FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT. Endang Sri Utami Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendaftarkan sahamnya di pasar modal atau berstatus ( go public ). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. menawarkan saham perusahaan kepada publik atau biasa disebut go public.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan ramainya

REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN STOCK SPLIT (Studi Kasus Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daya saing dan pangsa pasar agar dapat tetap survive dalam dunia bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya, setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam membiayai

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN, LIKUIDITAS SAHAM, DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan indikator atau karakteristik pasar lainnya (Hastuti dan Lestari, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP PEMECAHAN SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN STOCK SPLIT

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu unsur penting dan tolak ukur bagi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan informasi cenderung meningkat, tak terkecuali di pasar

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT OPTIMAL RANGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMECAHAN SAHAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. mediator untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock

BAB I PENDAHULUAN. Pemecahan saham atau stock split merupakan salah satu corporate action

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini mengidentifikasikan bahwa stock split merupakan alat yang. penting dalam praktik pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin tingginya volume perdagangan saham.

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham dapat dikatakan merupakan indikator keberhasilan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam masalah terbatasnya jumlah modal atau dana yang akan digunakan untuk

yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Stock split

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan berupa return dan capital gain. Investasi adalah komitmen atas

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan tersebut dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka,

ANALISIS RESPON PASAR TERHADAP PENGUMUMAN SAHAM BONUS PADA BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS ABNORMAL RETURN DAN LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PERIODE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. surat berharga (obligasi) ataupun saham. Pasar modal memungkinkan para

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Sumber dana yang diperoleh berasal dari sumber dana intern dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang meneliti tentang stock split dan akan menjelaskan persamaan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan berapa banyak deviden yang dibagikan kepada pemegang

ANALISIS LIKUIDITAS DAN PENDAPATAN (RETURN) INVESTOR TERHADAP DAMPAK PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Dalam pasar modal, ada banyak informasi yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan keuntungan di masa mendatang. Tujuan dari investasi adalah

Karisma Tejo Widaghdo

Oleh: Fretty Asih Rumanti dan Moerdiyanto ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN STOCK SPLIT

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang

kecil (Sunariyah, 2003:130). Harga per lembar saham bam setelah stock split

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, khususnya pada perdagangan saham yang terdapat di

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memperoleh modal. Bagi perusahaan go public, beberapa

BAB II PENGUMUMAN REVERSE SPLIT DAN REAKSI PASAR. aktivitas perusahaan. Telah banyak corporate action di Bursa Efek Indonesia (BEI)

REAKSI PASAR MODAL INDONESIA ATAS PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2009 PADA BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian pasar

Stock Split dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I Putu Gede Brahmaputra Waisnawa Suhadak R. Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

PENGARUH PERTUMBUHAN LABA, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP PRICE EARNING RATIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan

Berdasarkan data yang telah tersedia, dilakukan uji beda dua rata-rata data,


BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin

instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ANALISIS PERGERAKAN HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP PENGUMUMAN RIGHT ISSUE PADA EMITEN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Dimana diharapkan adanya pasar modal yang berfungsi secara optimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN REAKSI PASAR SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh : INDAH NOOR KHOIRIA DEWI B FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

BAB V PENUTUP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adanya reaksi pasar terhadap

ABSTRACT. Keywords : Stocksplit, Stock Price, Liquidity. Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI. Raymond Kurniawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB II. Tinjauan Pustaka

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH STOCK SPLIT : ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga berdasarkan dimensi waktunya (Mudrajat Kuncoro, 2009:84)

KATA PENGANTAR. pihak baik secara moril maupun materiil yang tidak ternilai sejak awal hingga

PENGUJIAN TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBAGAI REAKSI PASAR MODAL ATAS PERISTIWA STOCK SPLIT

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI INDONESIA PADA TAHUN 2008

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN ABNORMAL RETURN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI ARTIKEL ILMIAH

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT Endang Sri Utami Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Abstract The study was done to obtain empirical evidence about the impact of stock price factors, the frequency of trading, abnormal return on the company's decision to do a stock split. And provide empirical evidence about the difference the stock price factors, the frequency of trading, abnormal return between before and after a stock split. The results of logistic regression test showed that stock prices affect the company's decision to conduct a stock split. This is indicated by a P value <0.10 (0.048 <0.10). Frequency stock trading does not affect the company's decision to conduct a stock split. This is indicated by a P value (significance) > 0.10 (0.402> 0.10). Abnormal return does not affect the company's decision to do a stock split. This is shown by the P value (significance)> 0.10 (0.244> 0.10). The test results paired Sample T Test shows that there is a difference between the stock price before and after the stock split. This is indicated P value (significance) <0.10 (0.064 <0.10). There was no difference between the frequency of stock trading the second quarter, one quarter before the stock split with the frequency of stock trading second quarter, one quarter after the stock split. It was shown all the P value (significance)> 0.10. There was no difference between the abnormal return the second quarter, one quarter before the stock split abnormal return by the second quarter, one quarter after the stock split. It was shown all the P value (significance)> 0.10. Keywords: stock split, stock price, trading frequency, abnormal return A. PENDAHULUAN Kenaikan harga saham sebuah perusahaan yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi. Hal ini terutama dialami investor perorangan yang memiliki tingkat dana terbatas, yang akan berbalik untuk membeli saham-saham perusahaan lain. Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu. Perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli. Salah satu langkah yang dapat diambil perusahaan agar saham yang dijual dapat menarik minat investor yaitu melalui stock split (Retno, 2006). Stock split merupakan salah satu bentuk informasi yang diberikan oleh emiten untuk menaikan jumlah saham yang beredar. Pemecahan saham merupakan 44

suatu kosmetika saham dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor (Marwata, 2001). Walaupun informasi yang diberikan perusahaan tersebut lewat stock split tidak mempunyai nilai ekonomis, namun ternyata berdampak pada pasar. Stock split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah. Di samping itu tujuan dilakukan stock split oleh emiten adalah supaya sahamnya berada pada rentang perdagangan yang optimal, sehingga distribusi saham menjadi lebih luas dan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil (Lestari, 2006) Dampak split terhadap keuntungan investor di jelaskan oleh Grinblatt, Masulis, dan Titman (1984) dalam Sutrisno, dkk (2000) bahwa disekitar pengumuman split menunjukkan adanya perilaku harga yang abnormal. Peningkatan harga yang terjadi bukan disebabkan karena adanya pengumuman deviden yang meningkat, akan tetapi pasar memberikan nilai positif terhadap split karena adanya tax option impack. Dampak tersebut berbentuk pembebasan pajak yang dihadapi investor (tax option investor) sehingga investor tersebut memperoleh keuntungan lebih. Penelitian yang dilakukan Rohana, dkk (2003) menemukan bahwa harga saham berhubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, berarti bahwa semakin tinggi harga saham maka semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan stock split. Sedangkan frekuensi perdagangan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split. Likuiditas pasar cenderung menjadi lebih rendah setelah stock split dimana frekurensi perdagangan secara proposional lebih rendah daripada saat sebelum stock split dan terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara dua kuartal sebelum stock split dan dua kuartal sesudah stock split. Untuk earning perusahaan yang diproksi dengan operating income menunjukkan bahwa earning setelah stock split tidak lebih tinggi dari earning sebelum stock split. Kondisi ini menunjukkan bahwa stock split tidak memberikan suatu signal mengenai kenaikan laba di masa yang akan datang. Kondisi di atas mengindikasikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal yang dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor meskipun kenyataannya tidak meningkatkan kemakmuran bagi pemegang saham. Dengan mengacu pada penelitian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split, dengan melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split. Tujuan 45

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh harga saham, frekuensi perdagangan saham, abnormal return terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Selain itu penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan antara harga saham, frekuensi perdagangan saham, abnormal return sebelum stock split dengan harga saham, frekuensi perdagangan saham, abnormal return sesudah stock split. B. LANDASAN TEORI 1. TELAAH LITERATUR Stock split merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan. Secara sederhana, stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga perlembar saham baru setelah stock split adalah sebesar faktor pemecahannya (split factor). Keputusan untuk melakukan stock split oleh suatu emiten atau perusahaan merupakan kesepakatan para pemegang saham yang dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Ewijaya dan Indriantoro (1999) pemecahan saham (stock split) adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Terdapat dua teori utama yang menjelaskan motivasi pemecahan saham, yaitu signaling theory dan trading range theory. a. Signaling Theory Menurut Lestari (2006) signaling theory atau dikenal juga dengan istilah information asymmetry menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang informatif kepada investor mengenai prospek peningkatan return yang substansial dimasa mendatang. Pada tingkat asimetri informasi tertentu antara manajer dan investor, manajer kemungkinan besar akan mengambil keputusan untuk melakukan stock split agar informasi yang menguntukan dapat diterima oleh investor. Baker dan Powe (1993) seperti di kutip dalam Sutrisno, dkk (2000) mengatakan bahwa split memberikan sinyal yang informatif kepada investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Meningkatnya likuiditas setelah split dapat muncul akibat semakin besarnya kepemilikan saham dan jumlah transaksi. Baker dan Powell (dalam Retno, 2006) menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal/informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Keputusan melakukan pemecahan saham yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ternyata merupakan suatu keputusan yang mahal. Semakin tingginya tingkat komisi saham dan menurunnya harga saham mengakibatkan bertambahnya biaya yang 46

dikeluarkan manajemen perusahaan yang melakukan kebijakan pemecahan saham. b. Trading Range Theory Menurut Lestari (2006) dengan adanya stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Kondisi ini menyebabkan semakin bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan jumlah pemegang saham. Jadi, merurut Trading range theory perusahaan melakukan stock split karena memandang harganya terlalu tinggi. Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Menurut Marwata (2001) Trading range Theory mengatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga saham yang terlalu tinggi (over price) akan menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan. Dengan pemecahan saham harga saham akan dinilai tidak terlalu tinggi, sehingga akan meningkatkan kemampuan para investor untuk melakukan transaksi, terutama para investor kecil. Jadi, Menurut Trading range Theory, perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) karena memandang bahwa harga saham-nya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (stock split). Beberapa hasil penelitian yang meneliti tentang pemecahan saham diantaranya adalah: Ewijaya dan Indriantoro (1999) dalam penelitan yang berjudul Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham menyimpulkan bahwa pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan saham relatif. Harga saham setelah 4,5 bulan pemecahan saham akan menurun sehingga para investor yang memegang saham tersebut sejak 7,5 bulan sebelum tanggal pemecahan saham sampai 4,5 bulan setelah pemcahan saham akan mengalami kerugian. Oleh karena itu sebaiknya para investor menjual saham yang dipecah tersebut sebelum 4,5 bulan setelah tanggal pemecahan saham agar tidak mengalami kerugian. Sedangkan untuk investor potensial baru sebaiknya membeli saham yang dipecah tersebut setelah 4,5 bulan setelah tanggal pemecahan saham karena harga pasarnya akan lebih rendah bila dibandingkan pada saat pemecahan. Hal ini menunjukan bahwa di Indonesia keputusan untuk melakukan pemecahan saham akan merugikan para investor lama yang telah memiliki saham yang telah dipecah sejak 8,5 bulan sebelum pemecahan. Variabel deviden dan perubahan deviden memberikan pengaruh yang positif signifikan pada perubahan harga saham 47

relafif. Artinya, informasi mengenai deviden memberikan pengaruh yang positif kepada investor. Oleh karena itu, dianjurkan bagi perusahaan yang melakukan pemecahan saham sebaiknya juga meningkatkan deviden yang akan dibayarkan sehingga penurunan harga saham setelah pemecahan tidak mencapai posisi harga yang terlalu rendah. Variabel laba per lembar saham dan perubahan laba per lembar saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga saham relatif. Hasil ini menunjukkan bahwa pada periode pengamatan dalam penelitian ini informasi laba per lembar saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi para investor. Variabel indeks harga industri menunjukkan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga relatif. Lestari (2006) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Pada Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan bahwa: 1). Harga saham berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dengan tingkat signifikansi 0.030 dan nilai Beta 0.001. 2). Frekuensi perdagangan saham berpengaruh negatif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dengan tingkat signifikansi 0.047 dan nilai Beta 0.009. 3). Harga saham berkorelasi dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Korelasi ini sangat kuat, dengan nilai korelasi 1 dan tingkat signifikansi 0.047. 4). Frekuensi perdagangan saham berkorelasi dengan keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Korelasi ini sangat kuat, dengan nilai korelasi 1 dan tingkat signifikansi 0.006. 5). Terdapat perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan antara sebelum stock split dan sesudah stock split. 6). Earning perusahaan yang diproksi dengan operating income setelah stock split, tidak lebih tinggi dari earning sebelum stock split.. Setiyantoro (2006) dengan penelitiannya yang berjudul "Analisis Likuiditas Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Jakarta menemukan bahwa: 1). Terdapat perbedaan yang signifikan harga saham antara sebelum dan sesudah aktivitas stock split. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena tujuan utama dari stock split adalah menurunkan harga ketika harga dirasa terlalu mahal. Dengan menurunnya harga saham akan memiliki daya tarik investor untuk membeli saham-saham tersebut, karena harganya jauh lebih murah, sehingga mudah untuk mendapatkan capital gain. 2). Terdapat perbedaan yang signifikan volume perdagangan antara sebelum dan sesudah aktivitas stock split pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume perdagangan saham setelah peristiwa stock split. Hal ini disebabkan karena transaksi saham menjadi lebih menarik, setelah harga menjadi lebih 48

