuk tidak minum teh manis dengan 6

10 bahasa yang kurang santun, seharusnya penutur mengatakan maaf pak, bapak jangan terlalu banyak minum teh manis. j. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Membujuk Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam membujuk. 1) Riski Andreas (15 tahun) Tuturan ini menuturkan bujukan anak terhadap ibunya yang mengatakan bahwa baru sekali pulang terlambat. O2 : jam segini kok baru pulang sekolah, darimana? O1 : maaf buk, tadi diajak main kerumah teman, halah sekali ini aja buk. Tuturan O1 pada data 1) menunjukkan tindak tutur direktif membujuk yaitu dengan tuturan maaf buk, tadi diajak main kerumah teman, halah sekali ini aja buk. Tujuan O1 mengucapkan tuturan tersebut yaitu O1 bermaksud memerintahkan secara halus O2 untuk melakukan sesuatu. Tuturan O1 yang menunjukkan tindak tutur direktif membujuk tersebut dapat diartikan O1 membujuk O2 untuk memaafkannya karena baru sekali pulang terlambat. Penggunaan seruan halah sekali ini aja buk bertujuan memperhalus tuturan yang bermaksud memaafkan penutur. Dari tindak tutur O1, terbukti kalau O1 membujuk ibunya untuk memaafkannya dengan bahasa yang santun dengan ditandai pengunaan kata maaf pada awal tuturan. k. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Mengancam Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam mengancam. 1) Randa (15 tahun) Tuturan ini menuturkan ancaman seorang anak terhadap ibunya jika tidak dibelikan sepeda motor. O1 : buk, belikan sepeda motor! O2 : enggak punya uang. O1 : kalau enggak di belikan aku enggak pulang rumah Tuturan data 1) menunjukkan kesantunan tindak direktif mengancam. O1 sebagai anak mengancam ibunya jika tidak dibelikan sepeda motor. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif 7

11 mengancam yang diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai arti mengancam agar mitra tutur membelikan sepeda motor, jika tidak dibelikan maka penutur tidak akan pulang ke rumah. Dari tuturan tersebut terbukti bahwa penutur menggunakan bahasa yang kurang santun ketika meminta dibelikan sepeda motor dengan nada ancaman. l. Kesantunan Tindak Direktif Anak dalam Mempersilahkan Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif anak dalam mempersilahkan. 1) Anggraina (15 tahun) Tuturan ini dituturkan seorang anak yang mempersilahkan bapaknya untuk meminum kopi. O1 : bapak, ini kopinya, monggo diminum! O2 : ya,taruh situ dulu. Tindak tutur pada data 1) tersebut terjadi ketika penutur memberikan minum kopi kepada mitra tutur dan mempersilahkan mitra tutur tersebut untuk minum kopi. Klausa monggo diminum merupakan penanda lingual tindak tutur mempersilahkan bapaknya untuk minum kopi. Dari tuturan tersebut terbukti bahwa penutur meminta mitra tutur untuk meminum kopi dengan bahasa yang santun. 2. Bentuk Kesantunan Tindak Direktif pada Tuturan Orang Tua di Desa Ngrancang, Ngawi a. Kesantunan Tindak Direktif Orang Tua dalam Meminta Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif orang tua dalam meminta. 1) Trias Kusuma M. (13 tahun) Tuturan ini menuturkan permintaan seorang ibu untuk membelikan bakso jika anaknya menang. O1 : Ibu, saya besuk lomba nyanyi di Ngawi doakan supaya mendapatkan juara satu ya! O2 : Amin, kalau menang ibu belikan bakso. Data 1) di atas merupakan bentuk kesantunan direktif orang tua terhadap anak untuk meminta membelikan bakso. Tindak tutur direktif meminta yang dituturkan O2 dilatarbelakangi oleh keinginan O1 untuk 8

