UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAHAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian,

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang.

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III. METODE PENELITIAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. BAHAN DAN METODE

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Tata Cara penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

3. METODE DAN PELAKSANAAN

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

III.METODE PENELITIAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BATANG. DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

Transkripsi:

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email: airakiranahebat@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai bulan Oktober 2016 di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah dengan ketinggian tempat 800 meter di atas permukaan laut. Percobaan diatur dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Media tanam terdiri dari 2 taraf, yaitu : tanah dan arang sekam. Pemotongan umbi terdiri dari 3 taraf, yaitu : Bibit dipotong bagian atas, bibit dipotong bagian bawah, dan bibit dipotong bagian atas dan bawah. Data dikumpulkan dari lima tanaman sampel. Hasil penelitian menunjukkan : (1). Terdapat pengaruh interaksi perlakuan pemotongan umbi dan media tanam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat brangkasan segar, berat brangkasan kering, dan berat umbi tanaman bawang merah. (2) Perlakuan pemotongan umbi bagian atas dan media tanam arang sekam menunjukkan hasil tertinggi secara nyata terhadap tinggi tanaman, dan jumlah daun. (3) Perlakuan pemotongan umbi bagian atas dan bawah serta media tanam arang sekam menunjukkan hasil tertinggi secara nyata terhadap berat brangkasan segar, berat brangkasan kering, dan berat umbi. Kata kunci : bawang merah, media tanam, pemotongan umbi PENDAHULUAN Tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu disekitar India, Pakistan sampai Palestina. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya sebagai bumbu pelezat masakan sungguh lekat di lidah masyarakat Indonesia. Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang merah sebagai salah satu bumbu penyedapnya (Wibowo 1999). Sejak jaman dahulu, bawang merah telah banyak berperan dalam peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat tradisional. Hingga sekarang bawang merah banyak digunakan untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga (Rahayu et al. 2006). Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan daya belinya. Selain itu, dengan semakin berkembangnya industri makanan siap saji maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya (Rahayu et al. 2006). Salah satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah adalah perlakuan pemotongan umbi dan jenis media tanam yang digunakan. Seleksi umbi bibit merupakan langkah awal yang sangat menetukan keberhasilan produksi. Beberapa perlakuan perlu mendapat perhatian setelah umbi dipilih dan siap untuk ditanam. Menurut Wibowo (2005), pemotongan ujung umbi bibit dengan pisau bersih kira-kira 1/3 atau 1/4 bagian dari panjang umbi, yang bertujuan agar umbi tumbuh merata, dapat merangsang tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, dapat merangsang tumbuhnya umbi samping dan dapat mendorong terbentuknya anakan. Selanjutnya Samadi dan Cahyono (2005), menambahkan sebelum ditanam umbi bibit bawang merah pada bagian ujung umbi dipotong sebesar 1/3 1/4 bagian, sesuai dengan kondisi bibit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemotongan umbi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium cepa) dan untuk 7

mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium cepa). Dalam penelitian ini memberikan manfaat tentang pemotongan umbi bawang merah sebelum ditanam dan dapat menempatkan tanaman bawang merah (Allium cepa) pada media tanam yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil terbaik. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai bulan Oktober 2016 di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah dengan ketinggian tempat 100 meter di atas permukaan laut. Metode Penelitian Percobaan diatur dalam rancangan RAKL faktorial, yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Pemotongan umbi (M) terdiri dari 3 taraf, yaitu : bibit dipotong bagian atas, bibit dipotong bagian bawah, dan bibit dipotong bagian atas dan bawah. Media tanam (P) terdiri dari 2 taraf, yaitu : tanah, arang sekam. Data dikumpulkan dari lima tanaman sampel. Bahan dan Alat Penelitian Bibit bawang merah; air; tanah; arang sekam; humus; pupuk NPK, polibag diameter 30 cm; baskom; cetok; hand sprayer; gembor; gunting tanaman; pisau; penggaris; alat tulis; label, rak vertikultur, timbangan, oven. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan a. Polibag diisi dengan media tanam sesuai perlakuan hingga ¾ bagian. b. Campur masing-masing media tanam dengan pupuk NPK organik 50 gram kemudian siram dengan air bersih. 2. Perlakuan Bibit a. Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu diberi fungisida Dithane M-45 sebanyak ± 5 gram yang dilarutkan dalam 7,5 ml air. Umbi calon bibit dan fungisida dimasukkan ke dalam baskom plastik, diaduk sampai rata selama 5 menit sampai fungisida merata di seluruh benih, kemudian bibit segera ditanam. b. Tujuan perlakuan ini adalah untuk mencegah jamur dan cendawan baik yang ada dalam benih maupun yang ada di lapangan. c. Pemotongan umbi sesuai perlakuan. d. Penanaman e. Buat lubang tanam pada media tanam. f. Tanam bibit kemudian siram dengan air bersih sampai lembab. 3. Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). b. Penyulaman Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik, diganti dengan tanaman yang telah disiapkan. Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam. c. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada disekitar pertanaman, yaitu dengan cara mencabut gulma. d. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan Dithane M-45 dan insektisida Sevin 85 S dengan dosis 2 gr/liter air. Penyemprotan dilakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit. 4. Panen Panen dilakukan pada umur 70 hari setelah tanam dengan ciri-ciri tanaman : Tanaman sudah cukup tua dengan hampir 60%-90% batang telah lemas dan daun menguning. Umbi lapis terlihat penuh padat berisi dan sebagian tersembul dipermukaan tanah. Warna kulit telah mengkilap atau memerah. Cara panen dengan mencabut tanaman bersama daunnya dan tanah yang menempel dibersihkan. Panen dilakukan saat kondisi kering. 5. Pengambilan Data Pengamatan dilakukan terhadap lima tanaman sampel. Penelitian ini berakhir pada saat bibit berumur 12 minggu setelah tanam. Variabel yang diamati meliputi : a. Tinggi Tanaman (cm/tanaman) Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan mulai 8

tanaman berumur 15, 25 dan 35 hari setelah tanam. b. Jumlah Daun (helai/tanaman) c. Berat Brangkasan Segar (gr/tanaman) d. Berat Brangkasan Kering (gr/tanaman) e. Berat Umbi (gr/tanaman) Analisis Data Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian. Apabila ada beda nyata antar perlakuan maka hasil analisis diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan 5%. Data yang menunjukkan kualitas tanaman dianalisis regresi. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama di pembibitan, stek tanaman pucuk merah tumbuh dengan baik dan seluruhnya dapat berakar dua minggu setelah tanam. Pucuk Merah masih memperlihatkan pertumbuhan yang seragam pada umur 15 hari setelah tanam. Selama penelitian berlangsung tanaman pucuk merah tidak memperlihatkan gejala penyakit secara serius, namun demikian pencegahan dilakukan dengan cara penyemprotan tanaman dengan Dithane M45 dengan dosis 2g/liter dan Akodan 125 EC dengan dosis 1ml/liter pada bagian bawah daun tiap satu minggu. Hasil analisis varian tinggi tanaman menunjukkan ada interaksi antara perlakuan naungan dan media tanam yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Tabel 1 Tinggi Tanaman (cm/tanaman) pada berbagai pemotongan umbi dan macam media tanam. Tanah (cm) Arang Sekam (cm) (cm) Bibit Dipotong Bagian Atas 23,69 de 29,73 c 25,33 Bibit Dipotong Bagian Bawah 25,59 d 32,88 b 28,43 Bibit Dipotong Bagian Atas dan Bawah 32,45 bc 41,70 a 35,06 25,94 29,89 (+) Keterangan : Angka diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji, Duncan 5%. Tanda (+) menunjukkan ada interaksi antar perlakuan. Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman terbesar diperoleh pada kombinasi perlakuan bibit dipotong bagian atas dan bawah dan media tanam arang sekam yaitu sebesar 41,70 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah pada tanaman yang diberi perlakuan bibit dipotong bagian atas dan media tanam tanah yaitu sebesar 23,69 cm yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan bibit dipotong bagian bawah dan media tanah yaitu sebesar 25,59 cm. Selama proses pertumbuhan awal tanaman bawang merah menggunakan cadangan makanan yang terdapat pada umbi untuk membentuk akar dan daun. Dengan proses pertumbuhan yang begitu pesat, cadang makanan di dalam umbi yang jumlahnya terbatastidak dapat memenuhi kebutuhan lagi sehingga akar mulai melakukan penyerapam unsur hara. Helaian daun baru mulai terbentuk satu per satu dan batang yang pendek semakin memanjang dengan proses yang begitu lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yang secara luas dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal (iklim, edafik dan biologis) dan faktor internal (genetik) (Gardner et al. 1991). Tabel 2 Jumlah Daun (helai/tanaman) pada berbagai pemotongan umbi dan macam media tanam. Bibit Dipotong Bagian Atas 23,50 de 24,35 d 47.85 Bibit Dipotong Bagian Bawah 26,11 c 33,87 a 59.98 Bibit Dipotong Bagian Atas Dan Bawah 28,35 b 28,88 b 57.23 77.96 87.10 (+) Keterangan : Angka diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji, Duncan 5%. Tanda (+) menunjukkan ada interaksi antar perlakuan. 9

Tabel 2 menunjukkan tanaman dengan kombinasi perlakuan bibit dipotong bawah dan media tanam arang sekam memiliki jumlah daun terbesar yaitu sebesar 33,87. Tanaman yang mendapat perlakuan bibit dipotong bagian atas dan media tanam tanah mempunyai volume tanaman yang kecil. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif dapat menurunkan proses asimilasi, karena fase vegetatif tanaman aktif membentuk organ-organ vegetatif seperti daun yang berfungsi untuk proses asimilasi (Suriatna 1992). Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe setiap tanaman dan kondisi lingkungan di sekitar tanaman (Gardner et al. 1991). Jumlah daun juga dapat ditentukan oleh jumlah anakan, dimana anakan semakin banyak maka daun yang terbentuk banyak pula, sedangkan jumlah anakan dipengaruhi oleh genetik masing-masing varietas bawang merah. Menurut Sunarjono (1989) dalam Arifah (2001), selain itu dimungkinkan adanya pengaruh luar dari faktor genetik karena tanaman bawang merah jumlah daun dipengaruhi juga oleh pertambahan jumlah anakan, dimana anakan yang terbentuk dari mata tunas tumbuhan menjadi tanaman baru yang sempurna. Laju pembentukan daun (jumlah daun persatuan waktu) atau nilai indek plastrokhron (selang waktu yang dibutuhkan perdaun tumbuhan yang terbentuk) relatif konstan jika tanaman ditumbuhkan pada kondisi suhu dan intensitas cahaya yang juga konstan (Lakitan 1996). Tabel 3 Berat Brangkasan Segar (g/tanaman) pada berbagai pemotongan umbi dan macam media tanam. Bibit Dipotong Bagian Atas 80,48 c 75,45 e 75,79 Bibit Dipotong Bagian Bawah 79,36 d 87,18 b 79,69 Bibit Dipotong Bagian Atas Dan Bawah 78,37 d 91,91 a 84,89 75,83 81,81 (+) Keterangan : Angka dalam ( ) menunjukkan skor kualitas tanaman. Tabel 3 menunjukkan tanaman dengan kombinasi perlakuan bibit dipotong bagian atas dan bawah dan media tanam arang sekam memiliki berat brangkasan segar terbesar yaitu sebesar 91.91 g. Tanaman yang mendapat perlakuan bibit dipotong bagian atas dan media tanam tanah mempunyai berat brangkasan segar yang kecil yaitu 75.45 g. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif dapat menurunkan proses asimilasi, karena fase vegetatif tanaman aktif membentuk organ-organ vegetatif seperti daun yang berfungsi untuk proses asimilasi sehingga mempengaruhi barat brangkasan segar (Suriatna 1992). Berat brangkasan basah suatu tanaman sangat ditentukan oleh laju fotosintesis, laju penyerapan unsur hara dan air ataukandungan air pada tanaman. Kandungan air di dalam tanaman dipengaruhi oleh lingkungan terutama suhu dan kelembaban udara. Karena pada suhu yang tinggi akan mempengaruhi laju transpirasi pada organ tanaman. Sifat daripersediaan zat makanan yang terkandung di dalam bulbus, yaitu bersifat basah karena mengandung air, sehingga air memberikan kontribusi terhadap berat brangkasan basah (Sutedjo dan Kartasapoetra 1989). Tabel 4 Berat Brangkasan Kering (g/tanaman) pada berbagai pemotongan umbi dan macam media tanam Bibit Dipotong Bagian Atas 16,49 c 11,75 e 13,35 Bibit Dipotong Bagian Bawah 13,48 d 17,48 bc 14,34 Bibit Dipotong Bagian Atas Dan Bawah 13,74 d 19,74 a 16,75 13,00 15,09 (+) Keterangan : Angka dalam ( ) menunjukkan skor kualitas tanaman. 10

Tabel 4 menunjukkan tanaman dengan kombinasi perlakuan bibit dipotong bagian atas dan bawah dan media tanam arang sekam memiliki berat brangkasan kering terbesar yaitu sebesar 19,74 g. Tanaman yang mendapat perlakuan bibit dipotong bagian atas dan media tanam tanah mempunyai berat brangkasan kering yang kecil yaitu 11,75 g. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif dapat menurunkan proses asimilasi, karena fase vegetatif tanaman aktif membentuk organ-organ vegetatif seperti daun yang berfungsi untuk proses asimilasi. Umbi merupakan tempat menyimpan cadangan makanan sehingga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap berat brangkasan kering tanaman bawang merah. Sedangkan laju pertambahan berat umbi lebih ditentukan oleh fotosintat yang dihasilkan selama periode perkembangan umbi yang bersangkutan, sedangkan asimilat yang disintesis sebelum inisiasi umbi yang disimpan pada batang hanya memberikan kontribusi sekitar 10% (Lakitan 1996). Berat brangkasan kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbon dioksida (Lakitan 1996), dan dikemukakan pula bahwa unsur hara yang telah diserap akar, baik yang digunakan dalamsintesis senyawa organik maupun yang tetap dalam bentuk ionik dalam jaringan tanaman akan memberikan kontribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman.dengan meningkatnya pembentukan fotosintat akan meningkatkan berat brangkasan kering tanaman (Lakitan 1996). Tabel 5 Berat Umbi (g/tanaman) pada berbagai pemotongan umbi dan macam media tanam Bibit Dipotong Bagian Atas 72.30 d 85.23 b 92.53 Bibit Dipotong Bagian Bawah 68.66 e 69.25 e 137.91 Bibit Dipotong Bagian Atas Dan Bawah 83.54 c 88.69 a 172.23 159.50 243.17 (+) Keterangan : Angka dalam ( ) menunjukkan skor kualitas tanaman. Tabel 5 menunjukkan tanaman dengan kombinasi perlakuan bibit dipotong bagian atas dan bawah dan media tanam arang sekam memiliki berat umbi terbesar yaitu sebesar 88.69 g. Tanaman yang mendapat perlakuan bibit dipotong bagian bawah dan media tanam tanah mempunyai berat brangkasan kering yang kecil yaitu 68.66 g. Proses perkembangan umbi yang normal, mula-mula batang dan calon umbi berbentuk vertikal lurus. Selanjutnya umbi menggelembung sedikit demi sedikit, hingga penen umbi telah mencapai pertumbuhan maksimal. Ukuran umbi dipengaruhi oleh hasil fotosintesis (fotosintat) yang tersimpan di dalam sel-sel umbi. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah kuantitas fotosintesis yang dipasok dari tajuk tanaman (Lakitan 1996), dan dikemukakan pula bahwa ukuran umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan dan pembesaran sekunder yang terjadi pada semua sel umbi tetapi pembesaran sel tidak seragam pada semua bagian umbi. Menurut Lakitan (1996), bahwa ukuran umbi rata-rata berbanding lansung dengan pertumbuhan tajuk dan berbanding terbalik denganjumlah umbi yang terbentuk. Dalam pembentukan fotosintat tanaman memerlukan unsur hara baik makro maupun mikro yang digunakan untuk mendukung proses fotosintesis. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Terdapat pengaruh interaksi perlakuan pemotongan umbi dan media tanam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat brangkasan segar, berat brangkasan kering, dan berat umbi tanaman bawang merah. b. Perlakuan pemotongan umbi bagian atas dan media tanam arang sekam menunjukkan hasil tertinggi secara nyata terhadap tinggi tanaman, dan jumlah daun. 11

c. Perlakuan pemotongan umbi bagian atas dan bawah serta media tanam arang sekam menunjukkan hasil tertinggi secara nyata terhadap berat brangkasan segar, berat brangkasan kering, dan berat umbi. 2. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan jika akan menanam bawang merah dapat menggunakan cara pemotongan umbi bibit bagian atas dan bawah untuk hasil umbi yang optimal, sedangkan perlu diteliti lebih lanjut untuk penggunaan media tanam lain selain tanah dan arang sekam. DAFTAR PUSTAKA Rahayu, Estu, Berlian. 2006. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta (ID). Samadi B dan Cahyono B. 2005. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta (ID). Wibowo S. 1999. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. Jakarta (ID). Wibowo S. 2005. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, dan Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta (ID). 12