I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016


KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%).

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I -2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya (Tabel 1.1). Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain adalah potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di perdesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. 1

Tabel 1.1. Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2012 2013 Lapangan 2012 2013 No Pekerjaan Utama Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan 41.205.030 38.882.134 39.959.073 38.068.254 dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 1.620.028 1.601.019 1.555.564 1.420.767 3 Industri 14.211.562 15.367.242 14.784.843 14.883.817 4 Listrik, Gas dan Air 297.805 248.927 254.528 250.945 5 Konstruksi 6.103.457 6.791.662 6.885.341 6.276.723 6 Perdagangan, Rumah Makan dan 24.020.934 23.155.798 24.804.705 23.737.236 Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan 5.191.771 4.998.260 5.231.775 5.040.849 Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha 2.779.201 2.662.216 3.012.770 2.912.418 Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyaraka tan, Sosial 17.373.017 17.100.896 17.532.590 18.213.032 dan Perorangan 10 Lainnya - - - - Total 112.802.805 110.808.154 114.021.189 110.804.041 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014 Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk pembangunan pertanian di Indonesia adalah dengan pengembangan jaringan informasi yang mampu menyediakan sejumlah informasi penting untuk membangun sektor pertanian itu sendiri. Pengembangan sumber informasi pertanian nasional untuk informasi 2

pasar dan informasi teknologi pertanian merupakan salah satu langkah untuk penguatan akses petani atau pelaksana pengembangan pertanian terhadap informasi pasar (termasuk di dalamnya informasi produksi, pasar distribusi, dan bahan baku), serta informasi teknologi pertanian (Mulyandari dan Ananto, 2005). Studi tentang keefektifan media massa dalam hal ini surat kabar mengenai pembangunan pertanian telah menghasilkan kesimpulan bahwa surat kabar di dunia ketiga mampu memainkan peranan yang penting dalam ikut menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Keberadaan surat kabar akan menjadi salah satu unsur yang dapat mengubah peran masyarakat dalam pembangunan, terutama bidang pertanian dan pedesaan (Subejo et al., 2005). Fungsi ideal pers sebagai penyedia informasi tidak luput dari fungsi bisnis mencari keuntungan. Banyaknya iklan yang masuk merupakan keuntungan tersendiri bagi pemilik perusahaan persuratkabaran untuk mengembangkan keberadaannya. Dalam hal ini, Oetama (1987) dalam Subejo et al. (2005) mengungkapkan bahwa media pada saat ini mempersyaratkan dengan unsur esensial seperti periodisitas, universalitas, publisitas, dan juga komersial, yang dimaksudkan oleh kualifikasi komersial ini bukanlah bahwa media harus laku dijual dan arena itu sanggup membiayai dirinya dan mengembangkannya serta memperoleh kepercayaan masyarakat. Aspek komersial berupa kehadiran iklan menjadi bagian organis dari lembaga penerbitan media dan menjadi sumber penghasilannya. Namun demikian, kurang benar apabila surat kabar hanya dijadikan usaha bisnis dengan mengetengahkan iklan yang ada. Surat kabar harus pula memperhatikan fungsinya sebagai penyedia informasi dan berita, sarana hiburan serta sebagai media pertukaran informasi dan pendapat. Penentuan informasi maupun berita dalam sebuah rubrik, tentu berpedoman pada sebuah kebijakan yang lebih tinggi di atasnya, dalam hal ini kebijakan redaksi surat kabar yang bersangkutan. Materi yang ditampilkan maupun komposisi isi harus bisa mewakili tujuan awal diadakannya suatu rubrik. Aturan ini tidak boleh bertentangan dengan mekanisme kerja yang telah ditetapkan sebelumnya (Subejo et al., 2005). Media massa surat kabar yang memiliki peran penting dalam menyajikan informasi pertanian, terdiri dari surat kabar lokal dan surat kabar nasional. Di 3