rendah yang ditunjukkan dengan nilai transaksi yang meningkat. 2. PERUMUSAN HIPOTESIS Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun, bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi. Aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang menjadi salah satu bahan untuk melihat reaksi pasar terhadap sebuah informasi yang masuk pada pasar modal. Perkembangan harga saham dan aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pasar sebagai acuan pasar modal dalam menentukan transaksi di pasar modal. Signaling theory mengatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Stock split dianggap sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja dan prospek yang bagus di masa yang akan datang. Berdasarkan hubungan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Harga saham berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. H 2 : Frekuensi perdagangan saham berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. H 3 : Abnormal return berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. H 4 : Terdapat perbedaan harga saham sebelum stock split dan harga saham sesudah stock split. H 5 : Terdapat perbedaan antara frekuensi perdagangan saham sebelum stock split dan frekuensi perdagangan saham sesudah stock split. H 6 : Terdapat perbedaan antara abnormal return sebelum stock split dan abnormal return sesudah stock split. C. METODE PENELITIAN 1. SAMPLING (PENYAMPELAN) Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling. Kriteria-kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah: a. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2004-2007 b. Perusahaan yang melakukan stock split pada periode 2004-2007 c. Perusahaan yang tidak melakukan stock split pada periode 2004-2007 d. Perusahaan yang sahamnya aktif di perdagangkan selama periode 2004-2007, frekuensi perdagangan saham, abnormal return. e. Perusahaan yang memiliki informasi atau data secara lengkap untuk kebutuhan analisis data. Berdasarkan beberapa kriteria seperti di atas, perusahaan yang menjadi sampel selama periode tahun 2004 sampai 49

dengan tahun 2007, terdapat 24 perusahaan. tahun yang berakhir tgl 31 Desember tahun sebelum stock split. 2) Frekuensi perdagangan saham (X 2 diproksi dengan frekuensi perdagangan 2. SUMBER DAN DATA YANG DIGUNAKAN Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi dari Indonesian Capital Market Directory dan Indonesian Security Market Directory. Data yang diperlukan meliputi: harga saham saham tahunan yang berakhir tgl 31 Desember tahun sebelum stock split. 3) Abnormal return di sesuaikan pasar (X 3 ) diproksi dari abnormal return sebelum pemecahan saham dan abnormal return setelah pemecahan saham. harian dan data frekuensi perdagangan saham kuartalan, abnormal return disesuaikan pasar (ARDP), perusahaan yang melakukan stock split dan yang tidak melakukan stock split, tanggal pengumuman stock split. 4. METODE ANALISA DATA Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga (H 1, H 2, H 3 ) digunakan analisis regresi. Regresi logistic digunakan dalam penelitian ini karena variable dependent adalah variabel dummy, yang 3. DEFINISI OPERASIONAL DAN dalam penelitian ini bentuk formulanya PENGUKURAN VARIABEL adalah sebagai berikut : PENELITIAN a. Dependen Variabel (variabel terikat = Ln = Stoks split 1 Stoks split =a+b1x1+b2x2+b3x3+e y) Keterangan : Stock split sebagai dependen variabel memiliki sifat kualitatif sehingga pengukuran yang dilakukan dengan memberi nilai nol (0) untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split dan satu a X 1 X 2 X 3 e = konstanta = harga saham = frekuensi perdagangan = abnormal return = eror (1) untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split. b. Independen variabel (variabel bebas Pengujian hipotesis empat (H 4 ), lima (H 5 ) dan enam (H 6 ), digunakan dengan pengujian parametik paired t test. = x) 1) Harga saham (X 1 ) diproksi dengan ratarata harga saham harian selama 1 D. ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 50

1. Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3 (H 1, H 2, H 3 ) Hasil pengujian dengan logistic regression disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Uji Logistic Regresión Variables in the Eguation B S.E Wald df Sig. Exp(B) Step HRGSHM.009.005 3.897 1.048 1.010 1ª FREKNS.005.006.703 1.402 1.005 ABNRML 3.063 2.626 1.360 1.244 21.384 Constant -10.127 6.026 2.824 1.093.000 a. Variable(s) entered on step 1: HRGSHM, FREKNS. ABNRML. Sumber: Data Diolah, 2010 Hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa pengujian variabel harga saham menghasilkan nilai Pvalue 0,048 < 0,10 artinya harga saham berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Variabel frekuensi perdagangan saham menghasilkan nilai Pvalue 0,402 > 0,10 artinya frekuensi perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Variabel abnormal return menghasilkan nilai Pvalue 0,244 > 0,10 artinya abnormal return tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. 2. Pengujian Hipotesis 4, 5, dan 6 (H 4, H 5, dan H 6 ) Hasil Analisis Test Paired Sampel Perbedaan Harga saham Sebelum dan Sesudah Stock Split dapat dilihat dalam tabel 2. Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa pengujian variabel harga saham menghasilkan nilai Pvalue 0,064 < 0,10 artinya ada perbedaan harga saham antara sebelum dan sesudah stock split. Hasil Analisis Test Paired Sampel Perbedaan Frekuensi Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split dapat dilihat dalam tabel 3. 51

Pair Sebelum Stock split 1 Sesudah Stock split Sumber: Data Diolah, 2010 Mean Tabel 2 Hasil paired Sample T Test Paired Samples Test Paired Differences Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Lower Interval of the Difference Upper t df Sig.(2- tailed) 3871.17 6525.59 1883.78-274.99 8017.33 2.055 11.064 Hasil pada tabel 3 menunjukkan bahwa pengujian Pair FK1SBLM dengan FK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,352 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan pertama sebelum stock split dengan pertama sesudah stock split. Pair FK1SBLM dengan FK2SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,351 > 0,10 artinya bahwa tidak ada perbedaan frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum stock split dengan frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sesudah stock split. Pair FK2SBLM dengan FK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,352 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum stock split dengan pertama sesudah stock split. Pair FK2SBLM dengan FK2SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,351 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum stock split dengan kedua sesudah stock split. Hasil Analisis Test Paired sampel perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah stock split dapat dilihat dalam table 4. Hasil pada tabel 4 menunjukkan bahwa pengujian Pair RK1SBLM dengan RK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,306 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan abnormal return kuartal pertama sebelum stock split dengan abnormal return kuartal pertama sesudah stock split pada. Pair RK1SBLM dengan RK2SSDH menhasilkan nilai Pvalue 0,382 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan abnormal return kuartal pertama sebelum stock split dengan abnormal return kuartal kedua sesudah stock split. Pair RK2SBLM dengan RK1SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,265 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan abnormal return kuartal kedua sebelum stock split 52

dengan abnormal return kuartal pertama sesudah stock split. Pair RK2SBLM dengan RK2SSDH menghasilkan nilai Pvalue 0,547 > 0,10 artinya tidak ada perbedaan abnormal return kuartal kedua sebelum stock split dengan abnormal return kuartal kedua sesudah stock split. Mean Tabel 3 Hasil paired Sample T Test Paired Samples Test Paired Differences Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of Lower the Difference Upper t df Sig.(2- Pair 1 FK1SBLM-FK1SSDH -914475 3256960.76 940203.59-2983849 1154899 -.973 11.352 Pair 2 FK1SBLM-FK2SSDH -914844 3256875.96 940179.11-2984164 1154476 -.973 11.351 Pair 3 FK1SSDH-FK2SBLM 14500.75 3256952.83 940201.30-1154868 2983870 -.973 11.352 Pair 4 FK1SBLM-FK2SSDH -914870 3256868.02 940176.81-2984185 1154445 -.973 11.351 Sumber: Data Diolah, 2010 Keterangan: FK1SBLM = 1 sebelum stock split FK2SBLM = 2 sebelum stock split FK1SSDH = 1 sesudah stock split FK2SSDH = 2 sesudah stock split tailed) Tabel 4 Hasil paired Sample T Test Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference t df Sig.(2- tailed) Lower Upper Pair 1 RK1SBLM-RK1SSDH 7.39E-02.238590 6.89E-02-7.8E-02.225501 1.073 11.306 Pair 2 RK1SBLM-RK2SSDH 6.21E-02.236076 6.81E-02-8.8E-02.212112.911 11.382 Pair 3 RK1SSDH-RK2SBLM -4.6E-02.134972 3.90E-02 -.131482 4.00E-02-1.174 11.265 Pair 4 RK2SBLM-FK2SSDH 3.39E-02.189098 5.46E-02-8.6E-02.154080.622 11.547 Sumber: Data Diolah, 2010 Keterangan: RK1SBLM = abnormal return kuartal 1 sebelum stock split RK2SBLM = abnormal return kuartal 2 sebelum stock split 53

RK1SSDH = abnormal return kuartal 1 sesudah stock split RK2SSDH = abnormal return kuartal 2 sesudah stock split E. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Harga saham berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,048 < 0,10. Frekuensi perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,402 > 0,10. Abnormal return tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split ditunjukkan nilai Pvalue 0,244 > 0,10. Ada perbedaan harga saham antara sebelum dan sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,064 < 0,10. Tidak ada perbedaan frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sebelum stock split dengan frekuensi perdagangan saham kuartal pertama sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,352 > 0,10. Tidak ada perbedaan pertama sebelum stock split dengan kedua sesuadah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,351 > 0,10. Tidak ada perbedaan frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum stock split dengan pertama sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,352 > 0,10. Tidak ada perbedaan frekuensi perdagangan saham kuartal kedua sebelum stock split dengan kedua sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,351 > 0,10. Tidak ada perbedaan abnormal return saham kuartal pertama sebelum stock split dengan abnormal return kuartal pertama sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,306 > 0,10. Tidak ada perbedaan abnormal return kuartal pertama sebelum stock split dengan abnormal return kuartal kedua sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,382 > 0,10. Tidak ada perbedaan abnormal return kuartal kedua sebelum stock split dengan abnormal return kuartal pertama sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,265 > 0,10. Tidak da perbedaan abnormal return kuartal kedua sebelum stock split dengan abnormal return kuartal kedua sesudah stock split ditunjukkan oleh nilai Pvalue 0,547 > 0,10. 2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah: sampel perusahaan terbatas pada perusahaan sektor manufaktur di BEI, sehingga akan terbatasnya cakupan generalisasi hasil penelitian. Jumlah sampel terbatas sebanyak 24 perusahan (12 54

perusahaan yang melakukan stock split dan 12 perusahaan yang tidak melakukan stock split), sehingga tingkat validitas dan keyakinan yang kurang terhadap hasil penelitian. 3. Implikasi Penelitian Implikasi untuk penelitian selanjutnya adalah: mengambil sampel pada beberapa sektor perusahaan dengan jumlah sampel perusahaan yang lebih banyak, sehingga cakupan generalisasi hasil penelitian akan lebih luas. Penambahan variabel independen yang diduga mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split, seperti earning, persentase spread dan deviden. DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi. 2005. Analisis Kandungan Informasi Dan Efek Intra Industri Pengumuman Stock Split Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Bertumbuh Dan Tidak Bertumbuh. Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Vol. 20 No. 1. Januari ISSN 0215 2487, Surabaya. Almilia, Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi. 2006. Dampak Size Perusahaan Terhadap Kandungan Informasi Dan Efek Intra Industri Pengumuman Stock Split. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 13 No. 1. Maret ISSN 1412 3126. Surabaya. Destriarto, Kurniawan. 2007. Analisis Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Abnormal return Dan Likuiditas Saham di BEJ. Skripsi. Universitas Muhamaddiyah. Yogyakarta. Ewijaya dan Nur Indriantoro. 1999. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi vol. 2, No. 1 Januari hal. 53 65. Yogyakarta Husnan, Suad. 2003, Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, Edisi ketiga, Yogyakarta: UPP AMP YKPN Jogiyanto, HM, 2003, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga Penerbit BPFE. Yogyakarta. Marwata, 2001. Kinerja Keuangan, Harga Saham Dan Pemecahan Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 4, No. 2, Mei Hal 151-164. Yogyakarta. Mulyanti, Endah Lestari Dwi. 2006. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Pada Perusahaan Yang Go Public di BEJ. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Rahayu, Indah Retno. 2006. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Yang Terjadi Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta 55

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat BPFE. Yogyakarta. Setiyanto, Agus. 2006. Analisis Likuiditas Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split Di Bursa efek Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Sutrisno, dkk. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Dan Return Saham Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal manajemen & kewirausahaan vol. 2, no. 2, September 2000:1-13, Yogyakarta. Supriyadi, 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stock Split. Skripsi. 56