BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti sistem perdagangan dan sistem pemasaran. Dahulu jika kita ingin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat seiring kemajuan teknologi. 3,42 3,25 3,07 2,89 2,69. Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membayar harga barang yang dijual. Faktor offline store atau toko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Potensi internet sebagai media pemasaran dan perdagangan telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun Berikut data statistiknya: Statistik Pengguna dan Populasi Internet di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi internet yang pesat membuat aktivitas manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab menariknya pengembangan dalam e-commerce (Fang et al. 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan pendekatan teori perilaku (behavioral theory) yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004). Menurut Indrajit

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet menyebabkan perubahan dalam banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hiudp masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan teknologi internet menjadi sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al-

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis melalui media elektronik. Salah satu bentuk e-business yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah adanya internet. Perkembangan teknologi memberikan juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada individual, organisasi, dan negara, dalam bentuk produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai e-commerce. Sistim perdagangan elektronik atau e- commerce saat ini menawarkan bentuk bisnis yang baru dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbelanjaan barang maupun jasa melalui online bukanlah hal baru lagi dalam dunia bisnis ritel.

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi seperti mengirim surat elektronik atau saja seperti pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang canggih untuk mengakses internet, begitu pula dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan internet di Indonesia saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini internet menjadi peran penting untuk mencari informasi, sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini teknologi semakin canggih dan terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi

BAB I PENDAHULUAN. halnya bertransaksi secara langsung. Konsumen juga bisa menulusuri (surfing)

TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. untuk di dapatkan terutama di kota - kota besar di Indonesia. Oleh sebab itu gaya

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah pada interaksi yang lebih komplek. Internet membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern pada saat ini teknologi mengalami perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu gaya hidup masyarakat saaat ini ikut berubah karena pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Gambar 1.1 Situs Zalora

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kebutuhan lain yang lebih penting. Mereka yang mampu menguasai

BAB V PENUTUP. 1.1 Kesimpulan. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan. pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan telepon genggam dengan spesifikasi yang jauh lebih bagus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek kehidupannya. Kemajuan teknologi seperti televisi, ponsel,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk berfikir dan bertindak secara cepat, agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan teknologi e-commerce dalam berinteraksi dengan para

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Seiring dengan kemajuan dalam berbisnis, teknologi internet yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penghematan waktu berbelanja, tenaga, dan transaksi, karena dapat dilakukan. pemeliharaan, tenaga kerja dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Internet mengalami perkembangan yang luar biasa sejak pertama kali

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab dua ini akan dijelaskan beberapa teori tentang belanja online

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. barang maupun jasa secara online, berbelanja barang secara online kini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. satu pemicunya adalah ditemukan WWW (World Wide Web) yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi internet pada jejaring sosial tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan bagi segala aktivitas manusia. Salah satunya perkembangan teknologi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku bisnis lainnya. Hadirnya teknologi internet ini memberikan manfaat bagi pelaku bisnis. Internet memberi manfaat komunikasi tanpa batasan yang dapat dengan mudah memperbesar jaringan pemasaran sebuah produk perusahaan. Kemajuan teknologi informasi ini memungkinkan bagi banyak orang menggunakan media internet sebagai media bisnis online (e-bisnis) atau disebut juga dengan perdagangan (e-commerce) dan memiliki keuntungan baik bagi perusahaan atau konsumen sebagai pengguna internet. Pesatnya perkembangan internet juga memberikan kemudahan bagi para pemasar untuk melakukan perdagangan dan membangun bisnisnya secara online. E- commerce ini sangat bermanfaat bagi perusahaan atau organisasi karena dengan adanya e-commerce perusahaan dapat menjangkau wilayah pemasaran yang lebih luas tanpa harus mengeluarkan biaya untuk memasang iklan. Berdasarkan data Internetworldstats.com (2012) diketahui jumlah pengguna internet di seluruh dunia sampai pertengahan tahun 2012 mencapai angka 2.405.510.175 pengguna atau sekitar 34,3% dari populasi yang ada di dunia. Kawasan Asia jumlah pengguna telah mencapai jumlah 1.076.681.059 atau sekitar 44,8% dari jumlah pengguna internet di seluruh dunia. 1