tengah maraknya media elektronik dewasa ini, surat kabar masih menjadi sumber informasi yang digemari oleh masyarakat tak terkecuali di Yogyakarta, seperti data yang disajikan dalam Tabel 1.2. Dalam rentang waktu selama sembilan tahun terjadi perubahan budaya masyarakat yang signifikan dalam hal mendengarkan radio dan membaca koran atau majalah. Pada tahun 2003 persentase masyarakat Indonesia yang mendengarkan radio sebesar 50,29% namun pada tahun 2012 turun drastis menjadi 18,57%. Hal yang sama juga terjadi pada kebiasaan masyarakat membaca surat kabar atau majalah. Pada tahun 2003 persentase masyarakat yang membaca surat kabar atau majalah sebesar 23,70% dan pada tahun 2012 turun menjadi 17,66%. Penurunan angka yang cukup signifikan tersebut bisa terjadi karena dewasa ini budaya digital telah meluas ke hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Orang akan cenderung lebih memilih membaca informasi yang ada di gadget mereka dibandingkan dengan mendengarkan informasi di radio ataupun membaca surat kabar atau majalah. Hal itu karena membaca informasi yang ada di gadget dirasa lebih efektif dan efisien dari segi ruang maupun waktu. Orang tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk mendengarkan radio dan membawa radio atau surat kabar kemana-mana yang ukurannya relatif besar. Mereka hanya perlu membawa gadget yang ukurannya lebih kecil dan fleksibel untuk dibawa kemana-mana dan dapat digunakan dimanapun. Surat Kabar Kompas sebagai surat kabar nasional dan Surat Kabar Kedaulatan Rakyat sebagai surat kabar lokal yang terus berperan dalam menyampaikan informasi-informasi lokal maupun nasional, termasuk informasiinformasi bidang pertanian. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyampaikan informasi, khususnya informasi mengenai pertanian baik dari segi jumlah item berita, volume berita, sumber/asal materi berita pertanian, cakupan materi, serta lingkup wilayah peliputan berita. Dengan mengetahui perbedaan karakteristik penyajian berita oleh dua jenis surat kabar tersebut maka diharapkan mampu dijadikan referensi oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis agar mengetahui surat kabar mana yang dapat memberikan informasi pertanian yang lebih banyak dan lebih variatif, serta lebih mudah dipahami dalam upaya pembangunan pertanian di wilayahnya. 4

Tabel 1.2. Indikator Sosial Budaya 2003, 2006, 2009, dan 2012 Indikator 2003 2006 2009 2012 1. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Mendengar Radio 50.29 40.26 23.50 18.57 2. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Menonton Televisi 84.94 85.86 90.27 91.68 3. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Membaca Surat Kabar/Majalah 23.70 23.46 18.94 17.66 4. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Melakukan Olahraga 25.45 23.23 21.76 24.99 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikerucutkan beberapa pokok permasalahan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pemberitaan pertanian (jumlah item berita, volume berita, sumber/asal materi berita pertanian, cakupan materi, serta lingkup wilayah peliputan berita dalam surat kabar lokal (SKH Kedaulatan Rakyat) dan surat kabar nasional (SKH Kompas)? 2. Bagaimana intensitas isi pemberitaan (jumlah item berita, volume berita, sumber/asal materi berita pertanian, cakupan materi, serta lingkup wilayah peliputan berita di surat kabar lokal (SKH Kedaulatan Rakyat) dan surat kabar nasional (SKH Kompas)? C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi penyajian berita pertanian dari segi jumlah item berita, volume berita, sumber/asal materi berita, cakupan materi, serta lingkup wilayah peliputan berita pada SKH Kedaulatan Rakyat dan SKH Kompas. 2. Melakukan perbandingan isi yang berkaitan dengan informasi bidang pertanian yang dimuat dalam dua jenis surat kabar yang berbeda cakupan terbitnya, yakni surat kabar lokal (SKH Kedaulatan Rakyat) dan surat kabar nasional (SKH Kompas). 5

D. Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya masyarakat tani dan pelaku agribisnis, agar mengetahui surat kabar mana, surat kabar lokal (SKH Kedaulatan Rakyat) ataukah surat kabar nasional (SKH Kompas) yang dapat memberikan informasi pertanian yang lebih banyak dan lebih variatif, serta lebih mudah dipahami dalam upaya pembangunan pertanian di wilayahnya. 2. Bagi pemerintah atau pihak yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merumuskan strategi komunikasi untuk menyebarkan informasi pertanian dalam upaya pembangunan pertanian melalui media massa, khususnya surat kabar lokal atau nasional. 3. Bagi pihak akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian yang lebih lanjut dan sebagai sumbangan dalam memperkaya ilmu pengetahuan. 4. Bagi peneliti, dapat digunakan untuk menambah wawasan, pengetahuan ilmiah, dan pengalaman khususnya dalam menganalisis informasi di media cetak. 6