STATUS STOK DAN ANALISIS POPULASI VIRTUAL IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NERI SRIBENITA SIHOMBING

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NUR LAILY HIDAYAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT SUNDA GAMA SATRIA NUGRAHA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK BANTEN YANG DIDARATKAN DI PPN KARANGANTU, BANTEN

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA DESI KOMALASARI

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pengumpulan Data

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

3.3 Pengumpulan Data Primer

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

LAJU EKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN YANG TERTANGKAP PUKAT CINCIN DI SELAT SUNDA

3. METODE PENELITIAN

KAJIAN STOK IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN NURUL HIKMAH AMALIA

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

3. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

PENDUGAAN POTENSI LESTARI DAN PERTUMBUHAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

3. METODE PENELITIAN

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

2. METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA YULI WULANDARI

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KURISI (Nemipterus japonicus Bloch, 1791) DI PERAIRAN SELAT SUNDA MUHAMAD YUNUS

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMATANGAN GONAD DAN DINAMIKA POPULASI IKAN PARI BLENTIK (Neotrygon kuhlii, Muller & Henle, 1841) DI PERAIRAN SELAT SUNDA, BANTEN SALMA ABUBAKAR

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN STOK IKAN PARI (Neotrygon kuhlii) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN RAISHA BUNGA SURYA

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, PROVINSI DKI JAKARTA

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

The Growth and Exploitation of Tamban (Sardinella albella Valenciennes, 1847) in Malacca Strait Tanjung Beringin Serdang Bedagai North Sumatra

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

MODEL PRODUKSI SURPLUS UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

STATUS STOK DAN ANALISIS POPULASI VIRTUAL IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NERI SRIBENITA SIHOMBING DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Status Stok dan Analisis Populasi Virtual Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2017 Neri Sribenita Sihombing C24130018

ABSTRAK NERI SRIBENITA SIHOMBING. Status Stok dan Analisis Populasi Virtual Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda. Dibimbing oleh RAHMAT KURNIA dan ZAIRION. Ikan kembung lelaki merupakan salah satu ikan pelagis yang terus di eskploitasi karena memiliki nilai ekonomis penting. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis status stok melalui model produksi surplus dan dinamika mortalitas dengan analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei hingga September 2016. Ikan kembung lelaki memiliki nilai faktual> fmsy yang mengindikasikan telah terjadi tangkap lebih. Ikan contoh yang diperoleh selama penelitian adalah 866 ekor dengan jantan sebanyak 497 ekor dan betina 369 ekor. Analisis uji-t pada regresi linear menunjukkan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki adalah allometrik negatif. Panjang pertama kali matang gonad lebih besar dibandingkan panjang pertama kali tertangkap (Lm > Lc). Nilai parameter pertumbuhan (L dan K) jantan berturut-turut adalah 305 mm dan 0,24/bulan, sedangkan betina adalah 328,5 mm dan 0,23/bulan. Mortalitas penangkapan lebih tinggi dibandingkan mortalitas alami. Analisis populasi virtual pada ikan kembung lelaki menunjukkan mortalitas penangkapan yang tinggi dengan semakin tingginya ukuran panjang dan dugaan biomassa rendah. Kata kunci : Analisis populasi virtual, ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), Selat Sunda, status stok. ABSTRACT NERI SRIBENITA SIHOMBING. Stock Status and Virtual Population Analysis of Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) in the Sunda Strait. Supervised by RAHMAT KURNIA and ZAIRION. Indian mackerel is one of pelagic fish were kept in exploitation because it has important economic value. The purpose of this research is to analyze the stock status by surplus production model and mortality dinamics with virtual population analysis of Indian mackerel in Sunda Strait. Data were collected from May to September 2016. Indian mackerel have value of factual > fmsy that indicated over fishing. The fishes sample obtained during this research was 866 individues with 497 of male and 369 of female. T- test analysis on linear regression showed the growth pattern of Indian mackerel is negative allometric. Length at first maturity higher than length at first captured (Lm > Lc). Growth parameters (L and K) of male are 305 mm and 0.24/month, while females are 328.5 mm and 0.23/month. Fishing mortality higher than natural mortality. Virtual population analysis showed a high fishing mortality by encreasing length group and biomass estimation was low. Key words : Virtual population analysis, indian mackerel (Rastrelliger kanagurta), Sunda Strait, stock status.

STATUS STOK DAN ANALISIS POPULASI VIRTUAL IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NERI SRIBENITA SIHOMBING Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kepadatuhan YME, karena rahmat serta karunia-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Status Stok dan Analisis Populasi Virtual Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor dengan melakukan penelitian pada bulan Mei-September 2016. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. 2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2016, Nomor 079/SP2H/LT/DRPM/II/2016, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumberdaya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten yang dilaksanakan oleh Dr Ir Rahmat Kurnia MSi (sebagai ketua peneliti) dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai anggota peneliti). 3. Dr Ir Fredinan Yulianda, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberi saran dan motivasi selama perkuliahan. 4. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku dosen penguji dan Dr Ir Niken TM Pratiwi selaku Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. 5. Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Zairion MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan serta dukungandalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 6. Mamah (Esmauli), kakak, dan abang atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan doa serta materil yang diberikan. 7. Teman-teman Penelitian BOPTN 2016, khususnya Putri sebagai partner penelitian saya, teman-teman MSP 50 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, Bang Gentha, Kak Dinta, Mba Nur, dan Bang Pasca. Terima kasih atas segala bentuk dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Juli 2017 Neri Sribenita Sihombing

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Kerangka Pemikiran Penelitian 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 3 Waktu dan Lokasi 3 Pengumpulan Data 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Hasil 11 Pembahasan 20 KESIMPULAN DAN SARAN 24 Kesimpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 24 RIWAYAT HIDUP 46

DAFTAR TABEL 1 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 11 2 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 12 3 Parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 18 4 Nilai mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 18 5 Perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 21 6 Perbandingan laju mortalitas dan eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 22 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 2 Lokasi pengambilan contoh ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 3 3 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 4 4 Komposisi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPP Labuan, Banten 11 5 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda 12 6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan 13 7 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina 13 8 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan 14 9 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan 14 10 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina 15 11 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan 15 12 Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan 16 13 Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina 16 14 Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan 16 15 Pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan 17 16 Pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina 17

17 Pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan 17 18 Analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan 19 19 Analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina 19 20 Analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 27 2 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 28 3 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di setiap pengambilan contoh 29 4 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) keseluruhan 30 5 Pergeseran modus pada pengelompokan ukuran panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 31 6 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 32 7 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 33 8 Ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 36 9 Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 39 10 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 40 11 Tabulasi hasil analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 43

PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu pelabuhan perikanan yang cukup berkembang di Indonesia adalah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten. PPP Labuan terletak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Sumberdaya ikan yang didaratkan di pelabuhan ini merupakan hasil tangkapan di Perairan Selat Sunda. Ikan-ikan tersebut terdiri dari beberapa kelompok, di antaranya kelompok ikan pelagis, demersal, dan karang. Ikan-ikan pelagis terdiri dari ikan layang, lemuru, kembung, tongkol, kembung lelaki, tenggiri, ekor kuning, tembang, dan selar kuning. Ikan-ikan demersal di antaranya ikan kuniran, kurisi, swanggi, pari, dan manyung (DKP Pandeglang 2014). Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) adalah salah satu ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomis penting. Ikan ini memiliki peranan sebagai pendukung ekonomi bagi masyarakat dan mengandung protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu nelayan terus menerus mengeksploitasi ikan kembung lelaki untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Data hasil tangkapan ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan dicatat oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Pandeglang, Provinsi Banten. Volume hasil tangkapan nelayan terhadap ikan kembung lelaki di Selat Sunda berfluktuasi dan cenderung menurun (DKP Pandeglang 2014). Hal ini diduga berkaitan dengan intensitas penangkapan dan status stok. Penelitian mengenai status stok ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Permatachani (2014); Siregar (2015); dan Nurhazmi (2016). Penelitian ini dilakukan kembali untuk monitoring status stok melalui model produksi surplus dan analisis populasi virtual sumberdaya ikan kembung lelaki. Tingginya hasil tangkapan mengindikasikan mortalitas akibat penangkapan yang tinggi. Analisis populasi virtual (virtual population analysis) berdasarkan data panjang ikan kembung lelaki digunakan untuk mengetahui tingginya laju mortalitas penangkapan dan laju eksploitasi. Informasi ini diperlukan dalam menentukan pengelolaan perikanan yang tepat dan berkelanjutan. Kerangka Pemikiran Penelitian Ikan kembung lelaki memiliki peranan penting dalam aspek ekonomi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan protein. Aktivitas perikanan yang menjadi sektor perekonomian penting menyebabkan nelayan melakukan penangkapan sumberdaya ikan kembung lelaki secara terus menerus. Akibatnya sumberdaya ikan kembung lelaki mengalami penurunan hasil tangkapan karena laju mortalitas akibat penangkapan yang tinggi. Aspek penting yang perlu dikaji dari sumberdaya ikan kembung lelaki adalah status stok dan dinamika mortalitas penangkapan. Status stok dianalisis melalui model produksi surplus (MPS) dan dinamika mortalitas penangkapan dianalisis melalui analisis populasi virtual. Data yang diperlukan untuk analisis populasi virtual adalah data sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang dan bobot, panjang pertama kali matang gonad (Lm), panjang pertama kali tertangkap (Lc), parameter-parameter pertumbuhan, dan mortalitas serta laju eksploitasi. Analisis

2 tersebut dapat menghasilkan status stok dan dinamika mortalitas penangkapan ikan kembung lelaki untuk rencana pengelolaan yang berkelanjutan. Gambar 1 menjelaskan kerangka pemikiran tersebut. Sumberdaya ikan kembung lelaki Permasalahan Laju eksploitasi dan mortalitas yang tinggi Penurunan hasil tangkapan Input Data produksi dan upaya penangkapan ikan Data panjang dan bobot ikan Proses Analisis MPS Rasio kelamain Sebaran frekuensi panjang Hubungan panjang & bobot L m dan L c Parameter pertumbuhan Mortalitas & laju eksploitasi Output Status stok ikan kembung lelaki Dinamika mortalitas penangkapan melalui Analisis Populasi Virtual analisis populasi virtual Pengelolaan perikanan kembung lelaki berkelanjutan Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status stok melalui model produksi surplus dan dinamika mortalitas dengan analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (R. kanagurta) di Perairan Selat Sunda. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi-informasi terkait status stok dan analisis populasi virtual sumberdaya ikan kembung lelaki (R. kanagurta) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Informasi ini dapat

digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki yang tepat sehingga pemanfaatannya tetap berkelanjutan. 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga September 2016 selama periode bulan gelap di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Ikan kembung lelaki (R. kanagurta) diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten (Gambar 2). Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari laporan hasil dan upaya tangkap PPP Labuan, Banten yang dicatat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Data sekunder ini digunakan untuk menganalisis status stok ikan kembung lelaki. Data primer untuk analisis populasi virtual dikumpulkan dengan pengambilan contoh ikan kembung lelaki secara acak dari hasil tangkapan nelayan yang telah didaratkan. Selanjutnya, contoh ikan kembung lelaki dianalisis di Laboratorium Biologi Perikanan, divisi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan di laboratorium berupa pengukuran panjang total (mm),

4 panjang cagak (mm), panjang baku (mm), tinggi tubuh ikan (mm), dan bobot ikan (mg). Gambar 3 menyajikan gambar ikan kembung lelaki. Gambar 3 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Selanjutnya dilakukan pembedahan ikan kembung lelaki untuk menentukan jenis kelamin serta tingkat kematangan gonad (TKG). Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) untuk data primer dapat diketahui melalui ciri-ciri morfologi kematangan gonad berdasarkan klasifikasi menurut Agger et al.(1974) yang disajikan pada Lampiran 1. Analisis Data Status stok Status stok dianalisis menggunakan model produksi surplus. Model ini berguna untuk menganalisis hasil tangkapan (catch) dan upaya (effort) dalam pendugaan potensi lestari ikan kembung lelaki. Pendugaan potensi lestari memerlukan standardisasi alat tangkap untuk menyeragamkan upaya penangkapan yang ada sehingga dapat diasumsikan upaya penangkapan suatu alat tangkap dapat menghasilkan tangkapan yang relatif sama dengan alat tangkap yang dijadikan standar. Alat tangkap yang digunakan standar adalah alat tangkap yang dominan menangkap menangkap jenis ikan tertentu dan memiliki nilai Fishing Power Index (FPI) sama dengan satu. Nilai FPI dari masing-masing alat tangkap lainnya dapat diketahui dengan membagi laju penangkapan rata-rata unit penangkapan yang dijadikan standard. Menurut Sparre dan Venema (1999), nilai FPI diketahui dengan menganalisis nilai CPUEi terlebih dahulu dengan rumus: CPUE i = C i f i (1) sehingga nilai FPIi diperoleh sebagai berikut: FPI i = CPUE i CPUE s (2) CPUEi adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap ke-i, Ci adalah jumlah tangkapan jenis alat tangkap ke-i, fi adalah jumlah upaya penangkapan jenis alat tangkap ke-i, CPUEs adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan pada alat tangkap yang dijadikan standar, dan FPIi adalah faktor upaya tangkap pada jenis alat tangkap ke-i. Tingkat upaya penangkapan optimum (fmsy) dan hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) dari unit penangkapan dengan model Schaefer (1954) in Sparre dan Venema (1999) dapat diketahui dengan persamaan berikut:

5 sehingga diperoleh dugaan fmsy dan MSY: CPUEt = a bft (3) fmsy = a 2b (4) MSY = a2 4b (5) Menurut Fox (1970) in Sparre dan Venema (1999) persamaannya adalah: sehingga diperoleh dugaan fmsy dan MSY: ln CPUEt = a bft (6) fmsy = 1 b (7) MSY = 1 b e(a-1) (8) Menurut Walter dan Hilborn (1975), persamaannya adalah: CPUEt = sehingga diperoleh fmsy dan MSY sebagai berikut: CPUE t (r+1)( r Kq )CPUEt+q ft (9) fmsy = fmsy = r 2q (10) MSY = (r+1)2 4( r K ) (11) Menurut model Schnute (1977) in (Sparre dan Venema 1999), persamaannya adalah: Ln CPUEt+1 = r +( r ) Kq (CPUEt+CPUEt+1 2 sehingga fmsy dan MSY diperoleh sebagai berikut: ) + q ( ft+ft+1 ) ln CPUEt (12) 2 fmsy = r 2q (13) MSY = r2 4( r K ) (14)

6 Menurut Clarke et al. (1992) persamaannya adalah: Ln CPUEt+1 = ( 2r q ) ln (qk)+(2-r) + ln CPUEt + ( 2+r 2+r sehingga fmsy dan MSY diperoleh sebagai berikut: 2+r ) (ft + ft+1) (15) fmsy = r q (16) MSY = rk 4 (17) CPUEt adalah tangkapan per upaya pada tahun ke-t, a dan b adalah konstanta, r adalah parameter pertumbuhan, K adalah daya dukung lingkungan, q adalah koefisien penangkapan, dan ft adalah upaya penangkapan tahun ke-t. Model yang memiliki nilai kolerasi dan determinasi yang paling tinggi merupakan model yang paling sesuai digunakan. Menurut Kementerian PPN (2014), jumlah tangkapan yang diperbolehkan (Total Allowable Catch/TAC) dan tingkat pemanfaataan sumberdaya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi surplus berdasarkan prinsip kehati-hatian, yaitu: TAC = 90% x MSY (18) Data yang digunakan dalam analisis model produksi surplus adalah data hasil dan upaya tangkapan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2012, 2013, dan 2014 dikarenakan ketidaklengkapan data yang diperoleh dari DKP Pandeglang. Analisis populasi virtual (Virtual population analysis/vpa) Pendugaan dinamika mortalitas penangkapan menurut ukuran panjang dilakukan dengan analisis populasi virtual (VPA). Metode yang digunakan adalah metode berdasarkan panjang (length based method) (Sparre dan Venema 1999). Data dianalisis menggunakan software FISAT (FAO-ICLARM Stock Assesment Tools) II versi 1.2.2. Data yang digunakan adalah data hasil tangkapan selama penelitian (Mei hingga September 2016). Nilai a dan b yang diperoleh dari hubungan panjang bobot ikan, nilai panjang asimtotik ikan (L ) dan laju pertumbuhan (K) dari analisis parameter pertumbuhan, mortalias alami (M), serta mortalitas penangkapan (Ft) merupakan input dalam pengolahan data (Amin et al. 2014). Oleh karena itu, dibutuhkan analisis-analisis data sebagai berikut. Rasio kelamin Rasio kelamin (sex ratio) merupakan perbandingan ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Nilai rasio kelamin berbeda pada jenis ikan karena adanya perbedaan tingkah laku sex, kondisi lingkungan, dan daerah penangkapan. Rasio kelamin diperoleh dengan rumus: P j = n N (19) P j adalah rasio jenis ikan (jantan dan betina), n adalah jumlah jenis ikan (jantan atau betina), dan N adalah jumlah total individu ikan kembung lelaki.

Selanjutnya dilakukan uji Chi-Square untuk mengetahui perbandingan antara ikan jantan dan betina: χ 2 = (oi-ei)2 e i (20) χ 2 adalah nilai statistik Chi-Square, oi adalah sebaran ikan jantan dan betina yang diamati, dan ei adalah frekuensi harapan ikan jantan dan betina Hubungan panjang dan bobot Hubungan panjang dan bobot, yang selanjutnya disebut hubungan panjangbobot ikan dianalisis untuk menentukan pola pertumbuhan ikan. Rumus hubungan panjang-bobot, yaitu: W = αl β (21) W adalah bobot total (mg), L adalah panjang total (mm), sedangkan α dan β adalah konstanta yang didapatkan dari perhitungan regresi (Effendie 1997). Nilai α dan β diduga dari bentuk linear persamaan (21), yaitu: Log W=Log α + β Log L (22) Penduga α dan β diperoleh dengan analisis regresi yang menggunakan Log W sebagai y dan Log L sebagai x, sehingga diperoleh persamaan: sebagai model observasi dan sebagai model dugaan. Konstanta b dan b0 diduga menggunakan persamaan: yi = β 0 + βx i +ε i (23) ŷ=b 0 +bx i (24) 7 dan b= n xiyi i=1-1 n n i=1 xi n i=1 yi n i=j xi 2-1 n ( n i=j xi)2 (25) b0 = y bx (26) Konstanta α dan β diduga melalui hubungan β = b dan α = 10 b 0 Hubungan panjang-bobot dapat dilihat dari nilai konstanta β dengan hipotesis: 1. Bila β = 3, memiliki hubungan isometrik (pola pertumbuhan bobot sebanding pola pertumbuhan panjang) 2. Bila β 3, memiliki hubungan allometrik (pola pertumbuhan bobot tidak sebanding pola pertumbuhan panjang)

8 Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji sebagai berikut: t hitung = b-3 s b (27) sb adalah galat baku dugaan b yang dihitung dengan: sb 2 s = 2 (28) ƩX² - ( 1 n (ƩX)²) Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika thitung < ttabel maka gagal tolak atau terima hipotesis nol (H0) (Walpole 1995). Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) Penetuan Lm adalah berdasarkan tingkat kematangan gonad pada TKG 5 dan 6. Pendugaan ukuran rata-rata ikan kembung lelaki pertama kali matang gonad digunakan metode Spearman-Karber (Udupa 1986) sebagai berikut: m= [xk + ( x 2 )] - (x p i ) (29) sehingga, Lm = antilog m (30) dengan selang kepercayaan 95% bagi log m dibatasi dengan: antilog (m ±1,96 x 2 p i q i n i -1 ) (31) m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i, ni adalah jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1 pi, dan Lm adalah panjang ikan pertama kali matang gonad. Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) Metode yang digunakan untuk menduga ukuran pertama kali tertangkap adalah metode Beverton dan Holt (1957) in Sparre dan Venema (1999). Urutan untuk memperoleh Lc adalah sebagai berikut: SL = 1 1+exp (a-b L) (32) Ln ( 1 1) = a b L (33) SLc

dengan nilai tengan kelas sebagai absis x dan Ln ( 1 diperoleh: Lc = a b SLc 9 1) sebagai absis y, maka SL adalah jumlah ikan yang tertahan dalam alat tangkap dibagi jumlah ikan secara keseluruhan tertangkap, SLc adalah frekuensi kumulatif relatif, L adalah nilai tengah kelas panjang (mm), a dan b adalah konstanta, Lc adalah panjang ikan pertama kali tertangkap (mm). Pendugaan parameter pertumbuhan Pendugaan parameter pertumbuhan dilakukan dengan metode analisis frekuensi panjang diikuti metode NORMSEP (Normal Separation) yang meliputi koefisien pertumbuhan (K) dan panjang asimtotik tubuh ikan (L ). Parameter pertumbuhan (L dan K) diduga dengan software FISAT (FAO-ICLARM Stock Assesment Tools) II versi 1.2.2 melalui program ELEFAN I (Electronic Length Frequency Analysis I). Nilai L dan K digunakan untuk menduga t0 dan tmax dengan mengikuti persamaan empiris Pauly (1984), yaitu: dan (34) log(-t 0 ) = 0,3922 0,2752(log L ) 1,038(log K) (35) tmax = 3 K + t0 (36) Selanjutnya nilai K, L, dan t0 digunakan untuk menduga kurva pertumbuhan von Bertalanffy mengikuti persamaan menurut Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut: Jika t sama dengan t+1, persamaannya menjadi: L t = L [1 e K(t t 0 ) ] (37) L t+1 =L [1 e -K(t+1 t 0 ) ] (38) Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (mm), L adalah panjang asimtotik ikan (mm), K adalah koefisien laju pertumbuhan (mm/satuan waktu), t adalah umur ikan (bulan), t0 adalah umur ikan pada saat panjang ikan nol, dan tmax adalah umur maksimum yang dapat dicapai ikan (bulan). Mortalitas dan laju eksploitasi Menurut Sparre dan Venema (1999), parameter mortalitas terdiri dari mortalitas alami dan mortalitas penangkapan. Laju mortalitas total (Z) dapat diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang dengan langkah-langkah sebagai berikut:

10 1. Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan mengunakan inverse persamaan von Bertalanffy. t(l) = t0 ( 1 k *ln(1 L L )) (39) 2. Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata ikan untuk tumbuh dari panjang L1 ke L2 ( t). 3. Menghitung waktu panjang rata-rata. t=t(l 2 )-t(l 1 )= ( 1 k *ln( L L 1 L L 2 )) (40) t L 1-L 2 =t 2 0 - ( 1 L1+L2 *ln(1- )) (41) k 2 L 4. Menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan dan dikonversikan ke data panjang. ln C(L 1-L 2 ) =C-Z*t (L 1-L 2 ) t(l 1 -L 2 ) 2 (42) Persamaan (42) adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan: B = Z (43) Menurut Pauly (1984), laju mortalitas alami (M) dapat diduga dengan menggunakan rumus empiris sebagai berikut: M = 0,8*exp (-0.0152-0.279*lnL +0.6543*lnK+0.463*lnT) (44) M adalah mortalitas alami (per tahun), L adalah panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy (mm), K adalah koefisien pertumbuhan (mm/satuan waktu), t0 adalah umur ikan pada saat panjang ikan sama dengan nol, dan T adalah suhu rata-rata permukaan air (ºC). Selanjutnya, laju mortalitas penangkapan (F) dapat ditentukan dengan: F = Z M (45) Laju eksploitasi (E) dapat ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z): E= F Z (46) F adalah laju mortalitas penangkapan (per tahun), Z adalah laju mortalitas total (per tahun), M adalah laju mortalitas alami (per tahun), dan E adalah laju eksploitasi.

