I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senyum yang sehat adalah senyum yang terbentuk dari jaringan mulut yang sehat. Setiap orang mendambakan memiliki gigi yang sehat dan putih berseri karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu seseorang untuk berani tampil dan berkomunikasi dengan orang lain. Perubahan warna pada gigi dapat mengakibatkan pengaruh psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri (Polydorou dkk., 2007). Salah satu perawatan konservatif untuk mendapatkan gigi yang bersih dan putih adalah memutihkan gigi menggunakan bahan pemutih gigi (bleaching agent). Bleaching merupakan alternatif konservatif untuk mengembalikan estetik dari gigi melalui proses penghilangan stain yang terdapat di dalam struktur gigi (email dan dentin) melalui reaksi reduksi - oksidasi secara kimia. Saat ini dikenal dua teknik bleaching yaitu teknik bleaching ekstrakoronal dan intrakoronal. Bleaching ekstrakoronal dilakukan pada gigi vital sedangkan bleaching intrakoronal dilakukan pada gigi nonvital. Pemutihan gigi vital secara umum dapat dibedakan menjadi teknik pemutihan yang dilakukan dokter gigi di tempat praktek atau disebut in office bleaching dan pemutihan dilakukan oleh pasien sendiri di rumah di bawah pengawasan dokter gigi, dinamakan home bleaching (Halim, 2006). Teknik in office bleaching menjadi pilihan karena memberikan hasil yang lebih cepat dan memberikan kenyaman pada pasien. Pasien pun tidak perlu meng- 1
2 khawatirkan adanya kesalahan pada saat aplikasi karena bahan pemutih gigi diaplikasikan oleh dokter gigi. Bahan bleaching utama yang digunakan pada in office bleaching adalah hidrogen peroksida (H 2 O 2 ). Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat untuk memperbaiki perubahan warna gigi yang tersedia dalam berbagai konsentrasi dan mempunyai kekuatan bervariasi (Halim, 2006). Saat ini banyak bahan hidrogen peroksida yang aman dengan konsentrasi tinggi digunakan pada teknik perawatan in office bleaching. Bahan bleaching yang digunakan pada prosedur in office bleaching baik aktivasi kimiawi maupun aktivasi sinar berupa bahan yang berbentuk gel. Bahan tersebut diaplikasikan pada permukaan gigi selama 30 45 menit (Taher, 2005 sit. Atali dan Topbasi, 2011). Pada pasien yang akan dilakukan perawatan bleaching, sering kali ditemukan adanya gigi-gigi yang mengalami karies. Restorasi diperlukan sebelum prosedur perawatan bleaching karena bahan bleaching hidrogen peroksida dapat berpenetrasi ke dalam email dan dentin, serta mempunyai efek samping menyebabkan pulpitis reversibel dan dapat meningkatkan sensitivitas gigi (Deneby dan Swift, 1992). Salah satu bahan yang digunakan secara luas di bidang kedokteran gigi sebagai material restoratif adalah resin komposit. Selain itu, sering kali pada pasien yang akan dilakukan bleaching terdapat restorasi resin komposit pada gigi anterior maupun posterior. Resin komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang unggul sehingga akan menghasilkan sifat yang lebih baik daripada bahan itu sendiri (Anusavice, 2003). Resin komposit memiliki beberapa keunggulan yaitu selain warnanya memenuhi persyaratan estetika, bahan ini mempunyai sifat fisis dan mekanis yang baik, tidak mengahasilkan arus galvanik seperti yang biasa terjadi pada restorasi logam, bersifat restorable dan terikat pada
3 struktur gigi sehingga memiliki retensi yang baik dan mampu memperkuat strukturnya sebagai bahan restorasi (Mota dkk., 2006). Sejauh ini telah dikembangkan resin komposit tipe nanofil dan resin komposit tipe bulk fill. Resin komposit nanofil merupakan jenis resin komposit yang tersedia cukup banyak di pasaran. Saat ini resin komposit tipe nanofil banyak digunakan untuk merestorasi gigi karena relatif mudah dilakukan pemolesan dan hasil estetik yang lebih baik. Resin komposit nanofil dikembangkan sebagai salah satu restorasi estetik dengan partikel bahan pengisi nano yang berukuran sebesar 0,1 100 nm untuk meningkatkan kekuatan resin (van Noort, 2007). Resin komposit nanofil mengandung matriks organik berupa Bis-GMA, UDMA, TEGDMA, dan Bis-EMA (Wang dkk., 2011). Resin komposit nanofil terdapat kandungan filler zirkonia dan silika yang berukuran 20 nm. Resin komposit ini memiliki konsentrasi filler 78,5% berdasarkan berat, 59,5% berdasarkan volume. Resin komposit nanofil memiliki keunggulan dalam hal mekanis yaitu pengkerutan polimerisasi lebih kecil, kandungan warna yang lebih baik, dan mudah dipoles sehingga menghasilkan suatu permukaan yang lebih mengkilap (Craig dkk., 2006). Baru-baru ini diperkenalkan resin komposit jenis baru yaitu resin komposit bulk fill. Menurut El-Safty dkk. (2012) resin komposit bulk fill dapat mempersingkat waktu perawatan karena memungkinkan menumpat dengan ketebalan 4 mm dalam satu tahap dan tidak memerlukan proses layering. Resin komposit bulk fill dapat diklasifikasikan menjadi dua menurut viskositasnya yaitu resin komposit bulk fill dangan viskositas rendah dan resin komposit bulk fill dengan viskositas tinggi. Resin komposit bulk fill diklaim mempunyai sifat fisik yang lebih baik dari resin komposit generasi sebelumnya, namun hal ini masih menjadi pertanyaan karena penelitian mengenai resin komposit bulk fill masih belum banyak dilakukan.
