BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
MANFAAT RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan, sedangkan perusahaan yang baru berdiri atau berkembang

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang diterapkan, khususnya dalam bidang keuangan. Perencanaan

PENDAHULUAN. negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti. menyebabkan tindakan hukum (Sari dan Wuryan, 2005:460).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi di Eropa diperediksi mengalami puncaknya pada

I. PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan harga. (KDPPLK-PSAK paragraf 07 tahun 2009). Menurut PSAK No. 1 paragraf 07 Tahun 2009 Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika. Adanya krisis ekonomi global yang melanda negara-negara di Benua

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. apalagi jika perusahaan tersebut sampai menutup usahanya.

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFATUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DIAN MARWATI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih dapat dikatakan belum stabil. Masalah-masalah yang terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini dilakukan dengan tidak mengabaikan penelitian-penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat, cerdas dan semakin berisiko. Perluasan industri biasa dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

1 BAB I PENDAHULUAN. besar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sektor ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar tahun 2008 terjadi krisis keuangan global di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan apabila

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

BAB I PENDAHULUAN. ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)

BAB I PENDAHULUAN. (Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:57 dalam Novita dkk, 2014). Besarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Sinyal Grand teori dari penelitian ini adalah teori sinyal. Teori sinyal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

perbankan semakin ketat. Oleh karena itu perlu dilakukan arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia berada pada tingkatan yang stabil pada

BAB I PENDAHULUAN. para manager perusahaan Indonesia diharuskan untuk memberikan laporan. perusahaan-perusahaan Indonesia semakin terpuruk.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan perusahaan dalam. mengantisipasi perkembangan global dengan memperkuat fundamental

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan pada perekonomian global, terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dari penurunan sektor industri di Bursa Efek Indonesia yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masuknya era globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan,

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders maupun calon investor dalam mengetahui seberapa besar potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fahmi (2013:2), Kasmir (2013:7), dan Pernyataan Standar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, ada beberapa dampak buruk yang dirasakan akibat meluasnya

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ( BURSA EFEK INDONESIA )

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang dihadapi suatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang selalu berubah akhir-akhir ini telah mempengaruhi kegiatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat. dikarenakan adanya beberapa penyebab. Diantaranya adanya sistem kelola

kesulitan keuangan yang mengarah pada prediksi kebangkrutan. Semakin awal

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi menjadi sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

2015 PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menguasai pangsah pasar yang luas jika kinerja perusahaan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kas perusahaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) pada akhir tahun MEA atau AEC (ASEAN Economic

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya kegiatan bisnis dalam bidang ekonomi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen tersebut meliputi planning, organizing, leading dan controlling.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dunia yang dibarengi dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh Analisis Risk, Good Corporate Governance, Earning dan Capital dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 berawal dari krisis keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi dipasar perumahan (subprime mortgages) akibat kegagalan pembayaran kredit perumahan, yang berimbas pada sektor keuangan dan menyebabkan kebangkrutan pada berbagai sektor industri yang ada di Amerika Serikat. Lehman Brother yang merupakan perusahaan sekuritas keempat terbesar di Amerika Serikat pada tanggal 15 September 2008 dinyatakan pailit karena tidak mampu membayar hutang-hutangnya pada kreditur. Kebangkrutan lembaga keuangan sebesar Lehman Brother menambah panik keadaan pasar dunia. Hal ini disebabkan karena Lehman Brother mendapatkan suntikan dana dari beberapa investor dari berbagai belahan dunia termasuk dari Bank Dunia yang kini mendapatkan imbas dari kebangkrutan Lehman Brother yang akhirnya mengganggu sistem keuangan dunia. Adanya permasalahan tersebut membuat perusahaan harus mampu untuk memperkuat fundamental manajemennya untuk mengantisipasi perkembangan global yang terjadi. Dalam hal ini, perusahaan yang tidak mampu memperbaiki kinerjanya lambat laun akan mengalami kesulitan dalam menjaga likuiditasnya, yang mana hal tersebut dapat mengakibatkan financial distress perusahaan yang pada akhirnya terjadi kebangkrutan. Mengingat besarnya pengaruh yang ditimbulkan, maka perlu dilakukan analisis sedemikian rupa sehingga kemungkinan terjadinya financial

distress dapat diketahui dan selanjutnya manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat. Financial distress adalah kondisi kesulitan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan. Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Sedangkan Luciana (2004) mendefinisikan kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif selama dua tahun berturut-turut serta perusahaan tersebut telah di merger. Financial distress berbeda dengan kondisi insolvency. Perusahaan yang mengalami financial distress berada diantara status solvent dan insolvent. Solvent berarti asset yang dimiliki perusahaan lebih besar dari hutangnya, sehingga perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi hutang sedangkan keadaan insolvent yaitu nilai hutang yang dimiliki perusahaan lebih besar dari nilai assetnya, sehingga perusahaan tidak memiliki kemampuan membayar utangnya pada saat jatuh tempo. Financial distress dinyatakan bahwa perusahaan dalan kondisi cash flow yang sangat minim sehingga menyebabkan terjadinya gagal bayar, tidak berarti sudah sampai pada tahap insolvent. Sehingga dapat dikatakan bahwa financial distress berarti perusahaan dalam kondisi tidak likuid. Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama kegagalan keuangan (financial failure) dan yang kedua kegagalan ekonomi (economic failure).