11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ikan kembung lelaki dan komposisi hasil tangkapan ikan Sumberdaya ikan yang didaratkan di PPP Labuan, Banten terdiri dari kelompok ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan kembung lelaki (R. kanagurta) merupakan hasil tangkapan yang hampir selalu ada di setiap kali pendaratan ikan di PPP Labuan, Banten. Ikan ini memiliki proporsi tangkapan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan kembung (R. faughni) dan kembung perempuan (R. brachysoma). Proporsi volume tangkapan ikan kembung lelaki adalah sebesar 4% dari total hasil tangkapan pada tahun 2014 (Gambar 4). Kembung Perempuan Ikan lainnya Kembung lelaki Tembang Layang Layur Kurisi Peperek Kuniran Tenggiri Kembung Tongkol Gambar 4 Komposisi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPP Labuan, Banten Alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap ikan kembung lelaki adalah purse seine atau sering disebut pukat cincin. Alat tangkap ini dikhususkan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Pukat cincin yang digunakan untuk menangkap ikan ikan kembung lelaki memiliki ukuran mata jaring sebesar 1 inchi. Status stok Model produksi surplus dapat digunakan dalam menduga tangkapan dan upaya penangkapan yang diperbolehkan. Nilai R 2 tertinggi ditunjukkan oleh model Fox sebesar 0,842 dan terkecil ditunjukkan oleh model Schnute yakni 0,049 (Tabel 1). Oleh karena itu, model yang paling sesuai untuk digunakan dalam menduga fmsy dan MSY ikan kembung lelaki adalah model Fox. Tabel 1 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda Model f MSY (ton) MSY (ton) R 2 TAC (ton) Schaefer 2991,928 1768,783 0,835 1591,904 Fox 2950,117 1757,745 0,842 1581,971 Walter Hilborn 3414,929 6848,134 0,202 6163,321 Schnute 1031,688 631,249 0,049 568,125 CYP 9829,240 18557,262 0,616 16701,536

12 Hasil tangkapan ikan kembung lelaki setiap tahunnya mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Tetapi pada tahun 2014 terjadi sedikit peningkatan hasil tangkapan dari tahun sebelumnya. Tangkapan maksimum lestari sebesar 1757,745 ton dengan upaya sebesar 2951 trip. Upaya penangkapan aktual ikan kembung lelaki pada tahun 2014 telah melebihi upaya penangkapan maksimum lestari (Gambar 5). Jumlah tangkapan aktual juga telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (1754,250 ton >1581,980 ton). 2500 Hasil tangkapan (ton) 2000 1500 1000 500 2007 2008 2014 2012 2009 2013 fmsy MSY Tahun 0 0 5000 10000 15000 20000 Upaya penangkapan (trip) Gambar 5 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Analisis populasi virtual (Virtual population analysis/vpa) Rasio kelamin Uji Chi-Square menunjukkan bahwa rasio kelamin antara ikan kembung lelaki jantan dan betina pada setiap bulannya tidak 1:1. Ikan kembung lelaki jantan hasil tangkapan lebih mendominasi dibandingkan dengan ikan kembung lelaki betina kecuali pada bulan September, betina lebih dominan dibandingkan jantan. Rasio kelamin ikan kembung lelaki disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda Waktu Pengamatan N (ekor) Jumlah (n) Rasio Kelamin Jantan Betina J:B Mei 200 116 84 1,00:0,720 Juni 216 154 62 1,00:0,400 Juli 150 79 71 1,00:0,890 Agustus 150 79 71 1,00:0,890 September 150 69 81 1,00:1,170 Sebaran frekuensi panjang Sebaran frekuensi panjang dianalisis untuk mengetahui sebaran frekuensi panjang total ikan kembung lelaki dan kelompok ukuran. Ukuran panjang ikan

kembung lelaki jantan berada diantara 110-288 mm dengan jumlah sebanyak 497 ekor dan betina diantara 120-285 mm dengan jumlah sebanyak 369 ekor. Secara umum, grafik sebaran frekuensi panjang menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki jantan dan betina berada pada 2 kelompok ukuran panjang. Gambar 6, 7, dan 8 menyajikan grafik sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki: 13 Frekuensi (ind) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gambar 6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan Frekuensi (ind) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Selang kelas panjang (mm) Selang kelas panjang (mm) Gambar 7 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina

14 Frekuensi (ind) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Selang kelas panjang (mm) Gambar 8 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan Hubungan panjang dan bobot Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (R. kanagurta) dapat diketahui melalui analisis hubungan panjang-bobot. Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki jantan, betina, dan gabungan masing-masing adalah W = 0,0786L 2,630 ; W = 0,10241L 2,582 ; dan W = 0,0885L 2,609. Nilai koefisien determinasi masing-masing adalah 0,917; 0,917; dan 0,917 (Gambar 9, 10, dan 11). Analisis uji-t (Lampiran 5) menunjukkan bahwa pola pertumbuhan yang dimiliki ikan kembung lelaki jantan, betina, gabungan adalah allometrik negatif (b<3) yang menunjukkan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot. 300000 Bobot total (mg) 250000 200000 150000 100000 W = 0,0786L 2,630 R² = 0,917 n = 497 ekor 50000 0 0 50 100 150 200 250 300 350 Panjang total (mm) Gambar 9 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan

15 300000 Bobot total (mg) 250000 200000 150000 100000 W = 0,1024L 2,582 R² = 0,917 n = 369 ekor 50000 0 0 50 100 150 200 250 300 350 Panjang total (mm) Gambar 10 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina 300000 Bobot total (mg) 250000 200000 150000 100000 W = 0,0885L 2,609 R² = 0,917 n = 866 ekor 50000 0 0 50 100 150 200 250 300 350 Panjang total (mm) Gambar 11 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan panjang pertama kali tertangkap (Lc) Ikan kembung lelaki jantan, betina, dan gabungan memiliki panjang pertama kali matang gonad yang lebih tinggi dibandingkan panjang pertama kali tertangkap (Lm>Lc). Hal ini menunjukkan bahwa ikan-ikan yang tertangkap sebagian besar belum matang gonad. Gambar 12, 13, dan 14 menyajikan kurva Lm dan Lc ikan kembung lelaki.

16 100% 80% Frekuensi 60% 40% L c = 193,213 mm L m = 243,778 mm 20% 0% 110 160 210 260 310 Niai tengah panjang (mm) Gambar 12 Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan Frekuensi 100% 90% 80% 70% 60% 50% L c = 193,624 mm L m = 220,024 mm 40% 30% 20% 10% 0% 110 160 210 260 310 Nilai tengah panjang (mm) Gambar 13 Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina Frekuensi 100% 90% 80% 70% 60% L c = 194,732 mm L m = 233,061 mm 50% 40% 30% 20% 10% 0% 110 160 210 260 310 Nilai Tengah panjang (mm) Gambar 14 Panjang pertama kali matang gonad (Lm) dan tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan

Parameter pertumbuhan Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki jantan, betina, dan gabungan masing-masing adalah Lt = 305,00(1-e -0,24[12,06+0,43] ), Lt = 328,50(1- e -0,23[12,62+0,42] ), dan Lt = 337,05(1-e -0,19[15,45+0,34] ). Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki betina disajikan pada Gambar 15, 16, dan 17. Panjang (mm) 350 300 250 200 150 100 50 Lt = 305,00 ( 1 - e -0,24 [12,06+0,43] ) 0-2 8 18 28 38 48 Waktu (bulan) L = 305,00 mm Gambar 15 Pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan 17 Panjang (mm) 350 L 300 =328,50 mm 250 Lt = 328,50 ( 1 - e -0,23 [12,62+0,42] ) 200 150 100 50 0-2 8 18 28 38 Waktu (bulan) Gambar 16 Pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina Panjang (mm) 350 300 250 L = 337,05 mm Lt = 337,05 ( 1 - e -0,19 [15,45+0,34] ) 200 150 100 50 0-2 8 18 28 38 Waktu (bulan) Gambar 17 Pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan

18 Parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki terdiri dari panjang asimtotik (L ), koefisien pertumbuhan (K), dan umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (t0). Nilai K ikan kembung lelaki jantan lebih tinggi dibandingkan betina sehingga lebih cepat untuk mencapai L. Tabel 3 menyajikan parameterparameter pertumbuhan ikan kembung lelaki. Tabel 3 Parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda Contoh ikan n (ekor) Parameter Pertumbuhan K (bulan) L (mm) t 0 (bulan) t max (bulan) Jantan 497 0,240 305,00-0,436 12,068 Betina 369 0,230 328,50-0,422 12,621 Gabungan 866 0,190 337,05-0,339 15,450 Mortalitas dan laju eksploitasi Mortalitas populasi di alam dapat disebabkan oleh faktor alami (M), faktor penangkapan (F), dan mortalitas total (Z) yang merupakan total mortalitas secara alami dan penangkapan. Mortalitas alami, penangkapan, maupun total yang dimiliki ikan kembung lelaki jantan lebih tinggi dibandingkan betina dan gabungan. Laju eksploitasi ikan kembung lelaki jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina. Laju eksploitasi dengan nilai lebih dari 0,5 berarti bahwa ikan kembung lelaki telah mengalami over exploitation. Tabel 4 menyajikan nilai mortalias dan laju ekploitasi ikan kembung lelaki. Tabel 4 Nilai mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda Parameter Nilai (per tahun) Jantan Betina Gabungan Mortalitas total (Z) 1,991 1,457 1,968 Mortalitas alami (M) 0,303 0,289 0,253 Mortalitas penangkapan (F) 1,688 1,168 1,715 Eksploitasi (E) 0,848 0,802 0,876 Hasil analisis populasi virtual menggambarkan dinamika mortalitas penangkapan serta dugaan populasi pada setiap kelompok ukuran panjang. Jumlah populasi dan mortalitas penangkapan yang dimiliki ikan kembung lelaki pada setiap kelompok ukuran panjang berbeda-beda. Dugaan biomassa ikan kembung lelaki jantan, betina, dan gabungan di alam melalui analisis VPA masing-masing sebesar 733,190 ton; 490,440 ton; dan 1185,630 ton. Gambar 18, 19, dan 20 menyajikan grafik analisis populasi virtual ikan kembung lelaki.

