BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi dengan bahasa asing khususnya bahasa, kemampuan untuk memilih jenis ungkapan yang tepat sangat penting. Dalam bahasa, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Ishimori (1994:710), hyougen adalah mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan dan dirasakan dalam kata-kata, warna, bentuk dan lain-lain. Kemudian menurut Kindaichi (1994:1842) hyougen adalah ungkapan perasaan, pikiran yang ditunjukkan dalam bentuk isyarat, bahasa, ukiran, gambar, musik dan lain-lain yang dapat mengungkapkannya. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan hyougen adalah ungkapan yang menunjukan perasaan, pikiran dan lain-lain yang dapat ditunjukkan melalui isyarat, bahasa, ukiran, musik dan lain-lain. Dengan kata lain hyougen berfungsi mengungkapkan perasaan dan kehendak kepada orang lain sehingga memudahkan lawan bicara untuk mengerti dan memahami maksud kita. Pemakaian hyougen selalu disesuaikan dengan makna, maksud, inti yang terkandung dalam kalimat yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Bentuk-bentuk kalimat yang akan digunakan itulah yang disebut dengan hyougen/ungkapan. 1
Iori Isao (2000:146), membedakan ungkapan berdasarkan perasaan penutur yaitu ungkapan yang menyatakan perintah, ungkapan yang menyatakan permohonan dan ungkapan yang menyatakan ajakan. Ketiga ungkapan tersebut memiliki fungsi yang sama, untuk menyampaikan keinginan kepada lawan bicara agar melakukan sesuatu. Dari segi penggunaannya, verba ini memiliki situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan mengenai kondisi penggunaan dan perbedaan karakteristik mengenai ungkapan-ungkapan tersebut, agar tidak terjadi kesalahan penggunaan. Dalam kehidupan sehari-hari, pada saat kita meminta bantuan orang lain untuk mengerjakan sesuatu, dalam bahasa Indonesia sering diungkapkan dengan kata tolong yang diikuti dengan hal atau aktivitas yang pembicara ingin sampaikan kepada lawan bicara untuk melakukannya. Berbeda dalam bahasa, banyak sekali bentuk ungkapan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan permohonan tersebut, sesuai dengan situasi, kapan dan dimana pembicara tersebut mengungkapkan keinginannya. Oleh karena itu, kurangnya pengetahuan mengenai ungkapan permohonan akan menimbulkan kesalahan berbahasa dikalangan pembelajar bahasa. Menurut Mefa Herlina (2003) ungkapan permohonan langsung bahasa mempunyai struktur tersendiri dalam penbentukannya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, usia, jenis kelamin, situasi dan kondisi, hubungan kedekatan antara dan pembicara dan lawan bicara, sehingga hal tersebut 2
berpengaruh dalam menentukan bentuk ucapan yang akan dipergunakan dalam hal tingkat kesantunan dan keresmian pada saat pengungkapannya. Untuk menggunakan ungkapan permohonan dalam bahasa tidaklah mudah. Hal ini, dikarenakan bahasa memiliki tingkatan bahasa yang akan berpengaruh pada permasalahan kesopan santunan dalam bertutur, termasuk bagaimana caranya menggungkapkan suatu permohonan kepada lawan bicara. Dilingkungan sosial orang yang memiliki kedudukan lebih rendah biasanya menggunakan bentuk sopan ketika berbicara dengan orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, sebaliknya orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi akan menggunakan bentuk biasa. Dilingkungan kerja seseorang bawahan akan menggunakan bentuk hormat ketika berbicara dengan atasannya dan sebaliknya atasan akan menggunakan bentuk biasa. Begitu juga seorang junior akan berbicara sopan pada seniornya baik dilingkungan kerja maupun dilingkungan sekolah. Namun, dilingkungan keluarga, ragam bahasa yang digunakan pada umumnya ragam bahasa non formal. Berikut ini contoh ungkapan permohonan bahasa. (1) 地図を書いてください (2) 地図を書いてくださいませんか (Ogawa:2003) Dari dua contoh kalimat di atas, dapat kita simpulkan bahwa kalimat tersebut sama-sama memiliki arti yang sama yaitu memohon untuk menuliskan peta kepada lawanbicara. Jika kita lihat dari konteks kepada siapakah kalimat 3
tersebut ditujukan. Pada kalimat (1) kalimat tersebut hanya bisa digunakan kepada teman, bawahan. Akan tetapi kalimat tersebut memiliki kesan kurang sopan jika diucapkan kepada seorang atasan. Sedangkan pada kalimat (2) diucapkan ketika pembicara ingin memohon sesuatu kepada sensei, atasan atau orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pembicara. Seseorang yang memiliki kemampuan dalam tata bahasa belum tentu bisa menggunakan irai hyougen dengan baik dan benar. Pada waktu peyampaian ungkapan permohonan kepada lawan bicara, agar tidak menimbulkan kesalahan, kita harus memperhatikan situasi percakapan dan siapakah yang menjadi lawan bicara kita serta penggunaan bentuk irai hyougen manakah yang tepat bagi lawan bicara. Oleh karena itu, kita sedapat mungkin harus menyesuaikan tingkat kesantunan berbahasa di dalam meyampaikan tuturan memohon tersebut kepada lawan bicara. Sepengetahuan penulis, ungkapan permohonan sering muncul dalam buku pelajaran bahasa dan sering dipakai dalam percakapan bahasa sehari-hari. Akan tetapi ungkapan permohonan tidak dibahas secara khusus dalam perkuliahan dan buku-buku referensi yang membahas tentang irai hyougen sulit ditemukan. Pada hal ungkapan dan pola seperti ini banyak sekali muncul dalam novel-novel, artikel, teks pada buku pelajaran, atau bahkan dalam ujian kemampuan bahasa. Jika dilihat dari penggunaan sehari-hari serta pengalaman pribadi penulis, pemahaman terhadap penggunaan permohonan tersebut terkadang masih 4
menimbulkan kesalahan penggunaan. Penyebabnya adalah tata bahasa yang kurang dimengerti sewaktu perkuliahan dan akibat dari budaya dan kebiasaan yang berbeda dengan bahasa target pembelajar. khususnya bagi pembelajar bahasa yang memiliki budaya yang berbeda dengan seperti Indonesia. Dalam memahami sebuah permohonan, pembelajar seringkali tidak paham dengan maksud pembicara yang sebenarnya. Sebagai pembelajar bahasa sebaiknya memperdalam pengetahuan khususnya pengetahuan budaya dari bahasa yang sedang dipelajari, baik budaya non verbal (kebiasaan/tingkah laku orang ) maupun budaya verbal (bahasa dan ungkapan). Materi tentang irai hyougen telah dipelajari mahasiswa ketika berada pada semester dua pada mata kuliah percakapandan tata bahasa. Materi ajar mengenai irai hyougen terus berlanjut dipelajari sampai semester enam terutama pada mata kuliah percakapan. Oleh karena itu, mahasiswa semester enam dijadikan sebagai responden, karena telah memiliki pengetahuan yang cukup dan telah mempelajari irai hyougen kurang lebih selama dua tahun. Untuk mengetahui kemampuan serta permasalahan yang terjadi mengenai irai hyougen. Berdasarkan permasalahan itu, pemahaman mahasiswa terhadap ungkapan permohonan perlu diukur dan diberi tindak lanjut jika pemahamannya ternyata kurang. Untuk mengukur pemahaman tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul: Analisis Kemampuan Irai Hyougen Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Sastra Universitas Bung Hatta tahun ajaran 2012/2013. 5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di latar belakang masalah, maka dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan mahasiswa Sastra Universitas Bung Hatta tingkat III dalam memahami penggunaan ungkapan permohonan Bahasa? 2. Faktor-faktor kesulitan apa saja yang dialami mahasiswa Sastra Bung Hatta tingkat III pada saat mempelajari ungkapan permohonan? 3. Bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitankesulitan tersebut? C. Batasan Masalah Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya meneliti kemampuan mahasiswa dalam memahami irai hyougen yang tergambar dari hasil data tes. 2. Penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor kesulitan mahasiswa dalam mempelajari irai hyougen. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa Sastra Universitas Bung Hatta tingkat III dalam pemahaman ungkapan permohonan Bahasa. 2. Untuk mengetahui faktor kesulitan mahasiswa Sastra Bung Hatta tingkat III dalam mempelajari ungkapan permohonan. 6
3. Untuk mengetahui usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitankesulitan tersebut. E. Manfaat Penelitian Manfaat secara teoritis Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang akan memberikan pemahaman mahasiswa dalam penggunaan ungkapan permohonan/irai hyougen. Manfaat secara praktis a. Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat menambah wawasan serta pengalaman tentang ungkapan ungkapan permohonan/irai hyougen. b. Bagi jurusan pendidikan bahasa Ikut serta memberikan informasi tentang terhadap kondisi mahasiswa mengenai pemahaman penggunaan ungkapan permohonan/irai hyougen. c. Bagi pengajar bahasa Menjadi referensi bagi pengajar bahasa untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa dan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penggunaan ungkapan permohonan/irai hyougen sehingga mengetahui gambaran kondisi mahasiswa dan dapat menemukan metode pengajaran yang lebih baik guna mencegah kesalahan yang mungkin dibuat mahasiswa dalam penggunaan ungkapan permohonan tersebut. 7
F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penelitian. Bab II Kajian Teori Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang membahas mengenai irai hyougen serta penelitian terdahulu. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini berisi tentang metode dan teknik penelitian seperti populasi, sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan pengolahan data penelitian. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis tentang variabel yang diteliti, yaitu kemampuan tentang penggunaan irai hyougen. Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan dan hasil analisis penelitian, serta membahas saran-saran untuk penelitian selanjutnya. 8
9