12 didoakan agar menang dalam lomba menyanyi. Tuturan data 1) dianggap santun karena O2 sebagai orang tua dengan kedudukan sosial yang lebih tinggi meminta O1 untuk membelikan bakso jika menang setelah O2 mendoakan kemenangan anaknya. b. Kesantunan Tindak Direktif Orang Tua dalam Memerintah Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 6 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif orang tua dalam meminta. 1) Warsini (43 tahun) Tuturan ini menuturkan seorang ibu kepada anaknya untuk mencuci piring. O1 : ibu,besuk belikan sepatu ya! O2 : iya,cuci piring dulu. O1 : iya bu. Data 1) merupakan bentuk tuturan direktif memerintah. Tuturan dituturkan ibu pada saat anaknya meminta dibelikan sepatu. Maksud O2 memerintah O1 mencuci piring adalah sebagai imbalan jika ingin dibelikan sepatu. Data 1) terlihat penutur sebagai orang yang kedudukan sosialnya lebih tinggi menggunakan bahasa yang santun terhadap mitra tutur. c. Kesantunan Tindak Direktif Orang Tua dalam Menasehati Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 3 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif orang tua dalam menasehati. 1) Rahmadhani N. (35 tahun) Tuturan juga menuturkan orang tua (ibu) menasehati anaknya agar belajar yang rajin. O1 : bu saya minta doa restu semoga saya lulus ujian nasional. O2 : iya belajar yang rajin. O1 : iya bu. Tuturan data 1) terlihat O1 yang akan mengikuti ujian nasional, melihat hal tersebut, O2 mencoba menasehati O1 supaya belajar yang rajin agar lulus dalam ujian nasional. Tuturan O2 menunjukkan bentuk kesantunan direktif menasehati yaitu pada tuturan iya belajar yang rajin. Tujuan O2 mengucapkan tuturan tersebut yaitu O2 berkeinginan untuk memberikan anjuran atau pelajaran baik kepada O1 untuk 9

13 belajar yang rajin. Tuturan tersebut menggunakan bahasa direktif yang santun dengan mendoakan anaknya agar lulus ujian nasional. d. Kesantunan Tindak Direktif Orang Tua dalam Menyarankan Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 2 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif orang tua dalam menyarankan. 1) Sumiatun (32 tahun) Tuturan ini menuturkan saran dari ibu kepada anaknya untuk mencoba mencari buku di atas meja atau lemari. O1 : buk, lihat buku geografiku dak? O2 : enggak tau, kenapa? O1 : tak cari-cari enggak ada,tolong carikan buk! O2 : coba lihat di atas meja atau lemari O1 : udah buk,ini udah ketemu di dalam tas. Tuturan data 1) terjadi pada saat O1 mencari buku geografi yang hilang. O2 menyarankan kepada O1 untuk mencari di atas meja atau lemari. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menyarankan yang diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai maksud menyarankan kepada O1 untuk mencari di ats meja atau lemari. Tindak tutur O1 dianggap santun dengan berkata coba lihat di atas meja atau lemari. e. Kesantunan Tindak Direktif Orang Tua dalam Mengintrogasi Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 3 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif orang tua dalam mengintrogasi. 1) Yayuk (35 tahun) Tuturan ini menuturkan seorang ibu yang bertanya kepada anaknya apakah sudah mengerjakan PR. O1 : bu, aku mau main ketempat Lia. O2 : Udah mengerjakan PR? O1 : belum, ntar malem. Tuturan pada data 1) terjadi pada saat O1 hendak bermain ke rumah Lia. O2 sebagai orang tua mengintrogasi anaknya apakah sudah mengerjakan PR. Klausa Udah mengerjakan PR? merupakan penanda lingual tindak tutur mengintrogasi karena lingual tersebut menuntut mitra tutur untuk menjawab dan mengungkapkan apa yang ditanyakan oleh penutur, yaitu apakah O1 sudah mengerjakan PR. Dari tindak 10

