1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara, hal itu telah di atur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Taman kanak-kanak (TK) merupakan tingkat awal pendidikan formal di Indonesia, tingkat ini penting karena dalam taman kanak-kanak, anak akan mendapat pembelajaran formal yang nantinya akan berguna untuk masa depannya. Pengetahuan dan pengalaman yang anak dapatkan dari lingkungan dan orang tuanya sebelum memasuki TK akan dikembangkan dengan pengetahuan yang cakupan lingkungannya lebih luas. Usia peserta didik TK dimulai dari 4 tahun hingga 6 tahun dengan pengelompokan A (4 sampai 5 tahun) dan B (5 sampai 6 tahun). Pengetahuan yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan perkembangan otaknya. Kelompok B mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok A. Salah satu ilmu pengetahuan yang diberikan kepada anak pada jenjang TK adalah pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Tujuan dari pembelajaran calistung merupakan pembekalan pengetahuan dasar anak mengenai membaca, menulis, dan berhitung yang dapat menunjang pembelajaran pada jenjang selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran calistung pada jenjang TK tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui metode bermain, bernyanyi, dan bercerita. Dari ketiga metode itu, metode bermain merupakan metode yang paling efektif dalam penyampaian materi pembelajaran. Karena bermain merupakan dunia anak, jika pembelajaran disisipkan ke dalam permainan anak maka anak akan belajar banyak hal tanpa sadar dan tidak merasa terbebani (Listiyani, 2013:2). 1
Di Kota bandung, banyak orang tua yang berharap anak agar anaknya menguasai calistung lebih cepat dari anak-anak lain seusianya, namun di sisi lain orang tua tidak mampu membantu mengajarkan calistung kepada anaknya karena kesibukannya. Dari ketiga materi pembelajaran calistung, banyak anak yang merasa kesulitan pada materi berhitung terutama pada konsep bilangan 0 sampai 9 dan penjumlahan angka di atas 5. Banyak media yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran berhitung anak usia dini (5 sampai 6 tahun), media yang dirancang harus dapat menyampaikan materi dengan menarik dan disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini. Salah satu media yang menarik untuk pembelajaran anak usia dini (5 sampai 6 tahun) di Kota Bandung adalah media animasi interaktif 1. Animasi interaktif disukai oleh anak karena media ini melibatkan respon anak secara aktif, ditambah dengan audio dan visual yang disesuaikan dengan minat anak usia dini yang menyukai warna cerah dan gambar yang sederhana. Animasi merupakan susunan dari beberapa gambar yang kemudian disusun dan ditampilkan dengan kecepatan tertentu sehingga menciptakan kesan gerak, animasi yang efektif adalah animasi yang memiliki konten yang sesuai bagi audiensnya. Sementara interaktif merupakan sifat saling melakukan aksi dan saling aktif. Dengan menggunakan animasi interaktif dalam pembelajaran anak usia dini diharapkan mampu menumbuhkan antusias dan membantu anak dalam pembelajaran calistung khususnya pada kemampuan menghitung. Salah satu unsur penting dalam sebuah animasi adalah Environment, hal itu diperlukan untuk menyusun sebuah animasi dan membuat animasi itu terlihat memiliki ruang. Environment bisa disebut juga sebagai setting atau latar, special effect, dan tata letak dalam sebuah adegan (Prabowo dan Irawan, 2012:2). Selain karakter yang harus dibuat dengan baik. Environment untuk media pembelajaran anak haruslah menggunakan visual yang disukai anak, seperti warna cerah dan penggambaran lingkungan yang menarik. Selain itu, environment yang dibuat sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan mempertimbangkan psikologis anak, latar budaya, dan tingkat penerimaan informasinya khususnya di 1 Observasi pada beberapa TK Kelompok B di Kota Bandung pada bulan Oktober 2015 2
Kota Bandung. Oleh karena itu peneliti memilih untuk merancang environment untuk media pembelajaran calistung untuk anak usia dini dengan harapan dapat mendukung media pembelajaran calistung agar suasana adegan dapat terbangun dengan optimal dan semakin diminati oleh anak. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Pendidikan TK merupakan pendidikan yang penting bagi anak usia dini (5 sampai 6 tahun). 2. Anak-anak diberikan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung. 3. Di Kota Bandung, banyak anak yang merasa kesulitan dalam pelajaran berhitung. 4. Animasi merupakan media pembelajaran efektif untuk anak usia dini di Kota Bandung. 5. Media yang disukai anak adalah animasi interaktif. 6. Environment merupakan salah satu unsur pembentuk animasi. 7. Environment harus didasarkan budaya dan disesuaikan dengan tingkat penerimaan informasi dan psikologi anak usia dini di Kota Bandung. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana merancang background yang tepat untuk menarik minat anak usia dini (5 sampai 6 tahun) di Kota Bandung pada media animasi interaktif untuk pembelajaran calistung? 2. Bagaimana merancang konsep visual background media pembelajaran calistung berupa animasi interaktif untuk anak usia dini (5 6 tahun) di Kota Bandung? 1.4 Ruang Lingkup Proses perancangan media animasi interaktif ini dilakukan secara berkelompok, peran peneliti terbatas pada pembuatan environment. Materi yang disampaikan adalah materi calistung yang terfokus pada pembelajaran berhitung untuk anak-anak TK kelompok B (5 sampai 6 tahun). Kelompok B dipilih karena kelompok ini mendapatkan materi calistung yang lebih banyak dibanding kelompok A untuk mempersiapkan anak yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Perancangan environmentnya dibatasi pada environment yang disesuaikan dengan kondisi budaya dan ruang publik di Kota Bandung. Kota Bandung dipilih 3
sebagai lokasi penelitian dan mengambil beberapa sampel dari lokasi penelitian tersebut. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011:118). Karena kota bandung sangat luas, agar lebih spesifik penulis mengambil sampel di Bandung Selatan saja, dan teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah probability sampling yang salah satunya adalah cluster sampling. Cluster sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2011:120). Peneliti beserta tim memilih populasi secara random dan menentukan jumlah sampel pada setiap daerah, lalu pengambilan sampel dilakukan pada satu TK Negeri di daerah kosambi sebagai acuan TK Pembina dan tiga TK Swasta yang ada di daerah Buah Batu. 1.5 Tujuan 1. Untuk mengetahui environment yang tepat dan dapat membantu proses pembelajaran anak. 2. Untuk mengetahui cara perancangan environment yang menarik minat anak pada media animasi interaktif pembelajaran calistung di Kota Bandung. 1.6 Manfaat Berikut adalah manfaat dari perancangan animasi interaktif pembelajaran berhitung untuk usia dini (5 sampai 6 tahun) di kota bandung. 1. Meningkatkan minat anak terhadap pembelajaran animasi calistung melalui animasi dengan environment dengan konsep visual yang tepat. 2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam bidang animasi khususnya dalam pembuatan environment. 3. Berkontribusi dalam perkembangan keilmuan terutama dalam bidang Desain Komunikasi Visual khususnya yang berkaitan dengan perancangan media audio visual sebagai media pembelajaran. 1.7 Metodologi Perancangan Sebelum melakukan perancangan, peneliti bersama tim melakukan penelitian untuk mendapatkan data yang mendukung perancangan. Metodologi peranangan yang dilakukan antara lain: 1.8 Metode Pengumpulan Data 4
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitatif yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka. Lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut. 1. Observasi Pengumpulan data berupa pengamatan, Peneliti melakukan observasi parsitipatif. Observasi parsitipatif adalah penelitian langsung yang melibatkan peneliti untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian sebagai sumber data (Sanafiah Faisal dalam Sugiyono, 2014:64-65), dan menurut Susan Stainback (1988:64), observasi parsitipatif dibagi menjadi empat, salah satunya adalah partisipasi moderat yaitu partisipasi peneliti sebagai orang dalam dan luar dari kelompok objek yang diteliti dengan mengikuti beberapa kegiatannya. Peneliti melakukan observasi ke beberapa taman kanak-kanak negeri dan swasta di Kota Bandung. Observasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana metode pembelajaran yang digunakan serta melihat bagaimana respon anak terhadap metode yang digunakan di taman kanak-kanak tersebut. 2. Wawancara Metode wawancara yang dilakukan peneliti adalah metode wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur bersifat lebih bebas dalam menemukan masalah yang lebih terbuka dengan meminta pendapat dari narasumber (Esterberg dalam Sugiyono, 2014:73). Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan pengajar taman kanak-kanak mengenai metode pembelajaran yang diterapkan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk mengetahui apakah ada sistem pengajaran yang diberikan kepada pengajar taman kanak-kanak serta apakah penerapannya sudah dilakukan dengan benar. Wawancara juga dilakukan kepada psikolog anak untuk mendapatkan data mengenai perkembangan anak secara psikologis. 3. Studi Pustaka Peneliti melakukan studi pustaka guna melengkapi data penelitian serta untuk mendapatkan teori-teori untuk memperkuat penelitian. 1.8.1 Metode Analisis Data 5
Setelah data terkumpul, maka peneliti akan melakukan analisis data menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan cara menganalisis data secara cermat dari peristiwa, aktivitas, atau proses dari suatu kelompok tertentu namun kegiatannya dibatasi dalam segi waktu oleh peneliti (Stake,1995). Tahapan analisis data menggunakan studi kasus adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data dari narasumber, peneliti kemudian bertukar data dan pendapat bersama tim baik dari hasil wawancara maupun observasi 2. Mengolah dan merapikan data yang terkumpul serta menyaring informasi yang tidak dibutuhkan. 3. Membaca keseluruhan data dan mencari pokok pemikiran dan disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. 4. Memilah data yang berkaitan dengan topik penelitian. Menginterpretasi data, peneliti bersama tim bertukar pikiran untuk melengkapi data dan menyamakan pendapat. 1.8.2 Metode Perancangan Metode perancangan yang dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi masalah yang ditemukan lalu menentukan solusi untuk memecahkan masalah kemudian melaksanakan pemecahan masalah. Dalam mengidentifikasi masalah, perancang melakukan pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dan studi pustaka. Sehingga didapatkan hipotesa dari fokus masalah yang diteliti. Setelah fokus permasalahan diketahui yaitu kesulitan anak usia dini (5 sampai 6 tahun) dalam pembelajaran berhitung, peneliti menentukan solusi untuk memecahkan masalah dengan cara menginterpretasi data yang sebelumnya telah dianalisis. Setelah analisis dan interpretasi data dilakukan, solusi yang ditemukan adalah membuat animasi interaktif sebagai media pembelajaran. Pemecahan masalah dilaksanakan dengan membuat animasi interaktif yang dikerjakan secara berkelompok. Sebelum perancangan dilakukan, konsep visual harus disesuaikan dengan khalayak sasaran, setelah konsep visual sesuai 6
maka animasi dibuat. Fokus pembuatan environment dalam animasi berada pada tahap pra produksi yaitu survey ruang publik yang dijadikan referensi, pembuatan sketsa, clean up, dan coloring, produksi yaitu penataan foreground, objek, karakter, dan background, serta pasca produksi yaitu color grading. 7
1.9 Kerangka Pemikiran Bagan 1-1 Skema Berpikir 8
1.10 Pembabakan Bab I: Pendahuluan Bab ini menguraikan secara umum mengenai perancangan yang berkaitan dengan latar belakang, masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi perancangan Bab II: Landasan Teori Bab ini menjelaskan landasan teori yang berhubungan dan akan digunakan dalam proses perancangan, teori yang digunakan meliputi teori animasi, pembuatan environment, media pembelajaran, dan pembelajaran calistung. Bab III: Data dan Analisis Masalah Bab ini memuat penyajian data dan analisis referensi yang mendukung proses perancangan. Referensi yang digunakan berupa data yang berhubungan dengan pembelajaran calistung yang difokuskan pada pembelajaran berhitung melalui review proyek sejenis, wawancara, serta observasi. Bab IV: Konsep dan Hasil Perancangan Bab ini memaprakan konsep dan hasil perancangan environment yang mempertimbangkan visual yang di ambil dari beberapa ruang publik yang ada di Kota Bandung dan disesuaikan dengan cerita yang telah dibuat. Proses perancangan juga dijelaskan pada bab ini. Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran serta merupakan bab penutup. 9