19 Gambar 18 Analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan Gambar 19 Analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina Gambar 20 Analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) gabungan

20 Pembahasan Perikanan dapat berkelanjutan jika menerapkan upaya penangkapan optimum. Menurut Budiasih dan Dewi (2015), upaya pemanfaatan yang optimum terjadi jika tangkapan maksimum tidak merusak stok di alam. Produksi yang tinggi dihasilkan dengan upaya yang berbeda-beda. Upaya dan produksi tangkapan juga dapat dipengaruhi oleh alat tangkap yang berbeda. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan kembung lelaki adalah gillnet, payang, dogol, pukat pantai, purse seine (pukat cincin), rampus, bagan rakit, bagan tancap, dan pancing (DKP Pandeglang 2014). Hasil tangkapan dominan dihasilkan oleh purse seine sehingga alat tangkap ini merupakan alat tangkap standar dengan nilai Fishing Power Index (FPI) yang lebih besar dibandingkan alat tangkap lainnya (Lampiran 2). Dugaan status stok ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda melalui data hasil tangkapan dan upaya di PPP Labuan, Banten dilakukan dengan pendekatan MSY dan fmsy dengan model-model produksi surplus. Model produksi surplus merupakan model yang populer dalam perikanan dan sering digunakan untuk menduga tangkapan yang diperbolehkan (Tinungki et al. 2004). Model yang digunakan untuk menganalisis produksi surplus adalah model Fox dengan R 2 sebesar 0,842. Upaya penangkapan aktual pada tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan fmsy sehingga diduga bahwa ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih (over fishing). Jumlah tangkapan aktual melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC) (1754,25 >1581,97 ton). Rasio kelamin menggambarkan kondisi populasi di alam (Prahadina 2013). Berdasarkan uji Chi-Square, ikan kembung lelaki memiliki rasio kelamin tidak 1:1, yang mana ikan kembung lelaki jantan lebih dominan dibandingan betina. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan ruaya sehingga kembung lelaki jantan lebih banyak tertangkap dan didaratkan (Moazzam et al. 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Permatachani (2014); Siregar (2015); dan Nurhazmi (2016) sebelumnya di Perairan Selat Sunda, diperoleh rasio kelamin berturut-turut adalah 1:0,9; 1:0,44; 1:0,57. Rasio kelamin yang diperoleh juga tidak 1:1 dimana ikan kembung lelaki jantan lebih mendominasi dibandingkan betina. Adanya perbedaan pola tingkah laku antara jantan dan betina menyebabkan perbedaan hasil tangkapan di alam. Menurut Effendie (1997), rasio kelamin ikan bisa berbeda dikarenakan perbedaan kepadatan populasi, predasi, dan kompetisi terhadap makanan di alam yang berbeda antara jantan dan betina. Ikan kembung lelaki dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang. Ukuran panjang yang diperoleh pada setiap bulan pengambilan contoh memiliki frekuensi yang berbeda (Lampiran 3 dan 4). Grafik pergeseran modus ukuran panjang menunjukkan adanya perbedaan modus pada setiap pengambilan contoh (Lampiran 5). Perbedaan ini diduga karena faktor pertumbuhan yang dialami ikan kembung lelaki yang berbeda-beda setiap individunya. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh perbedaan waktu pengambilan contoh ikan (Gurukinayan et al.2015). Menurut Nasution (2014), kisaran antara panjang maksimum dengan panjang minimum yang semakin besar dapat memberikan hasil yang lebih mewakili kondisi di alam. Kondisi stok yang semakin menipis di alam juga dapat menyebabkan perbedaan ukuran ikan (Rifqie 2007).

Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki melalui uji-t adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih dominan dibandingkan pertambahan bobotnya (Lampiran 6). Pola pertumbuhan yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Permatachani (2014) dan Siregar (2015), tetapi berbeda dengan penelitian Nurhazmi (2016) dengan pola pertumbuhan allometrik positif. Tabel 5 menyajikan perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda. Tabel 5 Perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda Peneliti N (ekor) Nilai b Pola pertumbuhan Jantan Betina Permatachani (2014) 1100 2,72 2,88 Allometrik negatif Siregar (2015) 480 2,39 2,87 Allometrik negatif Nurhazmi (2016) 839 3,09 3,20 Allometrik positif Penelitian ini (2017) 866 2,63 2,58 Allometrik negatif Penelitian di lokasi yang sama memiliki perbedaan pola pertumbuhan karena perbedaan waktu penelitian. Hal ini didukung dengan pernyataan Tesch (1971) in (Rahman dan Hafzath 2002) bahwa hubungan panjang-bobot ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya musim, habitat, kematangan gonad, serta kesehatan ikan pada waktu penangkapan. Hal berbeda ditunjukkan oleh Rahman dan Hafzath (2002) di Perairan Kuantan, Malaysia (b=3,38) dan Abdussamad et al. (2006) di India (b= 3,30). Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda lebih kurus dibandingkan ikan kembung lelaki di Malaysia dan India. Perbedaan pola pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh kondisi fisik perairan yang berbeda antara Malaysia dan India dengan Perairan Selat Sunda. Keragaman hubungan panjang-bobot ikan dapat juga dipengaruhi oleh kepadatan lambung pada saat pengamatan (Rahardjo dan Simanjuntak 2008). Ukuran ikan pertama kali matang gonad adalah keadaan saat individu telah mencapai ukuran dewasa sehingga mampu menghasilkan individu baru (Sarumaha et al. 2016). Lm dan Lc perlu diketahui untuk memberi kesempatan bagi ikan bereproduksi sebelum tertangkap. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai Lm dan Lc yang mana Lm>Lc (Lampiran 7 dan 8). Panjang pada saat matang gonad tidak sama pada setiap spesies ikan, tergantung faktor genetik, lingkungan, serta tekanan aktivitas penangkapan (Nasution 2014). Ikan kembung lelaki betina lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan kembung lelaki jantan. Hal berbeda ditunjukkan oleh Krissunari dan Hariati (1994) dimana panjang pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki jantan lebih cepat dibandingkan betina. Perbedaan ini diduga karena ukuran ikan yang matang gonad berbeda, sehingga menyebabkan hasil analisis Lm juga berbeda. Panjang asimtotik (L ) ikan kembung lelaki jantan lebih kecil dengan K yang lebih tinggi dibandingkan betina. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki jantan memiliki waktu yang lebih cepat untuk mencapai panjang asimtotik sehingga L yang dimiliki lebih kecil. Guanco (1991) mengatakan bahwa pertumbuhan dapat berbeda antara jantan dan betina karena perbedaan frekuensi panjang yang dimiliki ikan. 21

22 Koefisien pertumbuhan berhubungan dengan lama ikan tersebut hidup (tmax). Nilai yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa ikan tersebut memiliki waktu hidup yang lebih panjang. Penelitian ini menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki jantan lebih cepat menuju penuaan dibandingkan ikan kembung lelaki betina karena nilai tmax yang lebih kecil. Lama hidup ikan kembung lelaki menurut Ganga (2010) adalah 2 tahun dan memiliki laju pertumbuhan sangat cepat pada fase juvenil. Jayabalan et al. (2009) in Nasution (2014) menyebutkan bahwa lama hidup dari ikan kembung lelaki di Pesisir Sohar, Oman kurang lebih 4 tahun. Perbedaan lokasi dan kondisi perairan dengan ketersediaan makanan yang cukup akan mendukung ikan untuk hidup lebih lama. Makanan yang cukup di habitat ikan hidup akan membantu pertumbuhan yang semakin cepat (Sulistiono et al. 2010). Berbeda dengan penelitian-penelitian di beberapa lokasi di perairan Indonesia, lama hidup ikan kembung lelaki berkisar antara 6 hingga 36 bulan (Lampiran 9). Lokasi penelitian yang berbeda menunjukkan nilai parameter pertumbuhan yang berbeda pula. Perbedaan nilai panjang asimtotik dan koefisien pertumbuhan dapat disebabkan oleh faktor internal berupa hormon yang terdapat dalam tubuh ikan (Effendie 1997). Hormon tersebut mempengaruhi pertumbuhan ikan sehingga parameter pertumbuhan yang dimiliki tidak sama. Selain faktor hormon, faktor yang berpengaruh yaitu, faktor luar berupa musim, ukuran ikan contoh, serta ketersediaan makanan di alam (Abdussamad et al.2006). Mortalitas ikan kembung lelaki lebih dominan disebabkan oleh aktivitas penangkapan. Mortalitas penangkapan ikan kembung lelaki jantan lebih tinggi dibandingkan betina (Lampiran 10), yang mana ikan kembung lelaki jantan lebih banyak tertangkap dibandingkan betina. Perbedaan mortalitas penangkapan disebabkan oleh penyebaran ikan kembung lelaki yang berbeda pada saat penangkapan. Penyebaran ini dapat berupa ruaya yang berbeda secara spasial antara ikan jantan dan betina (Handani 2002). Ruaya untuk aktivitas pemijahan menyebabkan ikan kembung lelaki betina lebih sedikit pada saat penangkapan. Aktivitas pemijahan dapat berpengaruh langsung terhadap panjang pada saat ikan ditangkap (Eltink 1987). Oleh karena itu, data panjang ikan kembung lelaki dapat mempengaruhi nilai mortalitas dan laju eksploitasi yang dimilikinya. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana mortalitas penangkapan lebih tinggi dibandingkan mortalitas alami. Berbeda dengan penelitian Permatachani (2014), bahwa mortalitas ikan kembung lelaki betina lebih tinggi (Tabel 6). Tabel 6 Perbandingan laju mortalitas dan eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda Peneliti Mortalitas Mortalitas Mortalitas alami Total penangkapan Laju eksploitasi Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Permatachani 0,370 0,870 0,140 0,210 0,230 0,660 0,610 0,750 (2014) Siregar (2015) 3,590 1,690 0,440 0,450 3,150 1,230 0,870 0,730 Nurhazmi 4,460 1,790 0,270 0,270 4,190 1,510 0,930 0,840 (2016) Penelitian ini (2017) 1,991 1,457 0,303 0,288 1,688 1,168 0,848 0,802

Selain ruaya, koefisien kematian akibat penangkapan yang tinggi juga disebabkan oleh intensitas penangkapan dan alat tangkap yang digunakan (Ahmad 2000). Tingginya intensitas penangkapan dapat menyebabkan tekanan bagi ikan sehingga ikan-ikan beruaya mencari kondisi aman. Penangkapan secara terus menerus berakibat terhadap laju eksploitasi yang semakin tinggi juga. Penelitian ini menunjukkan bahwa laju eksploitasi ikan kembung lelaki jantan, betina, dan gabungan masing-masing adalah 0,848; 0,802; dan 0,872. Nilai optimum laju eksploitasi pada ikan secara umum adalah sebesar 0,50. Tangkap lebih terjadi jika laju eksploitasi melebihi nilai optimum. Tingginya tingkat eskploitasi mengindikasikan bahwa telah terjadi over exploitation pada sebagian kelompok umur ikan tersebut hidup. Analisis populasi virtual (VPA) merupakan teknik untuk menduga mortalitas penangkapan dan kelimpahan stok per tahun (Anderson 1978). VPA bertujuan untuk menduga populasi ikan melalui mortalitas penangkapan berdasarkan data sebaran kelompok ukuran (Lassen dan Medley 2001). Ikan kembung lelaki dengan ukuran yang semakin besar, lebih banyak pula tertangkap sehingga dugaan populasi sedikit dan biomassa di perairan rendah (Lampiran 11). Kondisi ini dapat mengakibatkan kondisi stok yang tidak stabil di perairan (Amin et al. 2014). VPA berdasarkan ukuran panjang dikembangkan untuk menghitung biomassa yang seharusnya ada di perairan (Saputra 2008). Dugaan biomassa yang kecil diduga karena data yang digunakan bukan data satu tahun dan tidak adanya pengukuran langsung terhadap seluruh ikan kembung lelaki yang didaratkan. VPA menunjukkan bahwa panjang ikan kembung lelaki yang telah mengalami tangkap lebih berada pada selang kelas 197-292 mm. Nilai ini berbanding lurus dengan hasil pada analisis Lm, yang mana ikan kembung lelaki matang gonad pertama kali pada panjang 243,778 mm. Pendugaan biomassa dapat dikaitkan dengan ukuran pertama kali matang gonad. Ikan-ikan yang belum matang gonad umumnya memiliki biomassa yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penangkapan ikan kembung lelaki sebaiknya dilakukan setelah panjang pertama kali matang gonad. Pendugaan status stok dan analisis populasi virtual diperlukan dalam tindakan pengelolaan yang tepat. Upaya monitoring kondisi perikanan di Perairan Selat Sunda menjadi penting agar sumberdaya perikanan kembung lelaki tetap lestari. Upaya pengelolaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan mengetahui ukuran optimum upaya penangkapan oleh armada penangkapan ikan Boer dan Aziz (1995). Pada kondisi over fishing, peningkatan jumlah upaya penangkapan dapat menyebabkan penurunan hasil tangkapan pada tahun-tahun berikutnya (Nugraha et al. 2012). Pengelolaan yang tepat untuk dilakukan terlebih dahulu adalah mengurangi upaya penangkapan (effort) sehingga dapat mengurangi hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simarmata et al. (2014), yang mana pengelolaan perikanan sangat berkaitan dengan pengaturan upaya penangkapan. Selain itu, dapat dilakukan upaya peningkatan ukuran mata jaring purse seine yang digunakan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan yang tertangkap memiliki panjang pertama kali matang gonad yang lebih besar dibandingkan panjang pertama kali tertangkap. Memberikan kesempatan bagi ikan kembung lelaki untuk bereproduksi juga perlu dilakukan supaya dapat menghasilkan stok baru di perairan (Rohit dan Gupta 2004). Ketersediaan ikan-ikan yang reproduktif akan mendukung keberlanjutan stok ikan kembung lelaki di perairan. 23

24 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nilai faktual > fmsymenunjukkan bahwa ikan kembung lelaki mengalami over fishing. Analisis populasi virtual menunjukkan adanya dinamika mortalitas penangkapan yang tinggi dengan semakin tingginya ukuran panjang dan dugaan biomassa rendah. Saran Perlu pengelolaan perikanan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda berupa pemberian wawasan kepada pelaku perikanan mengenai status stok ikan kembung lelaki. Selain itu, perlu pengurangan upaya penangkapan berupa trip penangkapan serta mengurangi ukuran mata jaring yang diperbolehkan sehingga ikan kembung lelaki memiliki kesempatan untuk memijah dan menghasilkan stok baru. DAFTAR PUSTAKA Abdussamad EM, Kasim HM, Achayya P. 2006. Fishery and population characteristic of indian mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier) at Kakinada. Indian J. Fish. 53 (1): 77 83. Agger P, Bagge O, Hansen O, Hoffman E, Holden MJ, Kesteven GL, Knudsen H, Raitt DFS, Saville A, Williams T. 1974. Manual of fisheries science part 2- methods of resources investigation and their application. FAO Fisheries Technical Paper. (2): 115. Ahmad N. 2000. Kajian beberapa parameter populasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di perairan Laut Jawa [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Amin SMN, Azim M, Fatinah MK, Arshad SNJ, Rahman A, Jalal KCA. 2014. Population parameter of Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) in the Marudu Bay, Sabah, Malaysia. Iranian Journal of Fisheries Science. 13 (2): 262 275. Anderson ED. 1978. An explanation ofvirtual population analysis. National Marine Fisheries Service. 1 7. Boer M, Aziz KA. 1995. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan Sumberdaya perikanan melalui pendekatan bio-ekonomi. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Perikanan Indonesia. 3 (2). Budiasih D, Dewi DANN. 2015. CPUE dan tingkat pemanfaatan perikanan cakalang (Katsuwonus pelamis) di sekitar Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Agriekonomika. 4 (1): 37 49. Clarke RP, Yoshimoto SS, Pooley SG. 1992. A bioeconomic analysis of the Northwestern Hawaiian Islands lobster fishery. Marine Resource Economics. 7: 155 140.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2014. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2014. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. Eltink ATGW. 1987. Changes in age size distribution and sex ratio during spawning and migration of western mackerel (Scomber scombrus L.). J. Cons. Int. Explor. Mer. 43: 10 22. Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ganga U. 2010. Investigations on the biology of indian mackerel Rastrelliger kanagurta (Cuvier) along the Central Kerala Coast with special reference to 22 maturation, feeding and lipid dynamics [tesis]. India (IN): Cochin University of Science and Technology. Guanco MR. 1991. Growth and mortality of indian mackerel Rastrelliger kanagurta (Scombridae) in the Visayas Sea, Central Philippines. Fishbyte. 13 15. Gurukinayan, Yunasfi, Muhtadi A. 2015. Kajian aspek pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan teri nasi (Stolephorus spp.) di Perairan Belawan Sumatera Utara. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Handani. 2002. Pendugaan beberapa parameter biologi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang didaratkan di TPI Muara Angke, Jakarta Utara[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Krissunari D, Hariati T. 1994. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad beberapa ikan pelagis kecil di perairan Utara Rembang. Jurnal Pen. Perikanan Laut. (85): 48 53. Lassen H, Medley P. 2001. Virtual Population Analysis - A Practical Manual For Stock Assessment. Rome (IT): Danida. Moazzam M, Osmany HB, Zohra K. 2005. Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) from Pakistan-I. Some aspects of biology and fisheries. Rec. Zool. Surv. 16: 58 75. Nasution MA. 2014. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Teluk Palabuhanratu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nugraha E, Koswara B, Yuniarti. 2012. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan ikan kurisi (Nemipterus japonicus) di perairan Teluk Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (1): 91 98. Nurhazmi AA. 2016. Dinamika populasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters : AManual for Use with Programmable Calculators. Manila (PH): ICLARM. Perdanamihardja YMM. 2011. Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Permatachani A. 2014. Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 25

26 Prahadina VD. 2013. Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di perairan Teluk Banten yang didaratkan di PPP Karangantu, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahardjo MF, Simanjuntak CPH. 2008. Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan tetet, Johnius belangerii Cuvier (Pisces: Sciaenidae) di perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 15 (2): 135 140. Rahman MM, Hafzath A. 2002. Condition, length-weight relationship, sex ratio and gonadosomatic index of indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) captured from Kuantan Coastal Water. Journal of Biological Sciences. 12 (8): 426 432. Rifqie GL. 2007. Analisis frekuensi panjang dan hubungan panjang berat ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Teluk Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rohit P, Gupta AC. 2004. Fishery, biology and stock of the indian mackerel Rastrelliger kanagurta of Mangalore-Malpe in Karnataka, India. J. mar. biol. Ass. 46 (2): 185 191. Saputra SW. 2008. Biologi, Dinamika Populasi dan Pengelolaan Udang Metapenaeus Elegans de Man 1907 di Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. Semarang (ID). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Sarumaha H, Kurnia R, Setyobudiandi I. 2016. Biologi reproduksi ikan kuniran Upeneus moluccensis Bleeker, 1855 di perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 8 (2): 701 711. Simarmata R, Boer M, Fahrudin A. 2014. Analisis sumberdaya ikan tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Marine Fisheries. 5 (2): 149 154. Siregar MSIMN. 2015. Status stok sumberdaya ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Edisi terjemahan. Jakarta (ID): Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sulistiono, Robiyanto M, Brodjo M, Simanjuntak CP. 2010. Studi makanan ikan tembang (Clupea fimbriata) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1 (2): 38 45. Tinungki GM, Boer M, Monintja DR, Widodo J, Fauzi A. 2004. Model surshing: model hybrid antara model produksi surplus dan model cushing dalam pendugaan stok ikan (studi kasus: perikanan lemuru di Selat Bali). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 11 (2): 135 138. Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size of first maturity in fishes. Fishbyte.4 (2): 8 10. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Umum. Walter C, Hilborn R. 1975. Adaptive control of fishing system. Journal Fish Resource. 33: 145 159.

27 LAMPIRAN Lampiran 1 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) No TKG Betina Jantan 1 Dara Ovari seperti benang, transparan, tidak berwarna, tidak bisa dilihat dengan mata biasa tulang punggung 2 Dara Berkembang Ovari berwarna merah jernih, lebih panjang 3 Perkembangan I Ovari berwarna merah dengan pembuluh kapiler 4 Perkembangan II Ovarium berwarna orange kemerah-merahan, sudah terbentuk butir telur bulat, ovarium mengisi 2/3 organ bawah perut 5 Bunting Telur berbentuk bulat, beberapa ada yang sudah masak 6 Mijah Butiran telur keluar sedikit dari perut, telur berwarna jernih 7 Salin Gonad belum kosong, masih terdapat sedikit ginad dalam perut 8 Istirahat Ovarium kosong dan berwarna merah Testes seperti benang, tidak berwana, sangat kecil dan berada di bawah Testes berwarna putih jernih, lebih besar diabndingkan fase dara Warna testes semakin putih, mengisi kira-kira setengah bagian ke bawah Testes berwarna putih kemerah-merahan, jika perut ikan ditekan, sperma tidak keluar Testes berwarna putih dan semakin padat Testes besar dan padat Testes mengalami perubahan warna kecokelatan Testes berwarna cokelat dan mengkerut

28 Lampiran 2 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Alat Tangkap Catch (Ton) Effort (trip) CPUE FPI Gillnet 186,040 981,710 0,190 0,330 Payang 1869,880 12577,340 0,150 0,260 Dogol 364,590 2318,080 0,160 0,270 P.Pantai 7,100 41,860 0,170 0,290 Purse seine 2181,450 3762,180 0,580 1,000 Rampus 2176,490 12191,180 0,180 0,310 Bagan Rakit 1248,690 14205,330 0,090 0,150 Bagan Tancap 767,220 12936,580 0,060 0,100 Pancing 1698,440 18776,090 0,090 0,160 Tahun C f (Upaya) CPUE ln CPUE 2007 1913,500 2932 0,650-0,430 2008 1775,900 2652 0,670-0,400 2009 1654,310 2618 0,630-0,460 2012 1716,360 3258 0,530-0,640 2013 1685,570 3226 0,520-0,650 2014 1754,250 3423 0,510-0,670 CPUE t+1/ Ln Ln (CPUE CPUE t+cpue t+1)/2 (f t+f t+1)/2 f t (CPUE t+f t+1 t+1/cpue) CPUE t+1 1,026 0,661 2791,862 0,026 5583,724-0,401 0,943 0,651 2634,704-0,058 5269,408-0,459 0,833 0,579 2937,616-0,182 5875,232-0,641 0,990 0,524 3241,837-0,008 6483,674-0,649 0,981 0,517 3324,693-0,019 6649,387-0,669

Lampiran 3 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di setiap pengambilan contoh Selang kelas (mm) Nilai tengah (mm) Frekuensi pada waktu pengambilan contoh 26/05/2016 24/06/2016 22/07/2016 10/08/2016 01/09/2016 B J B J B J B J B J 110-114 112 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 115-119 117 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 120-124 122 8 4 0 0 0 0 0 0 0 0 125-129 127 1 2 0 0 1 1 0 0 0 0 130-134 132 14 17 0 0 3 2 0 0 0 0 135-139 137 2 3 0 0 1 3 0 0 0 0 140-144 142 2 4 0 0 3 5 0 0 2 0 145-149 147 0 2 0 0 3 4 0 0 2 3 150-154 152 0 0 0 0 1 5 0 0 4 1 155-159 157 0 1 0 0 8 8 0 0 0 2 160-164 162 3 4 0 0 3 7 0 0 0 2 165-169 167 2 4 0 0 2 0 0 0 3 0 170-174 172 6 11 0 0 3 2 0 0 2 0 175-179 177 2 5 0 0 1 2 0 0 2 1 180-184 182 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 185-189 187 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 190-194 192 4 11 1 3 5 7 0 0 1 3 195-199 197 7 15 0 5 6 10 1 0 3 6 200-204 202 12 6 5 12 8 5 6 5 15 14 205-209 207 4 5 5 11 7 6 7 7 8 6 210-214 212 0 3 11 27 4 5 6 12 10 11 215-219 217 1 3 4 21 4 3 7 6 11 5 220-224 222 4 3 10 43 3 3 7 6 9 4 225-229 227 0 1 3 21 0 0 3 8 3 3 230-234 232 2 0 17 9 3 0 8 5 3 4 235-239 237 0 2 4 1 0 0 9 10 1 2 240-244 242 1 3 1 0 0 0 2 4 1 0 245-249 247 3 0 0 0 0 0 5 4 0 0 250-254 252 3 1 0 0 0 0 0 2 0 1 255-259 257 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 260-264 262 0 0 0 0 0 0 2 3 0 0 265-269 267 0 1 0 0 0 0 1 4 0 0 270-274 272 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 275-279 277 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 280-284 282 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 285-289 287 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 290-294 292 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan: J = Jantan (Max = 288 mm), B = Betina (Max = 285 mm) 29

30 Lampiran 4 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) keseluruhan Selang kelas Nilai tengah Frekuensi (ind) (mm) (mm) Jantan Betina Gabungan 110-114 112 0 1 1 115-119 117 0 2 2 120-124 122 8 4 12 125-129 127 2 3 5 130-134 132 17 19 36 135-139 137 3 6 9 140-144 142 7 9 16 145-149 147 5 9 14 150-154 152 5 6 11 155-159 157 8 11 19 160-164 162 6 13 19 165-169 167 7 4 11 170-174 172 11 13 24 175-179 177 5 8 13 180-184 182 2 3 5 185-189 187 3 2 5 190-194 192 11 24 35 195-199 197 17 36 53 200-204 202 46 42 88 205-209 207 31 35 66 210-214 212 31 58 89 215-219 217 27 38 65 220-224 222 33 59 92 225-229 227 9 33 42 230-234 232 33 18 51 235-239 237 14 15 29 240-244 242 5 7 12 245-249 247 8 4 12 250-254 252 3 4 7 255-259 257 4 0 4 260-264 262 2 3 5 265-269 267 1 5 6 270-274 272 2 1 3 275-279 277 0 1 1 280-284 282 2 0 2 285-289 287 1 1 2 290-294 292 0 0 0 TOTAL 369 497 866

31 Lampiran 5 Pergeseran modus pada pengelompokan ukuran panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 1. Jantan 2. Betina 3. Gabungan

32 Lampiran 6 Hubungan panjang-bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 1. Jantan Koefisien Standar Deviasi Perpotongan -1,104 0,082 Kemiringan 2,630 0,036 t hit 10,381 t tab 2,248 2. Betina Koefisien Standar Deviasi Perpotongan -0,989 0,093 Kemiringan 2,582 0,040 t hit 10,318 t tab 2,250 3. Gabungan Koefisien Standar Deviasi Perpotongan -1,053 0,061 Kemiringan 2,609 0,027 t hit 14,640 t tab 2,245

Lampiran 7 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 1. Jantan Selang Nilai Log Nb/Ni 1-P Nt (Ni) (Nb) i X( i+1)- P P i*q i/nikelas tengah (P i) (Q i*q i i) X i 1 (Nt) 110-114 112 2,049 1 0 0,000 1,000 0,019 0,000 0,000 115-119 117 2,068 2 0 0,000 1,000 0,018 0,000 0,000 120-124 122 2,086 4 0 0,000 1,000 0,017 0,000 0,000 125-129 127 2,104 3 0 0,000 1,000 0,017 0,000 0,000 130-134 132 2,121 19 1 0,053 0,947 0,016 0,050 0,003 135-139 137 2,137 6 0 0,000 1,000 0,016 0,000 0,000 140-144 142 2,152 9 1 0,111 0,889 0,015 0,099 0,012 145-149 147 2,167 9 0 0,000 1,000 0,015 0,000 0,000 150-154 152 2,182 6 0 0,000 1,000 0,014 0,000 0,000 155-159 157 2,196 11 1 0,091 0,909 0,014 0,083 0,008 160-164 162 2,210 13 1 0,077 0,923 0,013 0,071 0,006 165-169 167 2,223 4 1 0,250 0,750 0,013 0,188 0,063 170-174 172 2,236 13 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 175-179 177 2,248 8 1 0,125 0,875 0,012 0,109 0,016 180-184 182 2,260 3 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 185-189 187 2,272 2 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 190-194 192 2,283 24 3 0,125 0,875 0,011 0,109 0,005 195-199 197 2,295 36 4 0,111 0,889 0,011 0,099 0,003 200-204 202 2,305 42 5 0,119 0,881 0,011 0,105 0,003 205-209 207 2,316 35 5 0,143 0,857 0,010 0,122 0,004 210-214 212 2,326 58 7 0,121 0,879 0,010 0,106 0,002 215-219 217 2,337 38 7 0,184 0,816 0,010 0,150 0,004 220-224 222 2,346 59 7 0,119 0,881 0,010 0,105 0,002 225-229 227 2,356 33 2 0,061 0,939 0,010 0,057 0,002 230-234 232 2,366 18 4 0,222 0,778 0,009 0,173 0,010 235-239 237 2,375 15 5 0,333 0,667 0,009 0,222 0,016 240-244 242 2,384 7 2 0,286 0,714 0,009 0,204 0,034 245-249 247 2,393 4 2 0,500 0,500 0,009 0,250 0,083 250-254 252 2,401 4 1 0,250 0,750 0,009 0,188 0,063 255-259 257 2,410 0 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 260-264 262 2,418 3 1 0,333 0,667 0,008 0,222 0,111 265-269 267 2,427 5 2 0,400 0,600 0,008 0,240 0,060 270-274 272 2,435 1 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 275-279 277 2,443 1 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 280-284 282 2,450 0 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 285-289 287 2,458 1 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 290-294 292 2,465 0 0 0,000 1,000 0,000 0,000 0,000 Jumlah 84,698 497 63 0,416 32,987 0,416 2,951 0,508 Rata-rata 2,289 13,432 1,7027 0,011 0,892 0,011 0,080 0,014 Keterangan: Ni = jumlah ikan Nb = jumlah ikan matang gonad Lm = antilog (m) = antilog [xk + ( x 2 )] - (x p i ) = antilog 2,4265+( 0,0112 2 )- (0,0112 x 4,0133) = 243,778 mm 33

34 Lampiran 7 (lanjutan) 2. Betina Selang Nilai Log Nb/Ni 1-P Nt (Ni) (Nb) i X( i+1)- P P i*q i/nikelas tengah (P i) (Q i*q i i) X i 1 (Nt) 110-114 112 2,049 0 0 0,000 1,000 0,019 0,000 0,000 115-119 117 2,068 0 0 0,000 1,000 0,018 0,000 0,000 120-124 122 2,086 8 1 0,125 0,875 0,017 0,109 0,016 125-129 127 2,104 2 0 0,000 1,000 0,017 0,000 0,000 130-134 132 2,121 17 2 0,118 0,882 0,016 0,104 0,007 135-139 137 2,137 3 0 0,000 1,000 0,016 0,000 0,000 140-144 142 2,152 7 0 0,000 1,000 0,015 0,000 0,000 145-149 147 2,167 5 1 0,200 0,800 0,015 0,160 0,040 150-154 152 2,182 5 0 0,000 1,000 0,014 0,000 0,000 155-159 157 2,196 8 1 0,125 0,875 0,014 0,109 0,016 160-164 162 2,210 6 0 0,000 1,000 0,013 0,000 0,000 165-169 167 2,223 7 0 0,000 1,000 0,013 0,000 0,000 170-174 172 2,236 11 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 175-179 177 2,248 5 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 180-184 182 2,260 2 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 185-189 187 2,272 3 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 190-194 192 2,283 11 3 0,273 0,727 0,011 0,198 0,020 195-199 197 2,295 17 4 0,235 0,765 0,011 0,180 0,011 200-204 202 2,305 46 13 0,283 0,717 0,011 0,203 0,005 205-209 207 2,316 31 9 0,290 0,710 0,010 0,206 0,007 210-214 212 2,326 31 8 0,258 0,742 0,010 0,192 0,006 215-219 217 2,337 27 6 0,222 0,778 0,010 0,173 0,007 220-224 222 2,346 33 15 0,455 0,546 0,010 0,248 0,008 225-229 227 2,356 9 6 0,667 0,333 0,010 0,222 0,028 230-234 232 2,366 33 20 0,606 0,394 0,009 0,239 0,008 235-239 237 2,375 14 4 0,286 0,714 0,009 0,204 0,016 240-244 242 2,384 5 3 0,600 0,400 0,009 0,240 0,060 245-249 247 2,393 8 2 0,250 0,750 0,009 0,188 0,027 250-254 252 2,401 3 3 1,000 0,000 0,009 0,000 0,000 255-259 257 2,410 4 3 0,750 0,250 0,008 0,188 0,063 260-264 262 2,418 2 1 0,500 0,500 0,008 0,250 0,250 265-269 267 2,427 1 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 270-274 272 2,435 2 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 275-279 277 2,443 0 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 280-284 282 2,450 2 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 285-289 287 2,458 1 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 290-294 292 2,465 0 0 0,000 1,000 0,000 0,000 0,000 Jumlah 84,698 369 105 7,242 29,758 0,416 3,412 0,591 Rata-rata 2,289 9,973 2,838 0,196 0,804 0,011 0,092 0,016 Keterangan: Ni = jumlah ikan Lm = antilog (m) = antilog [xk + ( x 2 )] - (x p i ) Nb = jumlah ikan matang gonad = antilog 2,4183+( 0,0112 2 )- (0,0112 x 7,2418) = 220,024mm

Lampiran 7 (lanjutan) 3. Gabungan Selang Nilai Log Nb/Ni 1-P (Ni) (Nb) i X( i+1)- P P i*q i/nikelas tengah Nt (P i) (Q i*q i i) X i 1 (Nt) 110-114 112 2,049 1 0 0,000 1,000 0,019 0,000 0,000 115-119 117 2,068 2 0 0,000 1,000 0,018 0,000 0,000 120-124 122 2,086 12 1 0,083 0,917 0,017 0,076 0,007 125-129 127 2,104 5 0 0,000 1,000 0,017 0,000 0,000 130-134 132 2,121 36 3 0,083 0,917 0,016 0,076 0,002 135-139 137 2,137 9 0 0,000 1,000 0,016 0,000 0,000 140-144 142 2,152 16 1 0,063 0,938 0,015 0,059 0,004 145-149 147 2,167 14 1 0,071 0,929 0,015 0,066 0,005 150-154 152 2,182 11 0 0,000 1,000 0,014 0,000 0,000 155-159 157 2,196 19 2 0,105 0,895 0,014 0,094 0,005 160-164 162 2,210 19 1 0,053 0,947 0,013 0,050 0,003 165-169 167 2,223 11 1 0,091 0,909 0,013 0,083 0,008 170-174 172 2,236 24 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 175-179 177 2,248 13 1 0,077 0,923 0,012 0,071 0,006 180-184 182 2,260 5 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 185-189 187 2,272 5 0 0,000 1,000 0,012 0,000 0,000 190-194 192 2,283 35 6 0,171 0,829 0,011 0,142 0,004 195-199 197 2,295 53 8 0,151 0,849 0,011 0,128 0,003 200-204 202 2,305 88 18 0,205 0,796 0,011 0,163 0,002 205-209 207 2,316 66 14 0,212 0,788 0,010 0,167 0,003 210-214 212 2,326 89 15 0,169 0,832 0,010 0,140 0,002 215-219 217 2,337 65 13 0,200 0,800 0,010 0,160 0,003 220-224 222 2,346 92 22 0,239 0,761 0,010 0,182 0,002 225-229 227 2,356 42 8 0,191 0,810 0,010 0,154 0,004 230-234 232 2,366 51 24 0,471 0,529 0,009 0,249 0,005 235-239 237 2,375 29 9 0,310 0,690 0,009 0,214 0,008 240-244 242 2,384 12 5 0,417 0,583 0,009 0,243 0,022 245-249 247 2,393 12 4 0,333 0,667 0,009 0,222 0,020 250-254 252 2,401 7 4 0,571 0,429 0,009 0,245 0,041 255-259 257 2,410 4 3 0,750 0,250 0,008 0,188 0,063 260-264 262 2,418 5 2 0,400 0,600 0,008 0,240 0,060 265-269 267 2,427 6 2 0,333 0,667 0,008 0,222 0,044 270-274 272 2,435 3 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 275-279 277 2,443 1 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 280-284 282 2,450 2 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 285-289 287 2,458 2 0 0,000 1,000 0,008 0,000 0,000 290-294 292 2,465 0 0 0,000 1,000 0,000 0,000 0,000 Jumlah 84,698 866 168 5,749 31,251 0,416 3,635 0,324 Rata-rata 2,289 23,405 4,541 0,155 0,845 0,011 0,098 0,009 Keterangan: Ni = jumlah ikan Lm = antilog (m) = antilog [xk + ( x 2 )] - (x p i ) Nb = jumlah ikan matang gonad = antilog 2,4265+( 0,0112 2 )- (0,0112 x 5,7492) = 233,061 mm 35

36 Lampiran 8 Ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 1. Jantan Selang Nilai Jumlah frekuensi kelas tengah ikan (Ni) relatif SL c Ln (1/SL c)-1 SL 110-114 112 1 0,002 0,002 6,207 0,006 115-119 117 2 0,004 0,006 5,104 0,008 120-124 122 4 0,008 0,014 4,249 0,011 125-129 127 3 0,006 0,020 3,886 0,016 130-134 132 19 0,038 0,058 2,781 0,021 135-139 137 6 0,012 0,070 2,580 0,029 140-144 142 9 0,018 0,089 2,332 0,039 145-149 147 9 0,018 0,107 2,126 0,052 150-154 152 6 0,012 0,119 2,005 0,070 155-159 157 11 0,022 0,141 1,808 0,094 160-164 162 13 0,026 0,167 1,607 0,124 165-169 167 4 0,008 0,175 1,550 0,162 170-174 172 13 0,026 0,201 1,379 0,209 175-179 177 8 0,016 0,217 1,281 0,266 180-184 182 3 0,006 0,223 1,246 0,331 185-189 187 2 0,004 0,227 1,223 0,404 190-194 192 24 0,048 0,276 0,966 0,481 195-199 197 36 0,072 0,348 0,628 0,559 200-204 202 42 0,085 0,433 0,271 0,634 205-209 207 35 0,070 0,503-0,012 0,704 210-214 212 58 0,117 0,620-0,488 0,765 215-219 217 38 0,077 0,696-0,829 0,816 220-224 222 59 0,119 0,815-1,482 0,859 225-229 227 33 0,066 0,881-2,005 0,893 230-234 232 18 0,036 0,918-2,409 0,919 235-239 237 15 0,030 0,948-2,897 0,940 240-244 242 7 0,014 0,962-3,225 0,955 245-249 247 4 0,008 0,970-3,470 0,967 250-254 252 4 0,008 0,978-3,788 0,976 255-259 257 0 0,000 0,978-3,788 0,982 260-264 262 3 0,006 0,984-4,113 0,987 265-269 267 5 0,010 0,994-5,104 0,990 270-274 272 1 0,002 0,996-5,511 0,993 275-279 277 1 0,002 0,998-6,207 0,995 280-284 282 0 0,000 0,998-6,207 0,996 285-289 287 1 0,002 1,000 0,000 0,997 290-294 292 0 0,000 1,000 0,000 0,998 a = 12,110 b = -0,063 Lc = 193,213 mm

Lampiran 8 (lanjutan) 2. Betina Selang Nilai Jumlah Frekuensi kelas tengah ikan (Ni) relatif SL c Ln (1/SL c)-1 SL 110-114 112 0 0,000 0,000 0,000 0,011 115-119 117 0 0,000 0,000 0,000 0,015 120-124 122 8 0,022 0,022 3,809 0,019 125-129 127 2 0,005 0,027 3,581 0,025 130-134 132 17 0,046 0,073 2,539 0,033 135-139 137 3 0,008 0,081 2,425 0,042 140-144 142 7 0,019 0,100 2,194 0,055 145-149 147 5 0,014 0,114 2,052 0,071 150-154 152 5 0,014 0,127 1,924 0,092 155-159 157 8 0,022 0,149 1,742 0,118 160-164 162 6 0,016 0,165 1,619 0,149 165-169 167 7 0,019 0,184 1,488 0,188 170-174 172 11 0,030 0,214 1,300 0,233 175-179 177 5 0,014 0,228 1,222 0,286 180-184 182 2 0,005 0,233 1,191 0,345 185-189 187 3 0,008 0,241 1,146 0,410 190-194 192 11 0,030 0,271 0,990 0,478 195-199 197 17 0,046 0,317 0,767 0,546 200-204 202 46 0,125 0,442 0,234 0,613 205-209 207 31 0,084 0,526-0,103 0,676 210-214 212 31 0,084 0,610-0,446 0,733 215-219 217 27 0,073 0,683-0,767 0,784 220-224 222 33 0,089 0,772-1,222 0,827 225-229 227 9 0,024 0,797-1,366 0,863 230-234 232 33 0,089 0,886-2,052 0,892 235-239 237 14 0,038 0,924-2,500 0,916 240-244 242 5 0,014 0,938-2,711 0,935 245-249 247 8 0,022 0,959-3,161 0,950 250-254 252 3 0,008 0,968-3,393 0,961 255-259 257 4 0,011 0,978-3,809 0,970 260-264 262 2 0,005 0,984-4,103 0,977 265-269 267 1 0,003 0,986-4,288 0,983 270-274 272 2 0,005 0,992-4,804 0,987 275-279 277 0 0,000 0,992-4,804 0,990 280-284 282 2 0,005 0,997-5,908 0,992 285-289 287 1 0,003 1,000 0,000 0,994 290-294 292 0 0,000 1,000 0,000 0,996 a = 10,657 b = -0,055 Lc = 193,624 mm 37

38 Lampiran 8 (lanjutan) 3. Gabungan Selang Nilai Jumlah Frekuensi Ln SL c kelas tengah ikan (Ni) relatif (1/SL c)-1 SL 110-114 112 1 0,001 0,001 6,763 0,006 115-119 117 2 0,002 0,004 5,662 0,009 120-124 122 12 0,014 0,017 4,038 0,012 125-129 127 5 0,006 0,023 3,745 0,016 130-134 132 36 0,042 0,065 2,672 0,021 135-139 137 9 0,010 0,075 2,512 0,029 140-144 142 16 0,019 0,094 2,271 0,038 145-149 147 14 0,016 0,110 2,094 0,051 150-154 152 11 0,013 0,122 1,970 0,069 155-159 157 19 0,022 0,144 1,780 0,091 160-164 162 19 0,022 0,166 1,612 0,119 165-169 167 11 0,013 0,179 1,523 0,155 170-174 172 24 0,028 0,207 1,345 0,200 175-179 177 13 0,015 0,222 1,256 0,253 180-184 182 5 0,006 0,228 1,223 0,315 185-189 187 5 0,006 0,233 1,190 0,384 190-194 192 35 0,040 0,274 0,976 0,458 195-199 197 53 0,061 0,335 0,686 0,535 200-204 202 88 0,102 0,437 0,255 0,609 205-209 207 66 0,076 0,513-0,051 0,679 210-214 212 89 0,103 0,616-0,470 0,742 215-219 217 65 0,075 0,691-0,803 0,796 220-224 222 92 0,106 0,797-1,366 0,841 225-229 227 42 0,049 0,845-1,698 0,878 230-234 232 51 0,059 0,904-2,244 0,907 235-239 237 29 0,034 0,938-2,711 0,930 240-244 242 12 0,014 0,952-2,977 0,947 245-249 247 12 0,014 0,965-3,327 0,961 250-254 252 7 0,008 0,973-3,602 0,971 255-259 257 4 0,005 0,978-3,797 0,978 260-264 262 5 0,006 0,984-4,109 0,984 265-269 267 6 0,007 0,991-4,675 0,988 270-274 272 3 0,004 0,994-5,149 0,991 275-279 277 1 0,001 0,995-5,373 0,994 280-284 282 2 0,002 0,998-6,068 0,995 285-289 287 2 0,002 1,000 0,000 0,996 290-294 292 0 0,000 1,000 0,000 0,997 a = 11,889 b = -0,061 Lc = 194,732 mm

39 Lampiran 9 Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Peneliti Abdussamad et al. (2006) Perdanamihardja (2011) Fandri (2012) Prahadina Amin et al. (2014) Permatachani (2014) Siregar (2015) Nurhazmi (2016) Penelitian ini (2017) Lokasi Kakinada, India Teluk Jakarta Selat Sunda Teluk Banten Teluk Marudu, Malaysia Selat Sunda Selat Sunda Selat Sunda Selat Sunda Parameter pertumbuhan L K t 0 t max 286,30 mm 1,89/ -0,002 1,58 tahun tahun tahun 276,77 mm 0,34/ -0,94 7,88 bulan bulan bulan 243,86 mm 0,42/ -0,66 6,48 bulan bulan bulan 297,23 mm 0,19/ -0,03 15,76 bulan bulan bulan 285,48 mm 0,33/ -0,27 8,82 bulan bulan bulan 260,10 mm 0,5/ -0,18 5,82 bulan bulan bulan 278,30 mm 355,02 mm 392,27 mm 255,84 mm 262,14 mm 281,34 mm 346,96 mm 328,50 mm 305,00 mm 1,5/ tahun 0,14/ bulan 0,08/ bulan 0,42/ bulan 0,4/ bulan 0,2/ bulan 0,21/ bulan 0,23/ bulan 0,24/ bulan Keterangan Gabungan - Betina Jantan Betina Jantan - - Gabungan -0,6 bulan -1,07 bulan -0,22 bulan -0,23 bulan -0,47 bulan -0,4 bulan -0,42 bulan -0,45 bulan 20,82 bulan 36,43 bulan 6,92 bulan 7,27 bulan 14,53 bulan 13,88 bulan 12,62 bulan 12,05 bulan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

40 Lampiran 10 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 1. Jantan SKB SKA X i C(L1,L2) t (L1) t t(l1/l2)/2 (x) Ln((C(L1,L2)/ t) (y) 110 114 112 1 1,431 0,086 1,474 2,449 115 119 117 2 1,540 0,089 1,584 3,116 120 124 122 4 1,651 0,091 1,696 3,782 125 129 127 3 1,765 0,094 1,811 3,467 130 134 132 19 1,882 0,096 1,930 5,284 135 139 137 6 2,003 0,099 2,052 4,102 140 144 142 9 2,127 0,102 2,178 4,478 145 149 147 9 2,256 0,106 2,308 4,446 150 154 152 6 2,388 0,109 2,442 4,009 155 159 157 11 2,524 0,113 2,580 4,582 160 164 162 13 2,666 0,117 2,724 4,714 165 169 167 4 2,812 0,121 2,872 3,500 170 174 172 13 2,963 0,125 3,026 4,642 175 179 177 8 3,121 0,130 3,185 4,118 180 184 182 3 3,284 0,136 3,351 3,097 185 189 187 2 3,454 0,141 3,524 2,650 190 194 192 24 3,632 0,148 3,705 5,092 195 199 197 36 3,817 0,154 3,893 5,452 200 204 202 42 4,011 0,162 4,091 5,559 205 209 207 35 4,214 0,170 4,298 5,327 210 214 212 58 4,428 0,179 4,516 5,780 215 219 217 38 4,653 0,189 4,747 5,301 220 224 222 59 4,891 0,201 4,990 5,683 225 229 227 33 5,144 0,214 5,249 5,040 230 234 232 18 5,413 0,228 5,525 4,367 235 239 237 15 5,700 0,245 5,821 4,114 240 244 242 7 6,009 0,265 6,139 3,275 245 249 247 4 6,342 0,288 6,484 2,633 250 254 252 4 6,705 0,315 6,859 2,543 255 259 257 0 7,102 0,347 7,272 0,000 260 264 262 3 7,541 0,388 7,730 2,046 265 269 267 5 8,032 0,439 8,246 2,433 270 274 272 1 8,588 0,506 8,833 0,682 275 279 277 1 9,230 0,596 9,518 0,517 280 284 282 0 9,990 0,727 10,338 0,000 285 289 287 1 10,920 0,930 11,359 0,073 290 294 292 0 12,120 1,292 12,715 0,000 a = 15,539 b = -1,991 r = 0,989 M (Mortalitas alami) = 0,303 F (Mortalitas penangkapan) = 1,688 Z (Mortalitas total) = 1,991 E (Laju eksploitasi) = 0,848

