PENGERTIAN COST ACCUMULATION & COST ALLOCATION

dokumen-dokumen yang mirip
Akumulasi Biaya & Alokasi Biaya

LATIHAN SOAL METODE AKUMULASI BIAYA (COST ACCUMULATION)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LATIHAN SOAL ALOKASI BIAYA (COST ALLOCATION) Ade Heryana, SSt, MKM Dosen Prodi Kesmas Universitas Esa Unggul

LATIHAN SOAL ALOKASI BIAYA (COST ALLOCATION) Ade Heryana, SSt, MKM Dosen Prodi Kesmas Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Akuntansi Biaya. Job Order Costing. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

Soal Pilihan Ganda (bobot 30)

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : Akuntansi Biaya Kode Mata Kuliah : AKU506 Jumlah SKS : 3

BAB II BAHAN RUJUKAN

03FEB. Akuntansi Biaya

BAB II UKM DAN BIAYA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

cost classification) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

BAB II BAHAN RUJUKAN

Akuntansi Biaya. Modul ke: Job Order Costing 04FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prime Costs. Prime Costs. Direct Materials. Direct Labor + = 2003 Prentice Hall Business Publishing, Cost Accounting 11/e, Horngren/Datar/Foster 2-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH LAB. PENGANTAR AKUNTANSI 3 (ED) KODE / SKS : KD / 2 SKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

PRODUCTION COST. Production cost itu ada yg: a. Direct, yaitu Direct material dan Direct labor b. Indirect, yaitu Factory Overhead (FOH)

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and accounting for Costs Labor : Controlling and Accounting for Costs. Angela Dirman, SE., M.Ak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

JOB COSTING. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya 3/1/2012. Contents

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK)

COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA AKUNTANSI BIAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. Harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam (Jogiyanto, 2005)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

Bab 2. Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Perilaku Biaya

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

Akuntansi Biaya. Job Order Costing. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis. Program Studi Akuntansi

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN KE-6 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

Transkripsi:

PENGERTIAN COST ACCUMULATION & COST ALLOCATION Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Email: heryana@esaunggul.ac.id Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul COST SYSTEM DAN PRODUCT COST Cost Accounting system atau Cost system pada suatu organisasi/perusahaan dirancang untuk menghasilkan data biaya atau menghitung biaya produk (product cost) untuk keperluan laporan keuangan eksternal. Product cost adalah terbagi atas dua jenis yaitu a) Production cost (biaya untuk membuat produk atau memberikan jasa); dan b) Nonproduction cost (biaya yang berhubungan dengan fungsi non produksi seperti penelitian & pengembangan, penjualan, dan administrasi). Production cost disebut juga Inventoriable cost, sedangkan Nonproduction cost disebut juga Period Cost. Production cost terbagi menjadi tiga macam: 1) biaya material langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan 3) biaya overhead. Lihat gambar 1 mengenai skema Product Cost. Biaya Material Langsung Material langsung adalah berbagai bahan baku atau material yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan menghasilkan produk/jasa. Biaya material langsung dapat secara langsung dibebankan terhadap produk/jasa dengan melakukan pengamatan secara fisik. Misalnya: kasa steril dan obat anestesi untuk layanan bedah, reagen kimia untuk pemeriksaan laboratorium, brosur untuk kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit, dan sebagainya. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah seluruh tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan menghasilkan produk/jasa. Sama seperti biaya material langsung, tenaga kerja langsung juga dapat diobservasi secara kasat mata untuk membebankannya pada biaya produk. Dalam pelayanan kesehatan, tenaga kerja yang memberikan secara langsung pelayanan kepada pasien merupakan tenaga kerja langsung. Misalnya perawat IGD, analis kesehatan di laboratorium klinik, bidan di poli kebidanan, dan sebagainya. Biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung jika dijumlahkan akan menjadi Prime Cost. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead jika dijumlahkan akan menjadi Conversion Cost. Overhead Seluruh biaya yang tidak termasuk dalam biaya material langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan sebagai biaya overhead. Misalnya biaya depresiasi gedung dan peralatan, pemeliharaan, gaji supervisor, listrik, pajak bangunan, keamanan gedung, dan sebagainya. Biaya lembur tenaga kerja langsung umumnya dibebankan pada biaya overhead.

Production Cost/ Inventoriable Cost Direct Material Cost Direct Labor Cost Overhead Cost Prime Cost Conversion Cost Product Cost Research & Development Non Production Cost/ Period Cost Selling Administration Gambar 1. Klasifikasi Product Cost COST ACCUMULATION Cost system terbentuk dari 3 elemen yaitu 1) Cost accumulation; 2) Cost measurement; dan 3) Cost assignment. Lihat gamar 1 berikut. Cost Accumulation Mengumpulkan biaya Cost Measurement Mengklasifikasi biaya Cost Assigment Mencocokkan dengan cost object Pembelian alkes Gaji perawat Gaji dokter jaga Gaji kepala bagian Depresiasi Utilitas (air, listrik) Pajak bangunan Pemeliharaan Biaya material langsung Biaya pekerja langsung Biaya Overhead Layanan rawat Inap Layanan rawat Jalan Gambar 2. Cost Accounting System

Sebagaimana gambar 1 di atas, sistem akuntansi biaya terdiri dari tiga tahap yakni 1) mengumpulkan biaya (cost accumulation); 2) mengklasifikasikan biaya berdasarkan biaya material, tenaga kerja, atau overhead (cost measurement); dan 3) mencocokkan dengan cost object (cost assignment) dalam hal ini adalah jasa layanan rawat inap dan rawat jalan. Cost accumulation juga merupakan proses pengakuan dan pencatatan biaya. Dalam proses cost accumulation dibutuhkan dokumen-dokumen yang merupakan sumber transaksi yang kemudian dicatat pada database keuangan (Hansen, Mowen & Guan, 2009). Cost measurement dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) actual costing; dan 2) normal costing. Pada actual costing seluruh biaya material, tenaga kerja, dan overhead dihitung berdasarkan biaya aktual. Sedangkan normal costing memperhitungkan biaya material dan tenaga kerja secara aktual, sementara biaya overhead ditentukan sebelumnya. Setelah biaya dikumpulkan dan dihitung, tahap selanjutnya adalah menempatkan atau mencocokkan biaya tersebut dengan unit produk/jasa yang dihasilkan. Metode Cost Accumulation Cost accumulation atau costing system terdiri dari 3 metode yaitu: 1. Job Order Costing Job Order Costing adalah sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan berbeda-beda dengan sumberdaya dan alur proses yang beragam (Lanen, Anderson, & Maher, 2011) atau bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat khusus atau dibuat berdasarkan pesanan khusus (Vanderbeck, 2010). Pengertian Job di sini bukan hanya pekerjaan, tetapi unit dari suatu produk/jasa yang dapat dibedakan dari produk/jasa lainnya. Terdapat tujuh langkah dalam akumulasi biaya dengan metode Job Order Costing: 1. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya, misalnya: mengantar petugas home service ke rumah pasien, mempersiapkan medical record, dan sebagainya; 2. Menghitung biaya langsung, yaitu dengan menambahkan biaya bahan/material langsung dengan biaya tenaga kerja langsung a. Bahan/material langsung yaitu bahan/material yang secara langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau pemberian jasa. Data bahan/material langsung bisa diperoleh dari catatan di gudang.