14 tutur O2, terbukti kalau O2 menanyakan anaknya apakah sudah mengerjakan PR dengan bahasa yang santun sehingga O1 tidak merasa tersinggung. f. Kesantunan Tindak Direktif Orang Tua dalam Memarahi Berdasarkan pengklasifikasian data ditemukan 1 tuturan bentuk kesantunan tindak direktif orang tua dalam mengintrogasi. 1) Suparno (43 tahun) Tuturan ini juga menuturkan kekesalan bapak terhadap anaknya yang meminta dipijat. O1 : tolong pijitin tanganku dong pak! O2 : tadi mau dipijitin gak mau, sekarang malah nyuruh. Tuturan pada data 1) terjadi pada saat O1 meminta tolong untuk memijit tangannya. O2 sebagai orang tua memarahi anaknya karena sebelumnya O2 sudah menawarkan untuk memijit tetapi O1 tidak mau. Klausa tadi mau dipijitin gak mau, sekarang malah nyuruh merupakan penanda lingual tindak tutur memarahi karena lingual tersebut menunjukkan penutur merasa kesal dan kecewa degan mitra tutur yang meminta untuk dipijat. Dari tindak tutur O2, terbukti kalau O2 memarahi anaknya dengan bahasa yang santun. 3. Skala Kesantunan Tindak Direktif pada Tuturan Anak dan Orang Tua di Desa Ngrancang, Ngawi a. Skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale) Skala ini menunjuk kepada besar kecilnya keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan penutur akan dianggap tidak santunlah tuturan itu. Data (1) Subjek: O1: Serayu Aprilia (15 tahun) O2: Sri Ningsih (45 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan anak saat meminta uang untuk membayar buku. Bentuk Tuturan: O1 : ibu saya minta uang! O2 : buat apa. Berapa? O1 : buat bayar buku bu tiga puluh lima ribu. Data (2) 11

15 Subjek: O1: Ardian (15 tahun) O2: Suparman (42 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat seorang anak melarang bapaknya untuk minum teh manis Bentuk Tuturan: O1 : bapak jangan minum teh manis! O2 : kenapa? O1 : bapak kan kena diabetes. Berdasarkan skala keuntungan dan kerugian (cost-benefit scale), tuturan pada data (2) memiliki keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan data tuturan (1). Hal tersebut terbukti dengan tuturan (1) yang diucapkan oleh O1 (penutur) ibu saya minta uang!. Dalam tuturan data (1) tersebut, O1 (penutur) melakukan tuturan direktif yang dapat menguntungkan O1 (penutur), O1 meminta O2 (mitra tutur) untuk memberikan uang kepada O1 tanpa memperhatikan untuk rugi O2 yang belum tentu setuju dengan permintaan O1. O1 hanya memperhatikan keuntungannya saja. Berbeda dengan data (1), data (2) dianggap lebih santun. Hal itu terbukti dengan tuturan data (2) bapak jangan minum teh manis! yang diucapkan oleh O1 (penutur), tuturan direktif tersebut dapat menguntungkan O2 (mitra tutur), O1 menyuruh O2 dengan memperhatikan keuntungan O2 (mitra tutur). O1 menyuruh O2 untuk tidak minum es teh manis agar penyakit diabetesnya tidak kambuh, tuturan tersebut jelas menunjukkan bahwa O1 memberikan keuntungan kepada O2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tuturan pada data (1) merupakan tuturan yang kurang santun dibandingkan tuturan pada data (2). b. Skala pilihan (optionality scale) Skala pilihan menunjuk pada banyak sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur. Semakin banyaknya pilihan yang diberikan oleh penutur, maka akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila semakin sedikit pilihan, maka makna semakin tidak santunlah tuturan itu. Dalam skala pilihan atau optional scale ini peneliti membandingkan tuturan satu dengan tuturan yang lain guna mempermudah perbandingan antara data yang santun dan tidak santun. Data (1) Subjek: O1: Mastur Laksono (15 tahun) O2: Paniati (45 tahun) 12