Lampiran 10 (lanjutan) 2. Betina SKB SKA X i C(L1,L2) t (L1) t t(l1/l2)/2 Ln((C(L1,L2)/ t) (x) (y) 110 114 112 0 1,351 0,080 1,391 0,000 115 119 117 0 1,451 0,082 1,492 0,000 120 124 122 8 1,554 0,084 1,596 4,554 125 129 127 2 1,660 0,086 1,703 3,143 130 134 132 17 1,768 0,089 1,812 5,258 135 139 137 3 1,879 0,091 1,924 3,498 140 144 142 7 1,993 0,093 2,039 4,318 145 149 147 5 2,110 0,096 2,157 3,955 150 154 152 5 2,230 0,099 2,279 3,927 155 159 157 8 2,353 0,101 2,404 4,368 160 164 162 6 2,480 0,105 2,532 4,051 165 169 167 7 2,611 0,108 2,665 4,174 170 174 172 11 2,746 0,111 2,802 4,595 175 179 177 5 2,886 0,115 2,943 3,774 180 184 182 2 3,030 0,119 3,089 2,824 185 189 187 3 3,179 0,123 3,240 3,195 190 194 192 11 3,333 0,127 3,396 4,458 195 199 197 17 3,493 0,132 3,558 4,856 200 204 202 46 3,659 0,138 3,727 5,813 205 209 207 31 3,831 0,143 3,902 5,378 210 214 212 31 4,011 0,149 4,085 5,336 215 219 217 27 4,198 0,156 4,276 5,154 220 224 222 33 4,394 0,163 4,475 5,309 225 229 227 9 4,599 0,171 4,684 3,961 230 234 232 33 4,815 0,180 4,904 5,210 235 239 237 14 5,041 0,190 5,135 4,299 240 244 242 5 5,280 0,201 5,380 3,213 245 249 247 8 5,533 0,213 5,638 3,624 250 254 252 3 5,801 0,227 5,914 2,580 255 259 257 4 6,088 0,243 6,208 2,800 260 264 262 2 6,394 0,262 6,523 2,034 265 269 267 1 6,723 0,283 6,863 1,263 270 274 272 2 7,080 0,308 7,231 1,871 275 279 277 0 7,469 0,338 7,634 0,000 280 284 282 2 7,895 0,374 8,078 1,676 285 289 287 1 8,368 0,419 8,573 0,869 290 294 292 0 8,899 0,477 9,131 0,000 a = 11,265 b = -1,457 r = 0,693 M (Mortalitas alami) = 0,289 F (Mortalitas penangkapan) = 1,168 Z (Mortalitas total) = 1,457 E (Laju eksploitasi) = 0,802 41

42 Lampiran 10 (lanjutan) 3. Gabungan SKB SKA X i C(L1,L2) t(l1) t t(l1/l2)/2 Ln((C(L1,L2)/ t) (x) (y) 110 114 112 1 1,740 0,094 1,787 2,369 115 119 117 2 1,857 0,096 1,905 3,040 120 124 122 12 1,977 0,098 2,026 4,809 125 129 127 5 2,100 0,100 2,150 3,910 130 134 132 36 2,225 0,103 2,277 5,860 135 139 137 9 2,354 0,105 2,406 4,449 140 144 142 16 2,486 0,108 2,540 4,999 145 149 147 14 2,621 0,111 2,676 4,839 150 154 152 11 2,760 0,114 2,817 4,571 155 159 157 19 2,903 0,117 2,961 5,091 160 164 162 19 3,049 0,120 3,109 5,062 165 169 167 11 3,200 0,124 3,262 4,487 170 174 172 24 3,355 0,128 3,419 5,237 175 179 177 13 3,515 0,132 3,581 4,593 180 184 182 5 3,680 0,136 3,748 3,606 185 189 187 5 3,850 0,140 3,920 3,573 190 194 192 35 4,026 0,145 4,098 5,485 195 199 197 53 4,208 0,150 4,283 5,865 200 204 202 88 4,397 0,156 4,474 6,336 205 209 207 66 4,593 0,162 4,673 6,010 210 214 212 89 4,796 0,168 4,879 6,270 215 219 217 65 5,007 0,175 5,094 5,915 220 224 222 92 5,227 0,183 5,318 6,220 225 229 227 42 5,457 0,191 5,552 5,391 230 234 232 51 5,697 0,200 5,797 5,539 235 239 237 29 5,949 0,210 6,053 4,926 240 244 242 12 6,213 0,222 6,323 3,992 245 249 247 12 6,492 0,234 6,607 3,938 250 254 252 7 6,786 0,248 6,908 3,342 255 259 257 4 7,097 0,263 7,227 2,722 260 264 262 5 7,428 0,281 7,566 2,880 265 269 267 6 7,781 0,301 7,929 2,994 270 274 272 3 8,160 0,324 8,319 2,226 275 279 277 1 8,568 0,351 8,740 1,048 280 284 282 2 9,010 0,383 9,198 1,654 285 289 287 2 9,493 0,421 9,699 1,559 290 294 292 0 10,024 0,468 10,253 0,000 a = 16,643 b = -1,968 r = 0,897 M (Mortalitas alami) = 0,253 F (Mortalitas penangkapan) = 1,715 Z (Mortalitas total) = 1,968 E (Laju eksploitasi) = 0,876

43 Lampiran 11 Tabulasi hasil analisis populasi virtual ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 1. Jantan Nilai Tengah Tangkapan (ekor) Populasi (N) Mortalitas penangkapan (F) Biomassa tetap (ton) Laju eksploitasi (E) 112 1 1271,090 0,007 13,020 0,024 117 2 1229,200 0,015 14,490 0,047 122 4 1186,650 0,030 16,020 0,091 127 3 1142,480 0,023 17,620 0,070 132 19 1099,720 0,147 19,170 0,327 137 6 1041,660 0,048 20,730 0,136 142 9 997,360 0,072 22,430 0,193 147 9 950,640 0,074 24,130 0,195 152 6 904,580 0,050 25,910 0,141 157 11 862,140 0,093 27,700 0,235 162 13 815,370 0,113 29,370 0,271 167 4 767,440 0,035 31,170 0,105 172 13 729,220 0,118 32,970 0,280 177 8 682,720 0,074 34,660 0,197 182 3 642,060 0,028 36,600 0,086 187 2 607,010 0,019 38,720 0,060 192 23 573,440 0,228 40,120 0,430 197 36 519,920 0,383 40,040 0,558 202 42 455,450 0,494 38,740 0,620 207 35 387,670 0,460 36,940 0,603 212 58 329,610 0,896 33,480 0,747 217 38 251,980 0,717 29,130 0,703 222 59 197,920 1,471 23,400 0,829 227 33 126,770 1,180 17,300 0,796 232 18 85,300 0,870 13,560 0,742 237 15 61,030 0,968 10,740 0,762 242 7 41,330 0,591 8,670 0,661 247 4 30,750 0,410 7,530 0,575 252 4 23,790 0,498 6,540 0,622 257 0 17,360 0,000 6,060 0,000 262 3 15,220 0,490 5,530 0,618 267 5 10,360 1,331 3,560 0,815 272 1 4,220 0,474 2,100 0,610 277 1 2,580 0,748 1,400 0,712 282 1 1,180 1,688 3,640 0,848 287 0 0,000 1,688 0,000 0,848 292 0 0,000 1,688 0,000 0,848 Total Biomassa 733,190

44 Lampiran 11 (lanjutan) 2. Betina Nilai tengah Tangkapan (ekor) Populasi (N) Mortalitas penangkapan (F) Biomassa tetap (ton) Laju eksploitasi (E) 112 0 817,370 0,000 8,110 0,000 117 0 794,020 0,000 9,020 0,000 122 8 770,810 0,101 9,940 0,259 127 2 739,870 0,026 10,880 0,081 132 17 715,220 0,221 11,780 0,434 137 3 676,010 0,040 12,700 0,121 142 7 651,270 0,094 13,730 0,246 147 5 622,840 0,069 14,770 0,192 152 5 596,760 0,070 15,850 0,194 157 8 571,010 0,113 16,910 0,282 162 6 542,640 0,087 17,970 0,231 167 7 516,690 0,103 19,040 0,264 172 11 490,130 0,167 20,010 0,366 177 5 460,090 0,078 21,010 0,212 182 2 436,530 0,032 22,210 0,099 187 3 416,270 0,048 23,460 0,143 192 11 395,280 0,181 24,440 0,386 197 17 366,770 0,294 24,890 0,505 202 46 333,090 0,887 23,810 0,755 207 31 272,130 0,694 21,850 0,706 212 31 228,240 0,805 20,050 0,736 217 27 186,120 0,828 18,030 0,742 222 33 149,710 1,259 15,360 0,814 227 9 109,150 0,415 13,480 0,590 232 33 93,880 1,996 10,860 0,874 237 14 56,110 1,254 7,750 0,813 242 5 38,890 0,569 6,440 0,663 247 8 31,350 1,152 5,360 0,800 252 3 21,350 0,556 4,390 0,658 257 4 16,790 0,939 3,650 0,765 262 2 11,560 0,611 2,940 0,679 267 1 8,610 0,368 2,570 0,560 272 2 6,830 0,958 2,070 0,768 277 0 4,230 0,000 1,740 0,000 282 3 3,740 1,168 33,370 0,802 287 0 0,000 1,168 0,000 0,802 292 0 0,000 1,168 0,000 0,802 Total Biomassa 490,440

Lampiran 11 (lanjutan) 3. Gabungan Nilai tengah Tangkapan (ekor) Populasi (N) Mortalitas penangkapan (F) Biomassa tetap (ton) 45 Laju Eksploitasi (E) 112 1 1888,750 0,005 21,350 0,018 117 2 1832,730 0,009 23,730 0,036 122 12 1776,160 0,056 26,160 0,182 127 5 1710,210 0,024 28,690 0,086 132 36 1651,950 0,175 31,080 0,408 137 9 1563,780 0,045 33,490 0,150 142 16 1503,750 0,081 36,160 0,242 147 14 1437,580 0,072 38,830 0,221 152 11 1374,350 0,058 41,620 0,185 157 19 1314,990 0,101 44,360 0,286 162 19 1248,620 0,104 46,970 0,291 167 11 1183,400 0,062 49,730 0,196 172 24 1127,190 0,138 52,360 0,353 177 13 1059,120 0,077 54,890 0,233 182 5 1003,250 0,030 57,890 0,106 187 5 956,200 0,031 61,140 0,108 192 34 909,820 0,215 63,360 0,459 197 53 835,800 0,357 63,530 0,586 202 88 745,270 0,662 60,800 0,723 207 66 623,620 0,568 56,640 0,692 212 89 528,210 0,902 51,160 0,781 217 65 414,250 0,802 44,670 0,760 222 92 328,750 1,482 36,290 0,854 227 43 221,050 0,934 28,520 0,787 232 51 166,410 1,514 22,090 0,857 237 29 106,890 1,248 16,110 0,832 242 12 72,010 0,683 12,860 0,730 247 12 55,570 0,866 10,700 0,774 252 7 40,070 0,647 8,810 0,719 257 4 30,330 0,449 7,630 0,640 262 5 24,080 0,696 6,470 0,734 267 6 17,260 1,201 4,730 0,826 272 3 10,000 0,934 3,190 0,787 277 1 6,180 0,427 2,440 0,628 282 4 4,590 1,715 37,180 0,872 287 0 0,000 1,715 0,000 0,872 292 0 0,000 1,715 0,000 0,872 Total Biomassa 1185,630

46 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Neri Sribenita Sihombing lahir di Bagot Puloan, 24 Maret 1995, merupakan anak kesembilan dari sembilan bersaudara dari ayah bernama Marlan Sihombing dan ibu Esmauli Siregar. Penulis mulai mengikuti pendidikan di sekolah dasar di SD Negeri 091444 Dolok Panribuan, Tiga Dolok lulus pada tahun 2007. Pendidikan di SMP Negeri 1 Dolok Panribuan, Tiga Dolok diselesaikan pada tahun 2010, dan lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Panribuan, Tiga Dolok pada tahun 2013. Penulis diterima menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2013 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti program perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah Biologi Perikanan (2015), Dasar-Dasar Dinamika Populasi Ikan (2016), dan Planktonologi (2016) serta kegiatan luar akademik. Kegiatan di luar akademik, penulis aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul Status Stok dan Analisis Populasi Virtual Ikan kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda yang dibimbing oleh Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi dan Dr Ir Zairion, MSc.