5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

dokumen-dokumen yang mirip
11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

HASIL EVALUASI KEGIATAN LOKAKARYA

Peringatan Arwah Semua Orang Beriman 2 November MISA 2 LITURGI SABDA

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

Kabar Gembira di tengah Gaya Hidup Modern

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

Apa Gereja 1Uhan Itu?

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

UKDW BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

BAB I PENDAHULUAN UKDW

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA

KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Ayb. 7 : ) Aku dicekam oleh kegelisahan sampai dini hari. Bacaan diambil dari Kitab Ayub:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

Dari Perjanjian Baru kita dapat belajar tentang baptisan Roh Kudus dan bagaimana orang-orang percaya dipenuhi Roh Kudus. Syarat-syarat apakah yang

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa

OTORITAS PAULUS DAN INJIL

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP GBPP

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

Pertanyaan Alkitab (24-26)

LITURGI SABDA. Bacaan pertama. Karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia. Bacaan diambil dari Kitab Kebijaksanaan

Jodoh dan pernikahan yang sempurna

Transkripsi:

5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal pokok yang menyangkut permasalah penelitian ini. Selain itu, berdasarkan pertimbangan dan pengalaman selama meneliti maka akan disampaikan pula beberapa saran yang sekiranya dapat berguna bagi berberapa pihak yang relevan atau memiliki keterkaitan dengan tema tesis ini. 5.1 Kesimpulan Berbagai tindakan manusia yang menjadikan tubuh sebagai objek telah terjadi sejak dahulu hingga saat ini. Tubuh dijadikan sebagai objek eksploitasi guna memuaskan nafsu seksual semata. Salah satu bentuk tindakan tersebut yang dibahas dalam tulisan ini adalah percabulan (porneia), secara khusus seks bebas. Persoalan seks bebas ini tampaknya telah terjadi juga di kalangan usia produktif atau orang muda, termasuk beberapa anggota orang muda Katolik di Jayapura khususnya OMK Paroki KTDW Jayapura. Adanya keterlibatan beberapa anggota OMK Paroki KTDW ini tampak pada hasil penelitian survei yang telah dilakukan pada bulan Desember 2016 dengan jumlah keterlibatan anggota OMK dalam relasi seks bebas adalah 22% (11 responden) dari 50 responden, sekalipun pemahaman mereka tentang tubuh dan porneia adalah baik. Berdasarkan hasil penelitian, pemahaman 50 anggota 152

153 OMK Paroki KTDW tentang tubuh dan porneia adalah baik sesuai dengan hasil analisis data masing-masing indikator yaitu: (1) Pemahaman OMK tentang pengertian tubuh dan bahaya seks bebas adalah sangat baik dengan persentase 83,64%; (2) Pemahaman OMK tentang faktor-faktor yang mendorong keterlibatan OMK dalam seks bebas adalah baik dengan persentase 79,91%; (3) Pemahaman OMK tentang dampak bahaya seks bebas dalam kehidupan OMK adalah baik dengan persentase 78,66%; (4) Pemahaman OMK tentang upaya melawan seks bebas di kalangan orang muda adalah sangat baik dengan persentase 88%. Keterlibatan OMK dalam perilaku seks bebas ini tampaknya menjelaskan bahwa pemahaman OMK yang baik tentang tubuh dan porneia tidak sepenuhnya menjamin bahwa mereka akan bebas atau tidak terlibat dalam relasi seks bebas. Selain itu, adanya berbagai pengaruh perkembangan zaman, budaya asing dan lokal (Papua), kurangnya penghargaan, dan kontrol baik dari diri sendiri maupun orangtua, dapat mendorong keterlibatan OMK dalam perilaku seks bebas tersebut. Menanggapi situasi OMK tersebut maka Gereja perlu mengupayakan sebuah pendampingan bagi OMK Jayapura, khususnya OMK Paroki KTDW agar mampu menolak percabulan atau seks bebas dalam konteks saat ini. Pasalnya, sebagian besar dari mereka adalah OMK pendatang dan sedang transit, yang tidak tinggal bersama orangtua, melainkan di asrama maupun di rumah kos.

154 Gereja perlu hadir secara nyata dan mendampingi mereka selayaknya orangtua, tanpa menunggu hingga timbul masalah seks bebas di kalangan OMK. Untuk melakukan pendampingan tersebut maka salah satu upaya yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah Gereja dapat menggunakan pandangan teologi tubuh berdasarkan 1 Korintus 6:12-20 sebagai sumber pengembangan bahan pendampingan OMK. Di samping itu, Gereja juga dapat menggunakan salah satu ajaran khususnya dari pandangan Yohanes Paulus II tentang tubuh sebagai sebuah teologi. Tubuh merupakan penunjuk kehadiran Allah secara nyata. Tubuh manusia, dalam hal ini OMK, yang ada saat ini memiliki hubungan langsung dengan konsep eskatologis, sehingga tidak diperkenankan untuk dipergunakan sekehendak hati. Melalui kajian eksetis, diperoleh tiga simpul yang menggambarkan secara jelas tubuh manusia sebagai sebuah teologi. Pertama, tubuh manusia adalah sebuah pemberian Allah yang patut disyukuri dan digunakan secara bertanggung jawab. Kedua, Manusia sebagai pribadi dipanggil untuk terlibat aktif dalam karya keselamatan Allah. Ketiga, melalui tubuh, manusia mewujudkan kehadiran Allah. Tubuh manusia adalah sebuah teologi. Ketiga pandangan Paulus ini kemudian didialogkan dengan konteks OMK Paroki KTDW Jayapura. Selanjutnya, hasil dialog tersebut diaplikasikan dalam bentuk bahan pendalaman Kitab Suci bagi pendampingan OMK Paroki KTDW Jayapura guna menolong mereka menolak perilaku seks bebas.

155 Berikut ini merupakan judul materi yang dikembangkan berdasarkan dialog antara pandangan teologis Paulus tentang tubuh menurut konteks 1 Korintus 6:12-20 dengan konteks OMK Paroki KTDW Jayapura: Pertama, Persoalan Seksualitas dalam Konteks Korintus dan Konteks OMK Jayapura. Kedua, Tubuh OMK versus Porneia. Ketiga, Tubuh OMK sebagai Sebuah Teologi. Keempat, Yesus, Sabda Allah yang Menjadi Manusia. Kelima, Menikah atau Selibat? Tubuh OMK dan Pilihan hidup demi Kemuliaan Allah. Bahan ini dapat dilihat pada lampiran. Dengan demikian, disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini terbukti benar. Gereja Katolik Paroki KTDW Jayapura dapat menggunakan pandangan teologis Paulus tentang tubuh berdasarkan konteks 1 Korintus 6:12-20 sebagai salah satu jawaban bagi upaya mendampingi OMK Paroki KTDW Jayapura menolak seks bebas. 5.2 Saran Berdasarkan seluruh pembahasan tesis ini maka beberapa saran yang dapat kami sampaikan adalah: 1. Gereja atau Umat KBG khususnya OMK, dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan maupun memberikan ide atau gagasan positif khususnya yang memotivasi umat atau OMK menghargai nilai tubuh manusia sebagai sebuah teologi. Umat atau OMK juga hendaknya berupaya menjadikan Kitab Suci sebagai hal yang prioritas yakni sebagai pedoman dalam hidup. Dalam hal ini, baik umat maupun OMK diharapkan berpartisipasi aktif.

156 2. Pendamping OMK dan Seksi Kepemudaan, senantiasa mengupayakan kegiatan atau program pendampingan yang sesuai dengan konteks OMK, menarik, kreatif dan berkesinambungan sehingga dapat menolong mereka semakin berkembang ke arah yang positif, misalnya mampu menghargai tubuh dan menolak percabulan atau seks bebas. Perlu juga mengupayakan kegiatan yang dapat mendekatkan OMK dengan Kitab Suci agar mereka semakin mengenal, mencintai dan meneladani Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia. 3. Dewan Pastoral Paroki, dapat mengupayakan karya-karya pastoral yang dikembangkan berdasarkan pandangan teologis maupun nilai-nilai Kitab Suci dengan selalu memerhatikan konteks umat atau OMK yang dilayani. DPP juga diharapkan mengupayakan berbagai kegiatan yang dapat mendekatkan umat atau OMK dengan Kitab Suci, sehingga Kitab Suci dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bergereja. 4. Lingkup akademisi (teolog, pelayan sabda, petugas pastoral atau katekis), senantiasa mengembangkan tema-tema atau pandangan teologis, termasuk bahan pembinaan atau pendampingan umat yang bersumber baik dari Kitab Suci maupun ajaran Gereja sesuai konteks umat atau jemaat saat ini maupun saat mendatang, sehingga menolong mereka semakin bertumbuh dan berkembang menjadi umat atau jemaat yang dewasa dalam iman akan Allah Tri tunggal.