16 Konteks Tuturan: Tuturan ini menuturkan ibunya yang menasehati anaknya untuk menabung sedikit-sedikit. Bentuk Tuturan: O1 : ibu, belikan HP ya! O2 : HPnu kemana? O1 : Rusak bu. O2 : Uang sakunya ditabung sedikit-sedikit nanti ibu kasih tambahan. O1 : Ok bu! Data (2) Subjek: O1: Eko Saputra (15 tahun) O2: Suparlan (48 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat seorang anak menyarankan bapaknya untuk naik motor ke apotik. Bentuk Tuturan: O1 : mau kemana pak? O2 : ke apotik O1 : daripada jalan kaki mending naik motor Berdasarkan skala pilihan (optionality scale), tuturan pada data (2) memiliki kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tuturan pada data (1). Hal ini terbukti dengan tuturan data (2) daripada jalan kaki mending naik motor yang diungkapkan oleh O1 (penutur) kepada O2 (mitra tutur). Pilihan yang diberikan O1 pada data (2) memberikan kelonggaran kepada O2 (mitra tutur) untuk mencari pilihan lain sebelum mengendarai motor. Sedangkan pada data (1) tuturan yang diucapkan O2 (penutur) Uang sakunya ditabung sedikitsedikit nanti ibu kasih tambahan menunjukkan bahwa tidak terdapat pilihan yang dilakukan O2 (penutur) kepada O1 (mitra tutur), sehingga O1 harus mengikuti apa yang dikatakan oleh O2 kepadanya. Hal ini yang membedakan tuturan kedua data tersebut, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan pada data (2) lebih santun dibandingkan tuturan data (1). c. Skala ketidaklangsungan (inderectness scale) Skala ketidaklangsungan menunjuk pada peringkat langsung atau tidak langsungnya sebuah tuturan. Semakin langsung sebuah tuturan, maka semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin tidak langsung sebuah tuturan, maka semakin santulah tuturan itu. Data (1) Subjek: O1: Alvin Kurniawan (13 tahun) O2: Jumani (42 tahun) 13

17 Konteks Tuturan: Tuturan tersebut menuturkan ajakan anak kepada ibunya untuk pergi ke pasar membeli seragam sekolah. Bentuk Tuturan: O1 : ibu seragam sekolah sudah rusak, besok minggu ke pasar ya buk beli kain. O2 : iya Data (2) Subjek: O1: Alfi (15 tahun) O2: Warsini (43 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan ini menuturkan seorang ibu kepada anaknya untuk mencuci piring Bentuk Tuturan: O1 : ibu,besuk belikan sepatu ya! O2 : iya,cuci piring dulu. O1 : iya bu. Berdasarkan skala ketidaklangsungan (inderectness scale), tuturan pada data (1) memiliki kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tuturan pada data (2). Hal tersebut terbukti dengan tuturan yang disampaikan pada data (1) ibu seragam sekolah sudah rusak, besok minggu ke pasar ya buk beli kain yang diucapkan oleh O1 (penutur) terdapat ketidaklangsungan tuturan yang disampaikan oleh O1 kepada O2 (mitra tutur). Pada tuturan data (1) memberikan pengertian kepada O2 (mitra tutur) secara tidak langsung untuk membelikan kain ke pasar untuk menggantikan seragam yang sudah rusak. Sedangkan pada data (2), tuturan yang diucapkan O2 iya, cuci piring dulu menunjukkan kelangsungan O2 menyuruh O1 untuk mencuci piring dahulu sebelum permintaan O1 untuk dibelikan kain dikabulkan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan pada data (1) lebih santun dibandingkan tuturan data (2). d. Skala keotoritasan (anthority scale) Skala keotoritasan (anthority scale) merupakan skala yang asimetris, artinya seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan menjawab dengan bentuk sapaan yang terhormat. Data (1) Subjek: O1: Anisa Meisy P. (14 tahun) O2: Dwi (32 tahun) 14