4 Resin komposit bulk fill viskositas tinggi misalnya, Tetric N-Ceram Bulk Fill merupakan suatu material nanohibrida aktivasi sinar yang dapat digunakan untuk restorasi direk gigi posterior, restorasi kelas V, dan tindakan fissure sealing yang diperluas. Resin komposit ini memiliki filler anorganik yang terdiri dari barium glass, ytterbium trifluoride dan mixed oxide dengan konsentrasi filler 75-77% berdasarkan berat, 53-55% berdasarkan volume. Ukuran partikel filler anorganik adalah antara 0,04-3 µm. Resin komposit ini juga dilengkapi dengan sistem foto-inisiator baru yaitu Ivocerin yang dapat menyerap sinar tampak lebih besar bila dibandingkan camphorquinon dan lucirin. Dengan kandungan tersebut, polimerisasi tumpatan resin komposit dengan lapisan ketebalan hingga 4 mm dapat dicapai (Anonim, 2012). Bahan bleaching dapat berdampak pada permukaan resin komposit. Menurut Wattanapayungkul dkk. (2004), bahan hidrogen peroksida dapat mempengaruhi kekasaran permukaan bahan restorasi resin komposit. Kekasaran permukaan dapat timbul pada resin komposit melalui beberapa mekanisme. Prosesnya terjadi dengan pemutusan ikatan matriks resin akibat radikal bebas hidrogen peroksida. Radikal bebas yang dihasilkan oleh H 2 O 2 memiliki elektron yang tidak berpasangan dan tidak stabil, hal ini dapat mengakibatkan putusnya ikatan karbon siklik pada bisphenol A-glycydil methacrylate (Bis-GMA) yang terkandung di dalam matriks resin komposit, sehingga ikatan Bis-GMA tersebut lemah dan terdegradasi (Spyrides, 2004). Mekanisme lain yang dapat terjadi adalah dengan pemutusan ikatan siloxane yang membentuk ikatan antara coupling agent dengan filler akibat ion hidrogen yang dihasilkan oleh hidrogen peroksida. Hal ini dapat menimbulkan dampak terlepasnya ikatan filler dengan matriks dari resin komposit sehingga terjadi microscopic cracks yang menyebabkan kekasaran permukaan resin komposit (Polydorou dkk., 2007; Hubbezoglu dkk., 2008).
5 Kondisi permukaan restorasi resin komposit merupakan suatu faktor yang penting. Kekasaran permukaan dapat menyebabkan warna dari resin komposit menjadi lebih gelap dan tidak memantulkan cahaya sehingga mengurangi estetik. Bahan tumpatan yang kasar ini dapat pula menurunkan keawetan bahan tumpatan pada gigi karena mengakibatkan sisa makanan dan bakteri menjadi menempel sehingga kekuatan bahan tumpatan menjadi menurun. (Nicholson, 2002). Keunggulan suatu resin komposit mempengaruhi pemilihan jenis resin komposit dalam aplikasi klinis. Dampak perawatan bleaching terhadap kekasaran permukaan pada resin komposit dapat bervariasi sehingga penting untuk mengetahui jenis resin komposit dengan sifat fisik yang lebih baik untuk diaplikasikan pada gigi yang akan dilakukan perawatan bleaching. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka diajukan permasalahan, apakah ada pengaruh bahan bleaching in-office terhadap perubahan kekasaran permukaan tumpatan resin komposit bulk fill viskositas tinggi dan nanofil. C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan kekasaran permukaan resin komposit. Nerito (2008) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh aplikasi bahan bleaching hidrogen peroksida 38% terhadap kekasaran permukaan resin komposit hibrida. Pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa kekasaran permukaan setelah aplikasi bahan bleaching selama 60 menit lebih besar daripada 30 menit. Penelitian lain juga dilakukan oleh Gandaatmadja dkk. (2010), tentang pengaruh perbedaan jenis resin komposit dan konsentrasi bahan hidrogen peroksida terhadap perubahan kekasaran permukaan resin komposit. Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai
6 pengaruh bahan bleaching in-office terhadap perubahan kekasaran permukaan tumpatan resin komposit bulk fill viskositas tinggi dan nanofil belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan hampir mirip, akan tetapi bahan dan metode yang digunakan berbeda. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh bahan bleaching in-office terhadap perubahan kekasaran permukaan tumpatan resin komposit bulk fill viskositas tinggi dan nanofil. E. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian yang akan dilakukan ini bermanfaat untuk: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh bahan bleaching in-office terhadap perubahan kekasaran permukaan tumpatan resin komposit bulk fill viskositas tinggi dan nanofil dan dapat menjadi pertimbangan klinis dalam melakukan in office bleaching. 2. Menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang kedokteran gigi khususnya bidang konservasi gigi.