b. Tenaga kerja langsung yaitu pekerja yang secara langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau pemberian jasa. Data tenaga kerja langsung dapat diperoleh dari catatan jam kerja atau laporan harian pekerja. 3. Menghitung biaya tidak langsung (overhead) yaitu: a. Menentukan biaya overhead b. Memilih dasar alokasi biaya tidak langsung (overhead) ke cost object (job/pesanan), yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri ke job tersebut, misalnya biaya supervisi, pemeliharaan dan perbaikan. Dasar alokasi biaya tidak langsung ditentukan berdasarkan sifat biaya, misalnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan perbaikan mesin menggunakan jam mesin sebagai dasar alokasi. Biaya supervisi dan pendukung pelayanan menggunakan jam tenaga kerja sebagai dasar alokasi. c. Menghitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi d. Menghitung biaya tidak langsung yang akan dialokasikan ke obyek biaya 4. Menghitung biaya total job = semua biaya langsung + semua biaya tidak langsung 5. Menghitung unit cost = total biaya / jumlah unit 2. Process Costing, yaitu sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat homogen dengan proses produksi/operasi sama untuk tiap unit produk/jasa. Dalam menghitung biaya proses, faktor proses dalam pengerjaan (work-in process atau WIP) harus diperhatikan. Misalnya pada layanan laboratorium, contoh workin process adalah sampel atau spesimen yang belum 100% dikerjakan dan belum diserahkan laporannya ke pasien, pada layanan farmasi contohnya adalah layanan resep dokter yang masih menunggu kelengkapan obat, pada layanan radiologi contohnya adalah hasil pemeriksaan yang masih menunggu pembacaan film oleh dokter spesialis radiologi, dan sebagainya. Langkah-langkah dalam menghitung biaya proses jika terdapat WIP adalah: 1. Menghitung unit fisik 2. Menghitung unit ekuivalen 3. Menghitung total biaya 4. Menghitung biaya per unit 5. Menghitung pembebanan biaya ke: 1) barang/jasa yang sudah jadi; dan 2) barang/jasa yang masih dalam proses (WIP) Dalam metode process costing terdapat biaya tambahan yang timbil yaitu transferred-in cost atau biaya transfer produk/jasa dari departemen satu ke departemen lain.

Metode process costing merupakan metode akumulasi biaya yang sangat kompleks terutama pada aplikasinya di perusahaan dengan beragam departemen. Untuk itu membutuhkan bantuan perhitungan dengan aplikasi komputer atau dengan microsoft excell worksheet. 3. Operation Costing, yaitu kombinasi job costing dan process costing. Dalam beberapa hal, terdapat proses produksi/operasional yang menggabungkan antara job order dengan process. Beberapa perusahaan/organisasi menerapkan metode campuran yang disebut dengan operation costing. Tabel 1. Perbedaaan Job-Order Costing dengan Process Costing Job Order Costing 1. Banyak pesanan produk/jasa yang dihasilkan selama satu periode, atau hanya satu produk/jasa yang dihasilkan dalam satu periode sesuai pesanan 2. Akumulasi biaya berdasarkan masingmasing pesanan 3. Dokumen kunci pengumpulan data biaya adalah laporan/kartu biaya pesanan 4. Perhitungan unit cost berdasarkan pesanan Process Costing 1. Satu produk/jasa yang dihasilkan selama periode waktu yang panjang, yang dikerjakan lintas departemen 2. Akumulasi biaya berdasarkan departemen 3. Dokumen kunci pengumpulan biaya adalah laporan produksi/operasional per departemen 4. Perhitungan unit cost berdasarkan departemen Tabel 2. Contoh Aplikasi Job Order Costing dan Process Costing pada Industri Kesehatan Metode Costing Sektor Jasa Sektor Perdagangan Menggunakan Job Order Costing Audit mutu oleh konsultan mutu pelayanan kesehatan dan RS Pelatihan Ahli K3 Umum oleh konsultan K3 Jasa perawatan kulit oleh klinik khusus kulit Jasa pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Penjualan obat OTC di apotik Penjualan alat kesehatan habis pakai di toko Alkes Penjualan bahanbahan kimia dan obat di toko kimia berijin Sektor Manufaktur Pembuatan obatobatan atau herbal/jamu oleh pabrik farmasi Pembuatan bahan habis pakai oleh pabrik alat kesehatan Pembuatan bahan baku kimia dan obat sintesis oleh pabrik kimia

Metode Costing Sektor Jasa Sektor Perdagangan Menggunakan Process Costing Jasa sirkumsisi (Sunat) oleh klinik sunat Jasa Amdal oleh konsultan Kesehatan Lingkungan Penjualan mesin produksi obat khusus/tertentu oleh distributor mesin produksi Penjualan unit MRI oleh distributor alat kesehatan Sektor Manufaktur Pembuatan unit sterilisasi alat medis oleh pabrik alkes COST ALLOCATION Setiap perusahaan terdiri dari dua departemen utama yaitu operasional dan pendukung. Cost allocation atau alokasi biaya adalah metode membebankan biaya tetap atau biaya tidak langsung dari unit pendukung ke unit pelayanan/operasional. Pada pelayanan kesehatan, contoh unit pendukung adalah departemen IT, SDM, Litbang, Keuangan, dan Pemasaran. Unit operasional pada pelayanan kesehatan misalnya pelayanan rawat jalan, rawat inap, IGD, farmasi, dan sebagainya. Saat mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional, terdapat dua hal yang harus diperhatikan (Horngren, Datar & Rajan, 2015): a. Apakah sebaiknya biaya tetap dari departmen pendukung dialokasikan ke departemen operasional? b. Jika harus dialokasi, apakah biaya variabel dan tetap dialokasikan dengan metode yang sama? Terdapat dua jenis kondisi alokasi biaya tetap, yakni 1) Alokasi biaya dari satu departemen pendukung, dengan metode tarif tunggal atau tarif ganda; dan 2) Alokasi biaya dari dua atau lebih departemen pendukung, dengan metode langsung, step-down, dan resiprokal. Lihat gambar 3 berikut.

Alokasi biaya dari satu departemen pendukung Alokasi biaya dari dua atau lebih departemen pendukung Metode Tarif Tunggal (Singlerate) Metode langsung (Direct method) Metode Tarif Ganda (dualrate) Metode Step- Down Metode Resiprokal Gambar 3. Metode Alokasi Biaya Alokasi Biaya Satu Departemen Pendukung Sebagaimana terlihat pada gambar 3, terdapat dua metode alokasi biaya dari satu departemen pendukung yaitu sigle-rate dan dual-rate. 1. Metode single-rate Pada metode single-rate, alokasi biaya tidak membedakan antara biaya tetap dan variabel, yaitu mengalokasikan biaya departemen pendukung dari setiap kumpulan biaya (cost pool) ke cost object dari departemen operasional, dengan rate per unit yang sama. Metode ini memiliki keunggulan: 1) murah untuk diterapkan; dan 2) dapat mengendalikan operasional bagi departemen yang menggunakan. Kekurangannya adalah dapat menyebabkan manajer departemen operasional membuat keputusan yang tidak optimal karena mementingkan departemennya saja. 2. Metode dual-rate Sementara pada metode dual-rate, alokasi biaya dibedakan antara biaya tetap dan variabel, yaitu mengalokasikan biaya tetap dan variabel departemen pendukung dari masing-masing kumpulan biaya (cost pool) ke cost object dari departemen operasional, dengan rate per unit yang berbeda. Keunggulan metode dual-rate adalah 1) dapat mendorong manajemer departemen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan bukan hanya departemennya tetapi juga perusahaan secara keseluruhan; dan 2) membantu departemen operasional dalam

perencanaan jangka pendek dan jangka panjang karena dapat mengetahui alokasi biaya pada masa yang akan datang. Kekurangannya adalah 1) membutuhkan identifikasi yang tepat antara biaya variabel dan biaya tetap yang sebenarnya agak sulit; dan 2) tidak menggambarkan biaya tetap departemen pendukung yang sebenarnya karena dasar pengalokasian menggunakan biaya teranggarkan, bukan biaya aktual. Alokasi Biaya Dua Departemen Pendukung atau Lebih 1. Metode Langsung (Direct Method) Metode ini hanya mengalokasikan biaya dari departemen pendukung ke departemen operasional, atau metode ini tidak mengalokasikan biaya departemen pendukung departemen pendukung lain. 2. Metode Sted-Down Disebut juga sequential allocation method yaitu metode yang mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional dan departemen pendukung lainnya dengan cara berurutan (sequential). 3. Metode Resiprokal Merupakan metode yang mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional yang mengakui... KEPUSTAKAAN Hansen, Don R, Maryanne M. Mowen, dan Liming Guan. 2009. Cost Management Accounting and Control, OH: South-Western Cengage Learning Lanen, William N., Shannon W. Anderson, dan Michael W. Maher. 2011. Fundamentals of Cost Accounting. New York: McGraw-Hill Irwin Lestari, Wiwik, dan Dhyka Bagus Permana. 2017. Akuntansi Biaya Dalam Perspektif Manajerial. Jakarta: Rajawali Pers Vanderbeck, Edward J. 2010. Principles of Cost Accounting, OH: South-Western Cengage Learning