BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I. Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, penghitungan, dan pembahasan terhadap pelaksanaan Tax Treaty antara Indonesia dan United Kingdom dan laporan keuangan PT. EMI Indonesia. Dari hasil penelitian penulis menarik kesimpulan dari implikasi penerapan Tax Treaty Indonesia dengan United Kingdom, sebagai berikut Dengan diberlakukannya Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Indonesia dengan United Kingdom, maka : 1. Seluruh penduduk Indonesia dan penduduk United Kingdom secara pribadi atau memiliki badan usaha atas nama mereka, harus tunduk dan mengikuti aturan perpajakan yang tercantum dalam Tax Treaty. 2. Atas penghasilan laba usaha dari perusahaan domisili, dikenakan pajak di negara tersebut, kecuali jika ia mendirikan usaha berbentuk BUT. Karena PT. EMI merupakan BUT di Indonesia maka Indonesia sebagai Negara sumber dapat mengenakan pajak atas laba usaha yang diperoleh perusahaan luar negeri melalui BUT di Indonesia. 3. Indonesia sebagai negara sumber dapat melakukan pemajakan atas dividen, bunga, royalty, dan gaji atau imbalan lainnya sehubungan dengan pekerjaan. 103
4. Usaha usaha penduduk asing di Negara Indonesia dapat dilakukan dengan penyertaan modal berupa joint operation, merger, akuisisi, modal ventura, atau dengan menanamkan investasi di Negara Indonesia dengan bentuk Penanaman Modal Asing. 5. Terkait dengan Fiscal Domicile, terdapat konflik antara azas domisili dengan azas sumber, dimana Negara domisili (U.K) mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperoleh penduduknya, sedangkan Negara sumber (Indonesia) mengenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari negara tersebut. Dalam hal ini terjadi konflik antara world-wide income principle dengan konsep kewenangan atas wilayah. Akibat dari konflik tersebut akan terjadi pengenaan pajak berganda. 6. Masih berkaitan dengan Fiscal Domicile, terdapat kemungkinan terjadinya Dual Residence Status, dimana seseorang pribadi atau suatu badan usaha dianggap sebagai penduduk di kedua negara yaitu dianggap sebagai penduduk Negara Indonesia dan sebagai penduduk negara mitra. Dengan demikian beban pajak yang ditanggung oleh PT. EMI akan semakin berat. 7. Berdasarkan Tax Treaty Article 9 mengenai Shipping and Air Transport, belum ada aturan khusus yang mengatur tentang jalur lalu lintas internasional. 8. Dalam hal transaksi dalam hubungan istimewa, PT. EMI tidak melakukan kesepakatan Advance Pricing Arrangement (APA), yang merupakan kesepakatan antara wajib pajak dengan Direktur Pajak mengenai harga jual wajar produk yang dihasilkan kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengannya. 104
9. PT. EMI Indonesia menggunakan Metode Harga Pasar dalam penentuan Transfer Pricing untuk masing-masing transaksi. 10. Dari penghitungan Pajak Penghasilan Perusahaan terdapat Kredit Pajak PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 sebesar Rp.772,532,007. Dan besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar setiap bulan adalah sebesar Rp.366,218,699. 11. PT. EMI Indonesia telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menyetor SPT Tahunan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, pada tanggal 26 Juni 2006 dengan status kurang bayar sebesar Rp 2.281.279.571. 12. Berdasarkan Independent Auditor s Report, laporan keuangan PT. EMI telah disajikan dengan wajar sesuai dengan Generally Accepted Acounting Principles. 13. Terdapat Koreksi Fiskal Positif / Negatif dalam perhitungan net income PT. EMI. Koreksi Fiskal karena beda sementara adalah sebesar (Rp 1,841,974,997), sedangkan Koreksi karena beda tetap terdiri dari Koreksi Positif sebesar (Rp 687,478,459), dan Koreksi Negatif sebesar Rp 503,488,046, sehingga jumlah Koreksi karena beda tetap adalah sebesar (183,990,413). 14. Dalam penyajian secara fiskal nilai yang disajikan sebagai net income terdapat selisih biaya penyusutan sebesar (Rp 307,102,920). Jadi koreksi fiskal yang dilakukan merupakan selisih biaya penyusutan, karena metode dan besarnya persentase. 105
15. PT. EMI sebagai Perusahaan Modal Asing (PMA) yang berkedudukan di Indonesia telah memenuhi dan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang Perusahaan Penanam Modal Asing. 16. Sesuai dengan konsep force of attraction, keuntungan yang diperoleh oleh kantor pusat dari hasil penjualan produksinya langsung kepada konsumen tanpa melalui bentuk usaha tetapnya (dalam hal ini PT. EMI Indonesia), akan dianggap sebagai keuntungan PT. EMI Indonesia sebagai bentuk usaha tetap. V.2. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan Tax Treaty antara Indonesia dengan United Kingdom, antara lain : 1. Terkait dengan masalah kependudukan rangkap pada suatu badan (dual residence), suatu badan yang bersangkutan hendaknya dianggap sebagai penduduk dari negara di mana badan tersebut didirikan (incorporated) saja, sehingga tidak terdapat kemungkinan suatu badan dianggap penduduk kedua negara yang terikat perjanjian perpajakan, karena apabila hal tersebut terjadi, beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi lebih berat. 2. Untuk menghindari pemajakan berganda akibat dari adanya konflik bertemunya azas domisili dengan azas sumber. Negara sumber dalam hal ini Negara Indonesia hendaknya melakukan pemotongan pajak atau withholding tax berdasarkan ketentuan Pasal 26 UU PPh dan diperhitungkan kembali penghasilan dan pajak yang dibayar di negara domisili. 106
3. Ketentuan mengenai Jalur Lalu Lintas Internasional harus diatur secara khusus, bagian jalur seperti apa yang termasuk jalur lalu lintas internasional, sehingga pengenaan pajaknya pun akan menjadi jelas dan teratur. 4. Demi mencegah usaha penghindaran dan penyelundupan pajak oleh perusahaan luar negeri. PT. EMI Indonesia sebagai bentuk usaha tetap hendaknya memiliki divisi sendiri yang mengatur mengenai black market, supaya penghindaran pajak tersebut dapat diatasi dan bentuk usaha tetap tersebut mendapatkan keuntungan yang sesuai dengan ketentuannya. 107