2 Menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna Internet di Indonesia pada 2012 mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23% dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi tersebut dapat dijadikan sebagai pemicu untuk menumbuhkan e-commerce di Indonesia. Dengan semakin banyaknya pengguna internet, diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan pembelian barang/jasa, yaitu dari pembelian secara konvensional ke e-commerce. Dari sekitar 63 juta pengguna internet, tercatat 57% di antaranya melakukan belanja online, yang transaksinya paling banyak terkait dengan pembelian kebutuhan sekunder (baju, makanan ringan, celana). Adapun 57% di antaranya aktif melakukan belanja online, jumlahnya cukup banyak sekitar 36 juta orang. Semakin meningkatnya jumlah pengguna internet, telah menarik berbagai usaha bisnis untuk memasarkan produknya melalui internet. Internet dapat menyediakan channel untuk memasarkan produk atau jasa secara online. Perkembangan proses jual-beli secara online di Indonesia dapat dikatakan sangat terlambat dibanding negara-negara lain seperti Amerika, negara-negara di Eropa, Jepang, Malaysia, Singapura dan Australia. Hal itu dikarenakan kebiasaan belanja masyarakat Indonesia yang lebih senang berbelanja secara langsung ke toko fisik, melihat bahkan mencoba barang-barang yang ada di toko fisik seperti pakaian dan barang elektronik. Masyarakat Indonesia khususnya orang orang generasi X yang berumur sekitar 30 50 tahun, tidak terlalu menyukai cara berbelanja secara online dikarenakan tidak dapat mencoba barang yang akan dibeli dan masih kurang rasa kepercayaan terhadap toko online karena takut dengan beberapa hal seperti takut ada penipuan oleh penjual, kualitas barangnya buruk serta

3 bentuk fisik yang bisa berbeda dengan tampilan di website. Berbeda dengan generasi Y yang sudah terbiasa dengan teknologi. Proses jual-beli online di Indonesia bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Toko online di Indonesia ini sangat banyak jumlahnya, tetapi hanya sedikit yang sangat sukses salah satunya adalah Lazada.com. Sejak berkembangnya fenomena media sosial di Indonesia, proses jual-beli online atau e-commerce di Indonesia semakin berkembang pesat melalui jalur ini. Blog, forum dan jejaring sosial adalah contoh-contoh media sosial yang mendukung perkembangan e-commerce di Indonesia. Setiap orang dapat membuat toko online dengan mudah dan gratis. E-commerce di Indonesia memiliki masa depan yang bagus, karena setiap orang kini sangat mudah terhubung dengan dunia internet melalui gadget seperti laptop, tablet PC bahkan smartphone yang kini menjamur. E- commerce menjadi saluran pemasaran yang penting dalam transaksi bisnis masa kini. Toko dan layanan online saluran penjualan penting dalam transaksi antara bisnis dengan pelanggan. Mempelajari perilaku belanja online konsumen telah menjadi salah satu agenda penelitian yang paling penting dalam e-commerce selama dekade terakhir (Chen, 2009 dalam Javadi et al., 2012). Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Sangatlah penting dalam pemasaran untuk memahamami mengenai perilaku konsumen. Untuk belanja online, disebut dengan perilaku belanja online. Perilaku belanja online (juga disebut perilaku pembelian secara online dan belanja internet / perilaku pembelian)

4 mengacu pada proses pembelian produk atau jasa melalui Internet. Proses ini terdiri dari lima langkah mirip dengan yang berhubungan dengan perilaku belanja tradisional (Liang dan Lai, 2000 dalam Javadi et al., 2012). Dalam proses belanja online yang khas, ketika calon konsumen mengenali kebutuhan untuk beberapa barang atau jasa, mereka pergi ke Internet dan mencari informasi-kebutuhan terkait. Namun, daripada mencari secara aktif, kadang-kadang calon konsumen tertarik dengan informasi tentang produk atau jasa yang terkait dengan kebutuhan merasa. Mereka kemudian mengevaluasi alternatif dan memilih salah satu yang paling sesuai dengan kriteria mereka untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Akhirnya, transaksi dilakukan dan layanan pasca-penjualan yang tersedia. Menurut Engel, et al. (1994:3), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia guna membeli barang barang yang berhubungan dengan konsumsi. Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang berbeda namun berhubungan satu sama lain, yaitu: tahap input, tahap proses, dan tahap keluaran ( output ). Tahapan input mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk dan terdiri dari dua sumber informasi utama : usaha pemasaran perusahaan dan pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen ( keluarga, teman teman, tetangga, sumber informal, dan non-komersial lain, kelas sosial, serta keanggotaan budaya dan subbudaya ). Tahap proses memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor psikologis yang melekat pada setiap individu ( motivasi, persepsi,

5 pengetahuan, kepribadian, dan sikap ) mempengaruhi cara masukan dari luar pada tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhada kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternatif. Tahap keluaran terdiri dari dua macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat: perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli. Menurut Kotler (2003:224 dalam Romadloni, 2014) proses pengambilan keputusan pembelian pada konsumen di bagi menjadi lima tahapan. Yang pertama adalah pengenalan masalah. Kedua Pencarian Informasi. Tahap ketiga adalah tahap evaluasi alternatif. Keempat adalah keputusan pembelian. Yang terakhir adalah perilaku pasca pembelian. Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian dan pemakaian produk pasca pembelian. Perilaku konsumen online dapat dijelaskan oleh Theory of Planned Behavior. Menurut Theory of Planned Behavior ( TPB ) yang dikemukakan oleh Ajzen, perilaku belanja konsumen dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden terdekat dari suatu perilaku. Intensi adalah suatu fungsi dari kepercayaan dan atau informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku tertentu akan mangarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Niat dalam kerangka Theory of Planned Behavior dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku (Ajzen 1991 dalam Achmat, 2010). Intensi diartikan sebagai deklarasi internal untuk bertindak/melakukan sesuatu ( Hogg & Vaughan, 2005 dalam Amaliah, 2008). Menurut Fishbein, Ajzen dan beberapa ahli lainnnya, intensi adalah

6 prediktor yang baik tentang bagaimana kita berperilaku di masa depan. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menekankan hal yang kurang lebih sama, bahwa intensi merupakan niat individu untuk melakukan sesuatu di masa depan. Menurut Theory of Planned Behavior, attitude ( sikap ) dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku. Sikap belanja online mengacu pada keadaan psikologis konsumen dalam hal melakukan pembelian di Internet (Li dan Zhang, 2002 dalam Javadi et al., 2012). Sikap juga dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan oleh konsumen. Dalam literatur pemasaran, diakui bahwa persepsi risiko langsung mempengaruhi pembelian dan niat pembelian, yaitu ketika resiko yang dirasakan oleh konsumen begitu tinggi, kemungkinan konsumen untuk membeli atau untuk membeli kembali secara online akan rendah (Ariff et al., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang dirasakan akan mempengaruhi sikap pembelian online. Efek negatif dari persepsi risiko juga telah ditemukan memiliki dampak negatif pada sikap membeli konsumen terhadap belanja online. Risiko dapat menjadi nyata dan selama itu nyata, risiko akan mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Kemudian, risiko yang dirasakan konsumen dalam belanja online harus

7 terus diperiksa untuk memantau sejauh mana mereka mengerahkan dampak negatif kepada sikap dan perilaku belanja online konsumen. Risiko yang dirasakan konsumen harus terus diteliti sehingga mereka dapat secara proaktif dikelola dan dikurangi, sehingga memberikan kontribusi bagi peningkatan belanja online. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ariff et al. (2014) menyatakan bahwa resiko berpengaruh terhadap sikap. Dari penelitian tersebut menemukan bahwa risiko produk, risiko keuangan, dan non-delivery yang terkena dampak negatif sikap belanja online konsumen. Temuan ini konsisten dengan beberapa penulis yang menemukan bahwa perilaku belanja konsumen di Internet, sikap terhadap perilaku penggunaan dan niat untuk mengadopsi e-commerce dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan (Zhang, L., et al., 2012 dalam Ariff, 2014). Penjual online harus lebih berupaya untuk meminimalkan risiko keuangan untuk mempengaruhi sikap konsumen positif untuk melakukan belanja online dengan mereka. Risiko keuangan yang dirasakan oleh konsumen dapat dikurangi dengan melindungi pola pengeluaran pelanggan dan informasi pribadi, menghindari disalahgunakannya rincian kartu kredit dan menghilangkan harga pengisian yang berlebihan. Untuk risiko produk dapat dihindari dengan menjamin pengiklanan yang dilakukan dengan gambar dan deskripsi produk yang jelas. Variabel lainnya yaitu non-delivery risk, dapat dikurangi dengan menyediakan tempat bagi pelanggan belanja online untuk mengeluh jika pelanggan tersebut tidak menerima barangnya tepat waktu dan harus mengambil tindakan yang cepat untuk mengatasinya. Risiko kenyamanan yang memberikan pengaruh positif terhadap sikap konsumen. Temuan penelitian ini konsisten dengan temuan Zhang, et.al (2012; dalam Ariff et al., 2014). Dengan asumsi bahwa pelanggan percaya terhadap toko tersebut.

8 Belanja online adalah proses membeli produk atau jasa melalui Internet. Belanja online melibatkan pengguna mengakses internet untuk mencari, memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang dan jasa, dalam memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Dalam mengakses dan membuat pembelian online, individu menghadapi sejumlah risiko. Bahkan, konsumen melihat tingkat yang lebih tinggi risiko ketika membeli melalui Internet dibandingkan dengan transaksi ritel tradisional. Schiffman & Kanuk (2008:170) mendefinisikan perceived risk sebagai ketidakpastian yang dihadapi para konsumen jika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi keputusan pembelian mereka. Resiko resiko yang dirasakan oleh konsumen ini ada beberapa jenis seperti psychological risk, convenience risk, product risk, financial risk, social risk, dan non-delivery risk. Psychological risk adalah kemungkinan pembelian tertentu tidak konsisten dengan pribadi atau citra diri konsumen. Financial risk adalah kerugian finansial konsumen, termasuk produk cacat, biaya tambahan setelah pembelian dan kemungkinan dapat disalahgunakan oleh pengguna internet lain untuk mencuri informasi kartu kredit. Convenience risk adalah risiko yang dirasakan konsumen ketika membuang waktu untuk bertukar produk cacat, juga memperlambat kecepatan download halaman web dan responden penjual. Product risk adalah risiko yang dirasakan konsumen ketika produk yang dibeli tidak sesuai dengan deskripsi penjual. Social risk adalah kemungkinan pembelian yang dilakukan oleh konsumen membuat orang lain berpikir bahwa konsumen tersebut kurang diuntungkan. Nondelivery risk adalah resiko yang dirasakan konsumen ketika tidak menerima produk tepat waktu, waktu pengiriman yang lama, atau produk yang rusak selama pengiriman. Tetapi dalam lingkungan studi risiko di lingkungan elektronik ini yang sering digunakan dan cocok adalah financial risk,

9 product risk, convenience risk dan non-delivery risk yang sering digunakan. Risiko tersebut diusulkan sebagai variabel independen dalam kerangka konseptual penelitian ini. Dengan dasar konsep sikap dan intensi dari Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Ajzen ini, penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh resiko dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Temuan penelitian ini menawarkan pemahaman yang lebih komprehensif perilaku konsumen online dengan mengidentifikasi efek sikap, niat dan risiko yang dirasakan. Secara khusus, temuan memberikan wawasan yang mendalam ke dalam faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumen dalah intensi belanja online konsumen, bagaimana mereka bekerja dan apa implikasinya bagi konsumen dan vendor e-commerce. Secara umum, penelitian ini memperkaya pengetahuan tentang niat dari konsumen untuk melakukan belanja online. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah financial risk berpengaruh terhadap attitude toward online shopping? 2. Apakah product risk berpengaruh terhadap attitude toward online shopping? 3. Apakah convenience risk berpengaruh terhadap attitude toward online shopping? 4. Apakah non-delivery risk berpengaruh terhadap attitude toward online shopping?

5. Apakah attitude toward online shopping berpengaruh terhadap online shopping intention? 10 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh financial risk terhadap attitude toward online shopping. 2. Untuk menganalisis pengaruh product risk terhadap attitude toward online shopping. 3. Untuk menganalisis pengaruh convenience risk terhadap attitude toward online shopping. 4. Untuk menganalisis pengaruh non-delivery risk terhadap attitude toward online shopping. 5. Untuk menganalisis pengaruh attitude terhadap online shopping intention toward online shopping. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai pengaruh- pengaruh perceived risk terhadap attitude dan attitude terhadap intensi belanja online konsumen. 1.4.2 Manfaat Praktis Untuk membantu dalam memberikan informasi mengenai faktor faktor yang mempengaruhi intensi belanja online konsumen pada toko toko online yang ada.

11 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Di dalam proses penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut : BAB 1. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bab tinjauan kepustakaan ini berisi tentang landasan teori yang menunjang penelitian, penelitian terdahulu yang sejenis, kerangka berpikir dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. BAB 3. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini berisi tentang variable penelitian yang digunakan, definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab analisis dan pembahasan ini berisi karakteristik obyek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN Bab simpulan dan saran ini berisi tentang simpulan dan saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian