BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepeda adalah kendaraan roda dua yang sejajar, didorong oleh pedal yang terhubung ke roda belakang dengan rantai, dan memiliki setang untuk kemudi dan kursi sepeda (dictionary.com, 2016). Manfaat sepeda sudah tidak diragukan lagi. Dari segi kesehatan memperbaiki kardiovaskular, meningkatkan kekuatan otot, merawat sendi, menjaga berat badan, menurunkan tingkat stres dan menurunkan risiko penyakit lainnya (alodokter.com, 2016). Manfaat lain, dalam perkotaan sepeda menjadi solusi atas kemacetan dan polusi udara. Dikutip dari Litbang Kompas pada tahun 2010, sekitar 75 persen menyatakan. kini makin banyak warga kota yang menggunakan sepeda sebagai aktivitas. Seperti olahraga atau hobi saja. Di Bandung, mendukungnya suhu udara membuat popularitas sepeda sangat tinggi. Hampir setiap minggu selalu ada funbike yang diikuti oleh berbagai macam pesepeda. Pemerintah Kota Bandung juga mendukung sepeda dengan adanya program car free day yang diadakan setiap hari minggu. Beserta Jumat bersepeda yang akhir-akhir ini digagas oleh pemerintah Kota Bandung. Jumlah komunitas juga tumbuh berkembang pesat. Dari bike to work Bandung, yang anggotanya para pekerja yang bersepeda. Lalu ada bike to school dan bike to campus yang anggotanya adalah para mahasiswa dan pelajar. Atau Komunitas berdasarkan jenis hobi sepedanya seperti sepeda gunung, roadbike, fixed gear atau sepeda lipat. Komunitas menjangkau dari segala segmen umur dan jenis sepeda. Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan apresiasi terhadap sepeda sangat diterima di kota Bandung. Bertumbuhnya pengguna sepeda di Kota Bandung ternyata tidak membuat aturan bersepeda menjadi ada. Walaupun belum ada aturan secara jelas, ternyata pesepeda dilindungi didalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Pada pasal 61 yang tertulis tentang persyaratan teknis kendaraan tidak bermotor setidaknya diharuskan memiliki konstruksi, sistem kemudi, sistem roda, sistem rem, lampu dan pemantul cahaya, dan alat peringatan bunyi. Selain persyaratan tersebut, beberapa hal terkait etika 1
bersepeda belum dijadikan undang-undang atau panduan tertulis untuk pemula yang seharusnya ada pada komunitas sepeda. Seperti penggunaan helm, aturan sepeda berpenumpang dan aturan keselamatan bersepeda lainnya. Etika bersepeda pada dasarnya bertujuan untuk keselamatan pesepeda sekaligus pengguna jalan lainnya. Keselamatan bersifat keharusan dilaksanakan agar dapat memberi rasa aman dijalan raya dan terhindar dari cedera ketika bersepeda. 1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut maka identifikasi masalah dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Didalam UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, belum secara jelas memaparkan aturan tentang bersepeda dengan baik. 2. Belum ada yang mengatur bagaimana bersepeda yang baik, bila dibandingkan kendaraan sepeda motor. 3. Hukuman lalu-lintas berupa tilang, tidak berlaku untuk pesepeda. Karena aturan yang dianggap tidak ada. Berpotensi menyebabkan kecelakaan terhadap kendaraan lain. 1.2.2 Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi komunikasi visual agar pesepeda peduli dengan etika agar memenuhi keselamatan? 2. Bagaimana merancang komunikasi visual agar etika bersepeda diperhatikan oleh pesepeda? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup masalah berfokus pada etika dan etiket bersepeda di jalan raya. 1.3.1 Apa Permasalahan adalah dari ketidakjelasan aturan dan etika bersepeda di jalan raya. 2
1.3.2 Siapa 1. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita 2. Usia : 15 65 tahun 3. Psikografis : Remaja-dewasa, anggota komunitas sepeda 4. Strata sosial : Ekonomi menengah keatas 5. Pengguna sepeda yang menggunakan sepeda sebagai transportasi, olahraga dan rekreasi yang menggunakan sepeda satu kali dalam sepekan. 1.3.3 Kapan Permasalahan ini ketika aktivitas didalam komunitas sepeda, Penelitian dilakukan dari September Desember 2016. 1.3.4 Dimana Masalah terjadi di Kota Bandung yang sudah menjadi ramah Sepeda dan berada ditempat-tempat komunitas sepeda berada. 1.3.5 Mengapa Etika bersepeda sangat penting terutama dijalan raya agar terjadi harmonisasi di jalan raya 1.3.6 Bagaimana Dengan merancang komunikasi visual agar pengguna sepeda dapat mengetahui etika bersepeda secara baik. 1.4 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini ialah agar pesepeda dapat memahami etika bersepeda di jalan raya. Efek yang diharapkan adalah dapat membuat aman dan selamat untuk pengguna sepeda di jalan raya. 1.5 Manfaat Perancangan 1. Bagi Keilmuan Desain Komunikasi Visual Berkontribusi memberikan referensi dan pustaka terhadap perancangan kampanye melalui sudut pandang Desain Komunikasi Visual 2. Bagi Masyarakat 3
Dapat menjadi panduan etika bersepeda dijalan raya, sehingga dapat memperhatikan keselamatan. 3. Bagi Perancang Dapat melatih perancang untuk menemukan solusi sekaligus berpikir kritis dari fenomena dan masalah yang ada di masyarakat. 1.6 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Dengan metode kualitatif, Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek secara alamaiah dan menekankan pada makna dari pada generalisasi (Sugiyono,2014:9), dan cara pengumpulan data sebagai berikut; 1. Kuesioner Melalui kuesioner, dapat mengetahui secara langsung mempelajari sikap dan perilaku pesepeda di Kota Bandung. Sehingga didapatkan karakteristik pesepeda ketika di jalan raya dan tentang etika bersepeda yang baik. 2. Wawancara Dengan melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan komunitas sepeda di Bandung. Pihak yang di wawancara adalah pihak yang dianggap paling berpengaruh didalam suatu komunitas sepeda tersebut. 3. Observasi Menurut (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193) Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasilnya dapat berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasan tertentu dan perasaan emosi seseoraing. Dalam observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran nyata dari suatu peristiwa atau kejadian. Observasi yang dilakukan yakni terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pengguna gaya hidup sepeda di Bandung. 4. Studi Literatur 4
Studi literatur dilakukan untuk mendukung bentuk perancangan kampanye. Teori pengumpulan data dengan melakukan kajian yang berkaitan tentang teori kampanye, teori komunikasi visual, teori komunikasi, teori pemasaran, teori periklanan. Bentuk studi literatur diantaranya buku, jurnal, artikel media massa, sumber internet dan sumber kredibel yang lain. 1.7 Analisis Data Perancangan kampanye ini menggunakan 1.8 Kerangka Perancangan FENOMENA Meningkatnya jumlah pesepeda tidak membuat kesadaran etika bersepeda meningkat LATAR BELAKANG 1. Aturan dalam etika bersepeda belum secara detail membahas tentang etika bersepeda. 2. Didalam komunitas tidak ada aturan tertulis tentang bersepeda yang baik untuk pemula RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana strategi komunikasi visual agar pesepeda peduli dengan etika agar memenuhi keselamatan? 2. Bagaimana merancang komunikasi visual agar etika bersepeda diperhatikan oleh pesepeda? PENGUMPULAN DATA Observasi Meneliti langsung komunitas sepeda di Kota Bandung. Kuesioner Dengan menyebarkan angkat Wawancara Tokoh Komunitas Sepeda Studi Literatur Buku, jurnal dan artikel Analisis Target Audiens (AOI) ANALISIS DATA Analisis SWOT Matriks SWOT Analisis Kampanye Sejenis Analisis Media (AIDA) PERANCANGAN PERANCANGAN ILUSTRASI PERMAINAN KARTU SEBAGAI MEDIA KAMPANYE ETIKA BERSEPEDA 5
KESIMPULAN DAN SARAN Tabel 1.1 Kerangka Perancangan Sumber: Dokumentasi Pribadi 6