18 Konteks Tuturan: Tuturan anak dituturkan kepada ibunya untuk meminta membelikan jilbab buat sekolah Bentuk Tuturan: O1 : ibu, besuk belikan jilbab O2 : Jilbab buat apa? jilbabmu aja sudah banyak. O1 : Buat sekolah bu,soalnya jilbabnya kelunturan celana levis. O2 : Iya,besuk tak anter. Data (2) Subjek: O1: Riski Andreas (15 tahun) O2: Rumiyati (42 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan ini juga menuturkan bujukan anak terhadap ibunya yang mengatakan bahwa baru sekali pulang terlambat. Bentuk Tuturan: O2 : jam segini kok baru pulang sekolah, darimana? O1 : maaf buk, tadi diajak main kerumah teman, halah sekali ini aja buk. Berdasarkan skala keotoritasan (anthority scale), tuturan pada data (2) memiliki kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tuturan pada data (1). Hal tersebut terbukti dengan tuturan yang disampaikan pada data (2) maaf buk, tadi diajak main kerumah teman, halah sekali ini aja buk yang diucapkan oleh O1 (penutur) menunjukkan adanya sebuah rasa hormat O1 terhadap O2 sebagai orang tua. Pada tuturan data (2) O1 meminta maaf kepada O2 karena O1 pulang terlambat. O1 menggunakan sapaan buk kepada O2, karena O1 memiliki kedudukan di bawah O2 yaitu sebagai anak dari O2. Sedangkan pada tuturan data (1) Jilbab buat apa? jilbabmu aja sudah banyak yang diucapkan oleh O2 terhadap O1 menunjukkan keotoritasan O2 terhadap anaknya. O2 memarahi O1 yang minta dibelikan jilbab karena O2 menganggap O1 sudah memiliki banyak jilbab. O2 menambahkan akhiran mu diakhir kata jilbab karena O2 memiliki kedudukan yang lebih tinggi yaitu sebagai orang tua. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan pada data (2) lebih santun dibandingkan tuturan data (1). e. Skala jarak sosial (social distance) Skala jarak sosial (social distance) menunjuk pada derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar tertentu sebagian tergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, yaitu faktor status, kedudukan, usia, derajat, keakraban, dan sebagainya. 15

19 Data (1) Subjek: O1: Randa (15 tahun) O2: Kasiti (49 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan ini juga menuturkan ancaman seorang anak terhadap ibunya jika tidak dibelikan sepeda motor. Bentuk Tuturan: O1 : buk, belikan sepeda motor! O2 : enggak punya uang. O1 : kalau enggak di belikan aku enggak pulang rumah Data (2) Subjek: O1: Anggraina (15 tahun) O2: Suwarno (40 tahun) Konteks Tuturan: Tuturan ini dituturkan seorang anak yang mempersilahkan bapaknya untuk meminum kopi. Bentuk Tuturan: O1 : bapak, ini kopinya, monggo diminum! O2 : ya, taruh situ dulu. Berdasarkan skala jarak (social distance scale), tuturan pada data (2) memiliki kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tuturan pada data (1). Hal tersebut terbukti dengan tuturan pada data (2) bapak, ini kopinya, monggo diminum! yang diucapkan oleh O1 (penutur) menunjukkan bahwa O1 menggunakan ragam bahasa yang santun dan ramah sebagai wujud keakraban dan faktor usia kepada O2 (mitra tutur) sebagai orang tua penutur. O1 menggunakan sapaan bapak dan kata monggo menunjukkan rasa hormat terhadap O2 sebagai orang tua. Sedangkan pada data (1) kalau enggak di belikan aku enggak pulang rumah yang diucapkan oleh O1 menunjukkan bahwa O1 menggunakan ragam bahasa yang kurang santun dan nada ancaman terhadap O2, padahal O2 memiliki usia yang lebih tua dan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan O1. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan pada data (2) lebih santun dibandingkan dengan tuturan data (1). 4. Penelitian yang Berhubungan dengan Penelitian Sebelumnya Kesantunan sebagai sebuah nilai diasosiasikan melalui penggunaan bahasa dalam berkomunikasi antara anak dan orang tua. Sebagai nilai, kesantunan tindak hendaknya diekspresikan melalui berbagai tindak tutur sebagai wujud sebuah budaya komunikasi. Salah satu tindak tutur yang 16

