III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung (Gambar 2).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

BAB III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

III. METODE PENELITIAN

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

III. Metode Penelitian

BIOKONSERVASI DI GUNUNG MADU PLANTATIONS LAMPUNG TENGAH INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

3 METODE Jalur Interpretasi

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI PENELITIAN

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI BEBERAPA AREAL HUTAN KOTA MALANG Tree Species Diversity in Several Urban Forest Area Of Malang City

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya Desa Fajar Baru Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Budidaya Desa Fajar Baru Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu dengan skala 1:3.000 (Romando, 2014).

15 B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler bushnell, kamera digital nikon, GPS 60 garmin, jam tangan digital eiger, alat tulis dan buku identifikasi spesies burung Seri Buku Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (Mac K innon dkk, 1998). Bahan yang diteliti adalah spesies burung yang ada di dalam kawasan budidaya. C. Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini meliputi: 1. Penelitian hanya dilakukan pada burung jenis diurnal dan diidentifikasi secara audio dan visual diarea pengamatan. 2. Penelitian dilakukan selama 18 (delapan belas) hari merupakan waktu yang efektif selama pengamatan. 3. Penelitian dilakukan sesuai dengan cuaca yaitu cuaca cerah dan mendung, apabila hujan tidak dilakukan penelitian. D. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang secara langsung diambil dari lokasi pengamatan yaitu spesies-spesies burung yang ditemukan dilokasi pengamatan yang dilakukan dengan metode titik hitung ( Point Count) atau IPA ( Indices Point Abundance/Indeks Kelimpahan pada Titik). Pengamatan dilakukan secara langsung pada pagi hari pukul 06.00-09.00 dan sore hari 15.00-18.00

16 WIB dengan berdiam pada titik-titik yang telah ditentukan dan mencatat perjumpaan terhadap burung. Pengamatan menggunakan tiga titik hitung/stasiun pengamatan. Pengamatan dititik hitung sejauh mata memandang. Waktu antara titik hitung satu dengan lainnya ± 60 menit, 45 menit untuk pengamatan di titik hitung /stasiun pengamatan dan ± 15 menit untuk berjalan berjalan ke titik pengamatan selanjutnya. Perhitungan populasi dilakukan dengan menghitung langsung jumlah burung yang diamati dengan data populasi tertinggi yang digunakan untuk perhitungan indeks keanekaragaman, serta berdasarkan infomasi dari masyarakat untuk mendukung data yang diperoleh di lapangan. 2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka. Metode ini digunakan untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data penunjang yang terdapat dalam dokumen resmi yang dipakai sebagai bahan referensi. E. Metode Pengumpulan Data 1. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dilakukan tiga hari sebelum pengamatan, hal ini bertujuan untuk mengenal areal penelitian, kondisi lapangan dan titik pengamatan untuk memudahkan pengamatan. 2. Pengamatan Burung Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung yaitu menggunakan metode point count dengan cara

17 menetapkan titik-titik lokasi yang sesuai dengan pergerakan dan kondisi lingkungan yang ada. Penempatan titik pengamatan burung disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Penempatan titik pengamatan burung menggunakan metode titik hitung ( Point Count) atau IPA ( Indices Ponctuele d Abundance) dengan skala 1:3.000 (Pamungkas, 2014). 3. Kondisi Habitat Secara Umum Kondisi umum areal pengamatan diamati dengan metode rapid assessment merupakan modifikasi dari habitat assessment untuk mendapatkan gambaran secara umum tipe vegetasi ditemukannya keberadaan burung.

18 F. Analisis Data 1. Indeks Keanekaragaman Jenis (Diversity index) Keanekaragaman jenis dapat diketahui dengan Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wienner yaitu dengan rumus (Odum, 1971; Fachrul, 2007): H' = -Σpi ln pi Keterangan : H' = Indeks keanekaragaman jenis pi = Jumlah proporsi kelimpahan satwa spesies i Ln = Logaritma natural Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner, apabila: H' 1 : keanekaragaman rendah 1< H' <3 : keanekaragaman sedang H' 3 : keanekaragaman tinggi (Odum, 1993; Utama, Dewi, dan Darmawan, 2011). 2. Indeks Kemerataan (Evennes index) Indeks kemerataan digunakan untuk mengetahui kemerataan setiap spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai, dengan mengunakan rumus : J = H / H max atau J = - Pi ln (Pi)/ ln(s) Keterangan : J = Indeks kemerataan S = Jumlah spesies

19 Rumus ini digunakan karena nilai H sudah diperoleh sebelumnya sehingga lebih mudah dalam perhitungannya. Kriteria indeks kemerataan (Daget, 1976; Solahudin, 2003; Utama, Dewi, dan Darmawan, 2011) adalah sebagai berikut : 0 < J 0,5 : Komunitas tertekan 0,5 < J 0,75 : Komunitas labil 0,75 < J 1 : Komunitas stabil. 3. Indeks Kesamaan Komunitas (Similarity index) Dihitung dengan menggunakan rumus (Soerianegara dan Indrawan, 1982; Odum, 1993; Indriyanto, 2006). Hal ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan komposisi spesies burung berdasarkan kedua tipe hutan produksi yang diteliti. IS = 2C/(A+B) Keterangan : C = jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua komunitas A = jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 1 B = jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 2. 4. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan dalam penggunaan habitat dan vegetasi oleh burung, ditabulasikan dan diuraikan secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan.