BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Deskripsi Tema 4.1.1 Arsitektur Neo Vernakular Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern yang timbul karena protes dari pada arsitek terhadap pola-pola yang bekesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Arsitektur Neo-Vernakular berasal dari bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim yang artinya baru, sehingga Neo Vernakular yang berarti cara baru. Arsitektur Neo Vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyak mengalami pembauran menuju suatu karya yang lebih modern tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Arsitektur Neo Vernakular merupakan konsep arsitektur yang pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kromologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan. 4.1.2 Ciri-Ciri Arsitektur Neo Vernakular Menurut Charles Jencks dalam buku Language of Post-Modern Architecture (1986), maka dapat di paparkan cirri-ciri Arsitektur Neo Vernakular adalah; 1. Menggunakan atap bumbungan 2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 80
3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal 4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan 5. Menggunakan warna-warna yang kuat dan kontras. 4.2. Konsep Aplikasi Tematik Untuk menghasilkan suatu bentuk arsitektural,maka dalam mengimplementasikan tema ke dalam proses desain diperlukan suatu kajian arsitektural yang dapat dijadikan sebagai pendekatan untuk mengaplikasikan tema menjadi produk desain arsitektural yang tematik. Pendekatan desain tematik yang digunakan yaitu Arsitektur Neo Vernakular. Konsep aplikasi tematik pada objek rancangan dapat dilihat pada beberapa penerapan tema ke dalam perancangan dibawah ini; - Denah Penggunaan tipologi denah dari bangunan candi prambanan yaitu denah candi Syiwa kedalam desain Prambanan Heitage Hotel & Convention. Gambar 50. Denah Rekonstruksi Candi Syiwa (Sumber: Album Arsitektur Candi, 2016) - Warna Tema ini mengguanakan ciri-ciri warna yang kontras dan mencolok. - Fasade Menggunakan atap khas daerah jawa berupa atap joglo limasan dan joglo semar tinandu, dan tipe atap joglo ceblokan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 81
- Lansekap Menggunakan beberapa tanaman asli dari daerah Jawa Tengah sebagai penghias dan peneduh pada ruang luar seperti pepohonan dan tanaman hias. - Ornamen Penggunaan beberapa ornamen pada interior dan eksterior bangunan seperti relief-relief Ramayana, singa yang diapit kalpataru, dll. 4.3 Konsep Bangunan 4.3.1 Organisasi Ruang Guest Rooms Restoran Service hotel / Back of Loading dock Guest Rooms Gym Centre Kolam Renang Bar Guest Rooms Konvensi, r. meeting, Core & Serviece Lobby Hotel Lounge Coffe Shop SPA Guest Rooms Fas. Penunjang Lobby konvensi Guest Rooms Core & Serviec Area Pegawai Service Konvensi Service Konvensi Gambar 51. Organisasi Ruang Lantai 1 & 2 (Sumber: Dokumen Pribadi) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 82
Guest Rooms Core & Serviec Core & Serviec R. ME Parkir Basment 1 Sirkulasi dalam bangunan Gambar 52. Organisasi Ruang Lantai 3 & Basment 1 (Sumber: Dokumen Pribadi) o Vertikal : Lift dan Tangga o Horizontal : Pola sirkulasi yang digunakan sebagai penghubung antar ruang apada bangunan lain, yaitu : Pola sirkulasi linear : Koridor unit hotel, kantor dan konvensi Pola sirkualsi radial : Pola penyebaran dari core menuju masing-masing fungsi utama hotel dan konvensi. Pola sirkulasi network : Pola penyebaran dari konvesi, hotel dan restoran. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 83
4.3.2 Zoning Horizontal Keterangan : Deluxe Rooms Junior Suite President Suite Restoran Bar SPA Fitnes/ Gym Centre Restoran Sewa Toko Coffee shop Lounge Front Office Gallery Toilet Mushola Bussines Room Ruang Pertemuan Convention hall Back of house hotel Konvensi Service Gambar 53. Zoning Horizontal Kawasan (Sumber: Dokumen Pribadi) 4.3.3 Zoning Vertikal Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 84
Gambar 54. Zoning Vertikal Kawasan (Sumber: Dokumen Pribadi Pada dasarnya zoning vertikal dibagi menjadi 2 lapis. Lapisan dasar merupakan lapisan penerima, dan fasiliatas penunjang hotel, dan lapisan kedua merupakan lapisan guest room. 4.3.3 Massa Bangunan Massa bangunan terbagi menjadi 2 bagian yaitu hotel dan konvensi. Massa hotel terdiri dari 3 lantai yaitu lantai 1 sebagai daerah penerima tamu, dan fasilitas penunjang hotel dengan ketinggian lantai 3 m, dan lantai 2 sebagai daerah fasilitas hunian dan fasilitas penunjang hotel, dan lantai 3 hunian kamar dengan ketinggian 3m per lantai. Massa konvensi terdiri dari 1 lantai dan 1 basment. Lantai 1 merupakan area penerima pengunjung konvensi yang terdiri dari ruang Convention hall, Bussnies room, ruang pertemuan, dan servis konvensi, dengan ketinggian lantai 5 m. Massa hotel dan massa konvensi berorentasi ke ruang terbuka yang berada di tengah site. Hal ini terjadi karena massa bangunan hotel dan konvensi memiliki sifat yang berbeda dimana hotel merupakan zona private dan konvensi zona publik. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 85
Gambar 55. Massa Kawasan Bangunan (Sumber: Dokumen Pribadi) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 86
1. Massa bangunan berbentuk L dan seperti denah candi prambanan yang, dimana setiap bangunan terhubung jalan dan dapat di akses dari berbagai jalan, dan di setiap jalan menuju bangunan lain terdapat tangga, yang membuat bangunan semakin tinggi menuju bangunan utama. 2. Bentuk atap massa bangunan berupa tipe atap joglo pelana dan joglo limasan, dengan modifikasi panjang atap yang di lebihkan sehingga bentuk atap lebih menarik. Bentuk kemiringan atap tetap menerapkan standar yang ada, agar atap berfungsi dengan baik. 3. Pada massa bangunan akan di beri sunshading, dan double glazing agar pencahayaan alami tetap dapat masuk ke dalam ruangan. 4. Material yang digunakan sesuai dengan konsep arsitektur neo vernakular, dengan menggunakan material-material alami seperti batu-batuan, yang di padu dengan material modern yang ramah lingkungan tanpa menghilangkan ke selarasan dengan bangunan di sekitarnya. 4.4 Konsep Struktur Bangunan Pemilihan sistem struktur yang digunakan harus mempertimbangkan hal-hal: 4. Sesuai dan memenuhi kebutuhan fungsi sebagai hotel dan konvensi, seperti memepertimbangkan untuk modul / besaran unit-unit hotel, fasilitas penunjang, dan persyaratan kelengkapan bangunan seperti instalasi AC, plumbing, sistem kebakaran, dll. 5. Keadaan atau kondisi tanah setempat, antara lain: - Kedalaman tanah keras - Permukaan air tanah - Jenis tanah 6. Keadaan atau kondisi lingkungan, antara lain: - Keserasian dengan lingkungan - Kondisi lingkungan - Estetika penampilan struktur bangunan yang diinginkan 7. Persyaratan umum struktur Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 87
- Kekuatan - Kekakuan - Kestabilan - Efisien dan ekonomis Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka sistem struktur yang digunakan adalah: 1. Sub struktur Menggunakan pondasi Bore pile dengan mempertimbangkan: - Pada saat pelaksanaan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya - Cukup kuat untuk menahan gaya lateral dan gaya vertikal - Cocok untuk bangunan bertingkat banyak karena dapat menembus lapisan tanah keras. 2. Upper Struktur - Menggunakan sistem rangka kaku - Dilatasi pada bangunan kamar dengan bangunan kamar lainnya 3. Rangka Atap Rangka atap dan fasade menggunakan baja, di karenakan sangat mendukung untuk desain fasade atap dengan bentang yang cukup lebar. 4. Penutup Atap Penutup atap menggunakan atap sirap aspal ( Bitumen), di karenakan: - Berat 10,5 kg per meter persegi - Bisa mengikuti berbagai macam bentuk atap dengan kemiringan bervariasi dari 22,5 hingga 90 derajat. - Tidak akan terjadi retak rambut yang menimbulkan kebocoran - Tahan api dan terpaan angin - Dilindungi lapisan anti jamur dan anti pudar 4.5 Konsep Utilitas Bangunan 4.5.1 Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara yang digunakan ada 2 macam, yaitu untuk bangunan utama berupa lobby, restoran, konvensi, dan fasilitas penunjang lainnya menggunakan sistem AC central, dengan pertimbangan: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 88
- Pengkondisian di seluruh ruangan di sentralisasikan dari pengkondisian udara pada bangunan - Maintancenya lebih mudah - Ekomomis Sedangkan untuk bangunan hunian kamar hotel menggunakan AC split. Cooling Tower AHU Ruang-ruang Kompresor Kondensor Evaporator 4.5.2 Sistem Penerangan Gambar 56. Skema Distrubusi AC Central (Sumber: Hasil Analisa, 2016) Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem penerangan adalah - Kegiatan dan fungsi ruang - Kenyamanan pengunjung - Persyaratan kuat penerangan Penerangan yang digunakan di hotel ini: - Kamar-kamar menfaatkan pencahayaan alami, dan sedikit pencahayaan buatan digunakan - Pencahayaan buatan digunakan di ruang-ruang umum dan service 4.5.3 Sistem Sirkulasi Vertikal Sistem sirkulasi vertikal menggunakan tangga dan lift, Hotel - 10 Tangga umum hotel - 8 Lift Umum hotel - 4 lift umum konvensi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 89
4.5.4 Sistem Daya Listrik Sumber tenaga listrik di dapat dari : - PLN melalui gardu utama - Generator set, dipergunakan untuk mengatasi keadaan darurat bila saluran dari PLN padam Peletakan Gen-Set harus diperhatikan untuk menghindari efek getaran, kebisingan, bahaya dan resiko kebakaran M PC. Penerangan PLN Gardu Listrik Trafo PC. AC S Panel Utama PC. Pompa PC. Lift Gen-Set PC. Plumbing 4.5.5 Sistem Plumbing Gambar 57. Skema Distrubusi Daya Listrik Hotel & Konvensi (Sumber: Hasil Analisa, 2016) a. Sistem Air Bersih PAM M Rsv. Bawah Rsv. Atas Lantai kamar Hydrant Deep Well Kolam Gambar 58. Skema Distrubusi Air Bersih (Sumber: Hasil Analisa, 2016) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 90
Rsv. Atas P Rsv. Bawah M PAM P Rsv. Bawah M PAM Deep Well Down Feed Deep Well Up Feed - Tekanan air rendah - Tekanan air tinggi - Menambah beban ( Rev. atas) - Tidak menambah beban - Untuk kamar-kamar tamu - Kebakaran, dapur, air panas, kolam PAM M Rev. Bawah P Boiler Deep Well P Lantai Bangunan Gambar 59. Skema Distrubusi Air Panas (Sumber: Hasil Analisa, 2016) Toilet STP Dapur Rial Kota Air Hujan, KM/ WC Gambar 60. Skema Distrubusi Air Hujan dan Air Kotor (Sumber: Hasil Analisa, 2016) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 91
4.5.6 Sistem Pencegahan Kebakaran Pencegahan aktif - Fire sprinkler - Alat pemadam kimia portable - Fire alarm - Fire detector - Fire hydrant/ hose reel Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 92