20 menarik untuk diperhatikan dan dipahami ketika kesantunan diasosiasikan dengan tindak tutur tersebut adalah tindak direktif. Yule (2006) menyebutkan jenis tindak tutur direktif menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi: perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan anak kepada orang tuanya di Desa Ngrancang, Ngawi ada 11 (sebelas) bentuk tuturan. Kesebelas bentuk tuturan kesantunan tindak direktif tersebut adalah 23 tuturan tindak tutur direktif meminta, 7 tuturan tindak tutur direktif memerintah, 1 tuturan tindak tutur direktif menasehati, 2 tuturan tindak tutur direktif menegur, 6 tuturan tindak tutur direktif mengajak, 2 tuturan tindak tutur direktif memperingatkan, 2 tuturan tindak tutur direktif menyarankan, 1 tuturan tindak tutur direktif mengintrogasi, 1 tuturan tindak tutur direktif melarang, 1 tuturan tindak tutur direktif membujuk, 1 tuturan tindak tutur direktif mengancam dan 1 tuturan tindak tutur direktif mempersilahkan. Dari kesebelas bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan anak kepada orang tua tersebut, tindak tutur direktif meminta muncul lebih banyak daripada tindak tutur direktif lainnya yaitu sebanyak 23 tuturan. Hasil penelitian juga menunjukkan bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan orang tua kepada anaknya di Desa Ngrancang, Ngawi ada 6 (enam) bentuk tuturan. Keenam bentuk kesantunan tindak direktif tersebut adalah 1 tuturan tindak tutur direktif meminta, 6 tuturan tindak tutur direktif memerintah, 3 tuturan tindak tutur direktif menasehati, 2 tuturan tindak tutur direktif menyarankan, 3 tuturan tindak tutur direktif mengintrogasi dan 1 tuturan tindak tutur direktif memarahi. Dari kesebelas bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan orang tua kepada anak tersebut, tindak tutur direktif memerintah muncul lebih banyak daripada tindak tutur direktif lainnya yaitu sebanyak 6 tuturan. Hasil penelitian di atas, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firdaus, dkk. (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jenis tindak tutur direktif yang ditemukan adalah (1) permintaan, (2) pertanyaan, (3) persyaratan, (4) larangan, (5) pengizinan, dan (6) nasihat. Dari kelima jenis tindak tutur tersebut, yang sering digunakan oleh ibu rumah tangga nelayan di Kelurahan Gates Nan XX Kecamatan Lubuk 17

21 Bagaluang Kota Padang adalah tindak tutur direktif permintaan. Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dkk. memiliki persamaan penelitian tentang tindak turut direktif. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek penelitian. Keunikan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini adalah tindak tutur direktif meminta yang muncul lebih banyak daripada tindak tutur direktif lainnya pada tuturan anak kepada orang tuanya. Kesantunan adalah alat yang digunakan untuk mewujudkan pribadi yang baik dalam melakukan suatu interaksi menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal dengan menjaga muka pelaku tutur. Skala pengukur tingkat kesantunan yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skala pengukur kesantunan tindak dari Leech (Rahardi, 2005) yaitu skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionality scale), skala ketidaklangsungan (inderectness scale), skala keotoritasan (anthority scale) dan skala jarak sosial (social distance). Pemakaian kesopanan bahasa dalam berkomunikasi dapat dipandang sebagai suatu usaha menghindari adanya konflik antara penutur dan mitra tutur, disamping itu juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang mesra dalam kegiatan berkomunikasi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 5 skala kesantunan tindak, yaitu: skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionality scale), skala ketidaklangsungan (inderectness scale), skala keotoritasan (anthority scale), dan skala jarak sosial (social distance). Dari skala tersebut skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionality scale), skala ketidaklangsungan (inderectness scale) terlihat paling menonjol dibandingkan dengan skala lainnya. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rendiyanto (2012). Kesimpulan dari penelitian Rendiyanto adalah Skala kesantunan dalam tindak tutur direktif yang digunakan guru dan murid dalam proses pembelajaran di MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri ditemukan tuturan-tuturan yang mematuhi dan melanggar skala kesantunan. Hal ini tercermin dari hasil analisis data yang menemukan adanya 9 tuturan yang mematuhi skala untung rugi, 13 tuturan yang mematuhi skala pilihan, 4 tuturan mematuhi skala ketidaklangsungan sedangkan yang tidak mematuhi ada 3 tuturan, 15 tuturan mematuhi skala keotoritasan, 4 tuturan mematuhi skala jarak sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Subangun memiliki 18

22 persamaan penelitian tentang tindak turut direktif. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek penelitian. Keunikan dari penelitian ini adalah adanya beberapa penutur yang melanggar skala kesantunan dengan menggunakan bahasa yang kurang sopan terhadap mitra tutur. Tingkat kesantunan tuturan direktif orang tua di desa Ngrancang, Ngawi cenderung santun dalam bertutur dengan anaknya, walaupun masih ada tuturan anak yang melanggar kesantunan dengan tuturan yang kurang sopan. Tingkat kesantunan tuturan orang tua dapat diukur santun atau tidak santunnya dari perasaan anaknya, karena anak adalah orang yang menerima tuturan tersebut. Tuturan yang tidak santun digunakan oleh orang tua jika tidak sesuai atau anak tidak mengindahkan perintah orang tuanya. Orang tua memiliki kekuasaan atas anaknya termasuk meminta anaknya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tetapi jika tuturan orang tua diucapkan secara tidak santun, maka anak juga dapat merespon dengan tidak santun. D. SIMPULAN Bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan anak kepada orang tuanya di Desa Ngrancang, Ngawi ada 11 (sebelas) bentuk tuturan tindak tutur direktif yaitu 23 meminta, 2 memerintah, 1 menasehati, 2 menegur, 6 mengajak, 2 memperingatkan, 2 menyarankan, 1 mengintrogasi, 1 melarang, 1 membujuk, 1 mengancam dan 1 mempersilahkan. Bentuk kesantunan tindak direktif pada tuturan orang tua kepada anaknya di Desa Ngrancang, Ngawi ada 6 (enam) bentuk tuturan tindak tutur direktif yaitu 1 meminta, 6 memerintah, 3 menasehati, 2 menyarankan, 3 mengintrogasi dan 1 memarahi. Skala kesantunan tindak direktif pada tuturan anak dan orang tua di Desa Ngrancang, Ngawi ada 5 skala kesantunan tindak, yaitu skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionality scale), skala ketidaklangsungan (inderectness scale), skala keotoritasan (anthority scale), dan skala jarak sosial (social distance). E. DAFTAR PUSTAKA Firdaus, dkk Tindak Tutur Direktif Ibu Rumah Tangga Nelayan Kepada Anaknya Di Kelurahan Gates Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B

23 Mahsun Metode Penelitian Bahasa: tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada Rahardi, Kunjana Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Rendiyanto Analisis Tindak Tutur Direktif Antara Guru Murid di MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 20

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI DisusunOleh : RENDIYANTO A 310080062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memanfataakan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi. Kualitas seseorang dalam bertutur dapat dilihat dalam

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah 0 REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 1 JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL NGAWI: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL NGAWI: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL NGAWI: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: BERLIANA NITA KUMALASARI A 310090010 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Drajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh EKANA FAUJI A 310 080 133 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 UNIVERSITASS

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG Munirah, Lili Suriani munirah.fkip@gmail.com Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Magister Universitas

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, hal tersebut kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI 1 TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Muryati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik sebenarnya adalah ilmu yang memperhatikan pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya menguasai dari segi kata atau kalimatnya saja.

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah EKO CAHYONO

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik)

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik) KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik) Oleh Aisyah Reysunnah Cleopatra S.Fahmy Dalimunthe, S.Sos., M.I.Kom.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PEMBELAJARAN DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA DAN SMK SEKABUPATEN REMBANG

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PEMBELAJARAN DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA DAN SMK SEKABUPATEN REMBANG BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PEMBELAJARAN DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA DAN SMK SEKABUPATEN REMBANG NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AMIN KARTIKA SARI A 310 090 251 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

tempat umum gambar 1

tempat umum gambar 1 tema 4 di biasanya berlaku aturan aturan juga berlaku di rumah dan di sekolah bagaimana menerapkan aturan di masyarakat berikut kalian pelajari tata tertib dan aturannya coba kalian lihat gambar 1 anak

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI DisusunOleh : RENDIYANTO A 310080062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITASMUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN Dewi Anggia Huzniawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI gigie_kaka@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berinterasi dengan orang lain. Dalam melakukan interaksi manusia harus menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

POLA KESANTUNAN DIREKTIF DI KALANGAN PEMUDA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DALAM INTERAKSI SOSIAL DENGAN ORANG TUA DI KECAMATAN TANON ARTIKEL PUBLIKASI

POLA KESANTUNAN DIREKTIF DI KALANGAN PEMUDA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DALAM INTERAKSI SOSIAL DENGAN ORANG TUA DI KECAMATAN TANON ARTIKEL PUBLIKASI POLA KESANTUNAN DIREKTIF DI KALANGAN PEMUDA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DALAM INTERAKSI SOSIAL DENGAN ORANG TUA DI KECAMATAN TANON ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

gejala alam dan peristiwa

gejala alam dan peristiwa tema 6 gejala alam dan peristiwa gambar 6.1 peristiwa anak sedang bermain setiap anak mempunyai hak hak untuk bermain hak untuk berpendapat hak untuk belajar dengan gembira hak anak harus dihormati kamu

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam masyarakat pasti terjadi proses komunikasi dan interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam komunikasi dibutuhkan alat komunikasi

Lebih terperinci

HARAPAN, DOA, DAN SELAMAT

HARAPAN, DOA, DAN SELAMAT HARAPAN, DOA, DAN SELAMAT THEME CULTURAL NOTE EKSPRESSION VOCABULARY MEMBERI HARAPAN, DOA, dan SELAMAT Memahami percakapan Memahami isi bacaan yang berkaitan dengan wisuda Menulis teks tentang ucapan harpaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK Wahyu Hartiningrum dan Yunus Sulistyono Program Studi Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis

METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, dan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A310 090 180 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU) TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU) Oleh Dian Etikasari* Pembimbing: (I) Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd, (II) Dr. Yuni Pratiwi, M.Pd Email: Dianetikasari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

KESANTUNAN BAHASA IKLAN POLITIK PADA SLOGAN CALEG DPRD DALAM SPANDUK PEMILU DI KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

KESANTUNAN BAHASA IKLAN POLITIK PADA SLOGAN CALEG DPRD DALAM SPANDUK PEMILU DI KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi KESANTUNAN BAHASA IKLAN POLITIK PADA SLOGAN CALEG DPRD DALAM SPANDUK PEMILU 2013-2014 DI KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menggunakan bahasa dalam dua bentuk, yaitu tulis dan lisan. Dalam kedua bentuk tersebut bahasa digunakan untuk melakukan beberapa hal sesuai dengan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci