BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

Self-Efficacy Mahasiswa Prodi PMA Dalam Pembelajaran Kalkulus Oleh: Budi Irwansyah, M.Si 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang pendidikan No. 12 tahun 2012 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mereka dan kejadian di lingkungannya (Bandura, dalam Feist & Feist, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara kontekstual Bandura, (1994 dalam Swanepoel et al., 2015)

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

FMIPA PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP Bima

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB II KAJIAN TEORI. element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIDAN DAN PEMBAHASAN. yang sedang mengerjakan Skripsi. Kuesioner yang disebar sebanyak 80

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan..i. Kata Pengantar.ii. Daftar Isi..v. Daftar Tabel ix. Daftar Bagan...x. Daftar Lampiran...xi

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Univariat Usia responden merupakan salah satu karakteristik responden yang berkaitan dengan pengalaman dan daya berpikir seseorang, Semakin bertambah umur seseorang cenderung memiliki pengalaman yang banyak serta memiliki daya berpikir yang lebih positif dalam mengendalikan masalah. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk mampu menguasai situasi dan memproduksi hal positif. Schwarzer (2005) berpendapat bahwa dengan adanya self efficacy, individu akan lebih memilih latar belakang yang menantang serta menjelajahi lingkungan, individu yang mampu menguasai berbagai situasi akan mengetahui langkah-langkah untuk bertindak sehingga perlu menambah wawasan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sedang menyelesaikan tugas akhir memiliki self efficacy rendah sebanyak 32 responden (64%), sedangkan 18 responden memiliki self efficacy yang tinggi (36%). Hasil penelitian ini secara umum, menunjukkan bahwa self efficacy yang dirasakan oleh mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS berada dalam kategori rendah. Hal ini berarti mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir kurang memiliki self efficacy. Berdasar tabel 4.1 diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa D IV Bidan Pendidik memiliki usia 22 tahun dengan tingkat self efficacy paling banyak dalam kategori rendah, sedangkan

mahasiswa dengan usia di atas 22 tahun, hampir semua memiliki self efficacy tinggi. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya pengalaman yang lebih banyak dimiliki mahasiswa dengan usia di atas 22 tahun dibanding dengan mahasiswa dengan usia 22 tahun sehingga lebih mampu menguasai situasi. Berdasar hasil pengisian kuesioner responden, didapatkan bahwa mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS dengan self efficacy rendah, didominasi oleh aspek generality. Hasil tersebut disebabkan oleh karena mahasiswa merasa kurang mendapat dukungan dari dosen pembimbing dan teman, serta merasa dirinya kurang yakin dapat menyelesaikan tugas akhir sebelum batas akhir waktu yang telah ditentukan oleh akademik. Hal ini berkaitan dengan aktivitas lain yang menjadi salah satu kendala mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir. Namun, berbeda pada mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi cenderung memiliki aspek strenght tinggi. Mereka berusaha meyakinakan diri untuk tidak mudah menyerah dalam memperbaiki dan menghadapi berbagai kendala dalam menyelesaikan tugas akhir. Penelitian yang berbeda mengenai tingkat self efficacy mahasiswa menunjukkan bahwa self efficacy mahasiswa berada paling banyak pada kriteria tinggi sebanyak 60 orang (56%) dan pada kriteria sedang sebanyak 47 orang (44%), penelitian ini diungkapkan oleh Rizky (2014). Meskipun demikian, perbedaan tingkat self efficacy ini tidak menjadi masalah, karena tingkat self efficacy pada masing-masing individu tidak selalu sama meski pada beban tugas yang sama.

Tingkat self efficacy ini sesuai dengan pernyataan yang disebutkan Bandura (1997) bahwa self efficacy seseorang akan meningkat atau menurun tergantung sifat tugas yang dihadapi, penghargaan, peran sosial, dan informasi positif atau negatif tentang diri seseorang sehingga dapat menimbulkan tingkat self efficacy yang berbeda pada masing-masing individu. Menurutnya, keyakinan akan kemampuan diri individu dapat bervariasi pada masing-masing dimensi (level, generality, strenght) (Feist, 2011). Alwisol (2009) sependapat bahwa self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi yang telah dicapai di masa yang telah lalu (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience) yang diperoleh melalui model sosial, persuasi sosial (social persuation) yang menyebabkan adanya rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan pembangkitan emosi (emotional physiological states). Sejalan dengan Locke dan Hanne yang mengungkapkan bahwa self efficacy berkaitan dengan keyakinan individu tentang kapasitas total yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu tugas (Indrastuti, 2012). Self efficacy yang kuat mendorong seseorang berusaha keras dan optimis memperoleh hasil positif atau keberhasilan. Berdasar tabel 4.3 megenai distribusi frekuensi tingkat stres mahasiswa menunjukkan bahwa reaksi fisik dan psikologis yang diakibatkan stressor berbeda pada setiap mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Sebagian besar responden mengalami stres sedang yaitu sebanyak 29

responden (58%), 20 responden (40%) mengalami stres dalam kategori ringan dan 1 responden (2%) mengalami stres dalam kategori berat. Hal ini berarti bahwa 2% dari keseluruhan responden merasakan tekanan yang kuat selama menyelesaikan tugas akhir. 58% responden merasakan tekanan dalam menyelesaikan tugas akhir, namun tidak terlalu kuat, dan 40% responden menganggap tugas akhir tidak memberikan dampak yang berarti terhadap dirinya. Mahasiswa dengan tingkat stres sedang sebagian besar memeroleh skor yang didominasi oleh indikator reaksi berlebihan, tegang, dan sulit mentolerir gangguan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena mahasiswa menganggap bahwa tugas akhir merupakan tantangan terbesar dalam tugas akademik yang harus diselesaikan sehingga menimbulkan respon fisiologis yang berlebih seperti merasakan jantung berdebar lebih cepat dari biasanya ketika menghadapi ujian validasi proposal dan ujian hasil penelitian. Selain itu, mahasiswa sering merasa gemetar, akral dingin, dan merasa kurang nyaman saat melakukan bimbingan tugas akhir. Hal tersebut dapat terjadi setiap mahasiswa melakukan bimbingan tugas akhir paling sedikit satu minggu satu kali bimbingan. Hasil penelitian ini didukung oleh teori dari Lovibond yang menyatakan bahwa stres sedang, dialami ketika gejala stres seperti berlebihan terhadap suatu situasi, tegang, tidak mampu untuk bersantai, sensitif, mudah marah, mudah terkejut, gelisah dan tidak toleran terhadap gangguan atau keterlambatan terkadang dialami oleh pelajar (Lovibond, 2010).

Selanjutnya mahasiswa dengan tingkat stres ringan ini sebagian besar merasa tidak memiliki banyak ide untuk mengatasi kesulitan saat menyusun tugas akhir, dan merasa sulit bernapas ketika revisi tugas akhir mahasiswa ditolak oleh dosen pembimbing sehingga membuat mahasiswa merasa takut tanpa alasan yang jelas untuk melakukan bimbingan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Psychology Foundation of Australia (2010) bahwa stres ringan dapat terjadi beberapa menit atau jam dengan gejala kesulitan bernapas (sering terengah-engah), merasa goyah, takut tanpa alasan yang jelas, dan merasa lega jika situasi berakhir. Berikutnya adalah mahasiswa dengan tingkat stres berat disebabkan oleh karena adanya perselisihan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing yang terjadi setiap kali bimbingan tugas akhir sehingga mengakibatkan mahasiswa mengalami sakit fisik pada beberapa waktu. Situasi seperti ini menurunkan keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas akhir. Stres berat dapat terjadi dalam beberapa minggu dengan gejala tidak kuat lagi melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada harapan masa depan, sedih dan tertekan, merasa tidak berharga, putus asa, dan berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat (Psychology Foundation of Australia, 2010). Fika Scarfi (2014) mengungkapkan hasil penelitian yang serupa tentang Pengaruh Self Efficacy dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Andalas yang menunjukkan bahwa secara umum stres yang dialami oleh mahasiswa yang sedang menyelesaikan

skripsi di Universitas Andalas berada pada kategori sedang, dan terdapat pengaruh yang signifikan self efficacy dan dukungan sosial terhadap stres mahasiswa. Namun, self efficacy hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap stres mahasiswa. Menurut Sarafino dan Timothy (2012), stres terjadi karena persepsi yang tidak akurat antara tuntutan lingkungan dan sumber daya yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa setiap orang akan merasakan tekanan yang berbeda dari stressor yang sama. Farber menyatakan bahwa stres terjadi ketika ada ketidakseimbangan yang besar antara tuntutan lingkungan dan kemampuan respon individu (Weafer, 2000). Mahasiswa sering mengalami tuntutan di lingkungan akademik terkait dengan proses menyelesaikan tuntutan akademik seperti kemampuan menyelesaikan tugas mata kuliah, ujian semester, tugas akhir dan kemampuan menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa. Tuntutan tersebut dapat menimbulkan tekanan yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres pada mahasiswa di lingkungan akademik (Kalat, 2013). Farber mengungkapkan bahwa apabila mahasiswa mengalami tuntutan yang banyak dari lingkungan namun ia tidak menganggap tuntutan yang ada di lingkungannya sebagai ancaman untuknya, maka ia tidak akan merasakan tekanan yang kuat. Sebaliknya jika mahasiswa mengalami tuntutan yang banyak dari lingkungan kemudian ia menganggap tuntutan yang ada di lingkungan sebagai ancaaman, maka ia akan merasakan tekanan yang kuat (Weafer, 2000).

B. Analisis Data Bivariat Hasil penelitian mengenai tabel silang pada tabel 4.4 menunjukkan korelasi antara dua variabel dengan hasil responden yang memiliki tingkat self efficacy rendah paling banyak mengalami stres sedang sebanyak 23 responden (46%), stres ringan sebanyak 8 responden (16%), dan stres berat 1 responden (2%). Selanjutnya, self efficacy dalam kategori tinggi mayoritas responden mengalami stres ringan sebanyak 12 responden (24%), sedangkan responden yang mengalami stres sedang sebanyak 6 responden (12%), dan tidak ada responden dengan stres berat. Berdasar data tersebut di atas berarti bahwa reaksi psikologis yang diakibatkan oleh penyusunan tugas akhir berbeda pada setiap mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Stres yang dialami oleh mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS dengan self efficacy rendah sebagian besar berada pada kategori sedang, artinya mahasiswa yang kurang yakin terhadap kemampuannya, maka dapat mengahambat penyusunan tugas akhir. Selanjutnya mahasiswa dengan self efficacy tinggi mengalami tingkat stres yang ringan. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa cenderung mengalami dorongan yang kuat untuk meyakini kemampuannya dalam menyelesaikan tugas akhir sehingga tidak menganggap tugas akhir sebagai tekanan atau tuntutan yang kuat terhadap dirinya. Hasil analisis data pada tabel 4.5 diperoleh nilai p-value = 0,002 dan koefisien korelasi (r) sebesar -0,427. Nilai tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 artinya hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima

yaitu ada pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap tingkat stres tugas akhir mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS. Selanjutnya, nilai koefisien korelasi menunjukkan arah negatif dengan kekuatan sedang sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah tingkat stres, dan sebaliknya semakin rendah self efficacy, maka semakin tinggi tingkat stres. Self efficacy dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya pengalaman terdahulu, modeling sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosional. Hal-hal yang memengaruhi self efficacy ini mendorong aspek-aspek self efficacy (General, Level/Magnitude, dan Strenght) menghasilkan dampak self efficacy yaitu berupa tingkat self efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS yang dapat memengaruhi tingkat stres mahasiswa. Adapun tingkat stres mahasiswa dipengaruhi oleh beberapafaktor lain yaitu pengalaman terdahulu, perkembangan diri, kemampuan kontrol, dukungan sosial, dan karakteristik diri yang dapat menimbulkan dampak tingkat stres berupa gangguan fisik dan psikologis. Hasil penelitian serupa juga diungkap Utami (2015) tentang Hubungan Antara Self efficacy dengan Stres Akademik pada Siswa Kelas XI di MAN 3 Yogyakarta yaitu ada hubungan negatif dan signifikan antara Self efficacy dengan stres akademik pada siswa kelas XI di MAN 3 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,495 dan p = 0.000 (p<0,05), artinya semakin rendah Self efficacy maka semakin tinggi stres akademik, dan sebaliknya semakin tinggi Self efficacy maka semakin rendah

stres akademiknya. Sumbangan efektif dari Self efficacy terhadap stres akademik sebesar 24,5%, dengan demikian sumbangan sebesar 75,5% berasal dari faktor lain. Luis (2016) dalam penelitiannya The Evolution of Academic Self Efficacy and Academic Stress on The University Students in Mexico juga mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif yang bermakna antara self efficacy dan stres akademik pada mahasiswa. Mahasiswa di Mexico memiliki self efficacy dan stres akademik dalam kategori sedang. Sejalan dengan hasil penelitian Siska (2011) tentang Hubungan Self efficacy dengan Stres Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi pada Mahasiswa UIN SUSKA Riau Pekanbaru dengan hasil analisis data menunjukkan r = - 0,678 (p=0.01), artinya terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara Self efficacy dengan stres mengerjakan skripsi, sehingga hipotesis dapat diterima. Koefisien determinasi (Rsq) yang diperoleh = 0,460 artinya sumbangan variabel Self efficacy terhadap stres dalam mengerjakan skripsi sebesar 46 %. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Luthans (2004) yang mengungkapkan bahwa self efficacy secara langsung mempengaruhi daya tahan terhadap stres sehingga orang dengan self efficacy rendah cenderung mengalami stres dan kalah karena mereka gagal, sementara orang dengan self efficacy tinggi memasuki situasi penuh tekanan dengan percaya diri dan kepastian dengan demikian dapat menahan reaksi stres. Macan juga menjelaskan bahwa self efficacy yang tinggi, akan mengurangi stres lebih baik (Lyrakos, 2012).

Self efficacy yang kuat mendorong seseorang berusaha keras dan optimis memperoleh hasil positif atau keberhasilan. Orang yang lemah atau self efficacy rendah memperlihatkan sikap tidak berusaha keras, karena pesimis untuk berhasil, sedangkan orang dengan self efficacy tinggi aktualisasi dirinya lebih optimal dibanding orang dengan self efficacy rendah. Self efficacy yang tinggi membantu individu untuk menyelesaikan tugas dan mengurangi beban kerja secara psikologis maupun fisik sehingga stres yang dirasakan pun kecil. Self efficacy mengacu pada keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan agar berhasil melaksanakan tugas dalam konteks tertentu (Luthans, 2005). Menurut Hangerhahn, mahasiswa perlu meningkatkan self efficacy agar segala yang diinginkan akan tercapai (Razak, 2006). Khan (2013) juga mengungkapkan mahasiswa yang yakin bahwa ia dapat menyelesaikan berbagai tuntutan di perguruan tinggi, dapat mempengaruhi dirinya mengatasi berbagai kendala dan tekanan yang datang ketika menjalankan peran sebagai mahasiswa. C. Keterbatasan Penelitian Peneliti tidak bisa mengendalikan variabel luar yang bisa berpengaruh terhadap hasil penelitian, yaitu faktor yang dapat memengaruhi tingkat stres selain faktor personal diri (dukungan sosial, motivasi, dan persuasi sosial).