Kejadian insolvency dapat dilihat dari nilai assets perusahaan lebih rendah dari hutangnya. Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengujian bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress seperti : 1. Laba bersih sebelum pajak negatif selama dua tahun berturut-turut (Almalia, 2006). 2. Nilai buku ekuitas negatif dua tahun berturut-turut (Almalia, 2006). 3. Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini (Whitaker, 1999). 4. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi (Tirapat dan Nittayagasetwat, 1999). 5. Mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif (Eliomi dan Gueyle, 2001) Untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya kebangkrutan, perusahaan dapat mengawasi kondisi keuangan dengan menggunakan teknik-teknik analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka dapat diketahui kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan. Selain itu, juga dapat diketahui kelemahan serta hasil yang dianggap cukup baik dan potensi kebangkrutan perusahaan tersebut (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan (Almilia dan Kristijadi, 2003).

Foster (1986) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan yaitu: 1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu. 2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan. 3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan dengan rasio keuangan. 4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Berdasarkan keempat tujuan analisis laporan keuangan menurut Foster (1986) di atas, maka dilakukanlah analisis rasio keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Laporan keuangan bisa dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang ada. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang telah dialami. Penelitian tentang prediksi kondisi financial distress dengan menggunakan analisis rasio telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Luciana dan Kristijadi (2003) yang menggunakan rasio-rasio keuangan yang digunakan oleh Platt dan Platt (2002). Rasio keuangan yang digunakan oleh Platt dan Platt (2002) adalah rasio keuangan yang berasal dari informasi di dalam Neraca dan Laporan Rugi Laba. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Luciana dan Meliza (2003), yang menggunakan

rasio keuangan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan pasca IPO dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah: rasio profit margin yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan (NI/S), rasio financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA), rasio likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancer (CA/CL), rasio pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva (GROWTH NI/TA). Selain itu Yolanda dan Mudji (2009) juga melakukan penelitian menggunakan rasio keuangan dari laporan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa rasio CFFO/TA, CFFO/S, IPPE/PPE, CHWC/TU, RPPE/TS, DI/TS signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress. Perusahaan sektor textile dan garmen merupakan salah satu kategori perusahaan dalam industri manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia. Sektor ini menjadi menarik untuk dijadikan objek penelitian karena krisis keuangan global mengakibat penurunan tingkat produksi mencapai 10% dan pembengkakan biaya produksi hingga 25% dan berpotensi melakukan PHK secara besar-besaran (lembaga penelitian SMERU, 2009). Hal tersebut dapat dilihat dari kesulitan pendanaan yang disebabkan oleh kebijakan manajemen yang dirasa lambat dalam melakukan diversifikasi dan membaca pasar. Akibatnya para pelaku domestik harus berbagi pasar dengan perusahaan asing. Kenyataannya adalah 70% pangsa pasar saat ini harus dipenuhi oleh pesaing yang banyak berasal dari negara asing terutama produk-produk buatan Cina. Banyaknya produk textile dari Cina membuat kelangsungan operasional perusahaan dalam penjualannya menjadi tidak stabil di dalam negeri. Kekhawatiran

ini beralasan karena harga produk mereka jauh di bawah harga textile dalam negeri dan dari segi kualitas tidak kalah bagusnya (Yuanita, 2010) Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul Rasio Keuangan sebagai Prediktor Kondisi Financial Distress Perusahaan pada Sektor Textile dan Garment yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2012. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana rasio keuangan berbeda antara perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress dengan perusahaan dalam keadaan financial distress pada sektor tekstil dan garmen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012? 2. Apakah rasio keuangan yang berasal dari laporan laba rugi, neraca dan arus kas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Memberikan bukti empiris, variabel rasio keuangan berbeda secara signifikan terhadap kondisi perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan dalam keadaan financial distress pada sektor tekstil dan garmen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. 2. Memberikan bukti empiris, rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas kondisi financial distress sektor tekstil dan garmen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi manajemen perusahaan, agar penelitian ini bisa digunakan sebagai peringatan awal untuk segera melakukan tindakan korektif demi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. 2. Bagi peneliti lain, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengkaji masalah yang sama sehingga segala kekurangan yang ada pada penelitian ini dapat disempurnakan. 3. Bagi penulis, untuk mendapatkan pengetahuan dan dapat lebih memahami tentang memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012. Periode ini diambil karena dipandang cukup mewakili untuk memprediksi financial distress perusahaan serta mengingat akan kelengkapan setiap item data yang dibutuhkan dalam penelitian. Prediksi kesulitan keuangan perusahaan ini menggunakan model multinomial logit dengan melihat rasio keuangan perusahaan yang berasal dari laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas. 1.6 Sistematika Penelitian Secara garis besar penelitian ini dibagi atas lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup peneitian dan sistematikaa penelitian. Bab II : Tinjauan Literatur Berisikan teori-teori yang berkaitan dengan objek penelitian, peneitian terdahulu, serta kerangka teoritis dan hipotesis penelitian. Bab III : Metode Penelitian Berisikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, defenisi operasional dan variabel penelitian, teknik analisis data. Bab IV : Analisis dan Pembahasan Berisikan pembahasan mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Bab V : Penutup Berisikan kesimpulan dari uraian yang telah dipaparkan dalam landasan teori, keterbatasan penelitian, serta saran dan implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan.