BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERCOBAAN UNTUK MENYELIDIKI HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN GERAK MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS VI

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Ela, 2013

Bab II Landasan Teori

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

Lampiran I Surat Keterangan Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. interaksi aktif dilakukan pembelajaran dengan lingkungan, yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Pengertian belajar diantaranya dikemukakan sebagai berikut: Menurut James Whittaker (Aunurrahman:2010) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar sebagai suatu proses yang dilakukan dengan terencana oleh seseorang hingga memperoleh perubahan perilaku secara menyeluruh sebagai hasil dari latihan dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Sri Anitah W (2008) Belajar merupakan suatu proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat,membuat,mengamati serta menyelesaikan masalah atau persoalan. Menurut Piaget dan William C. Crain (1980) Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajari. Konsekuensinya materi yang dipelajari harus menarik minat siswa dan menantang siswa asyik serta terlibat dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri belajar secara umum, yaitu (1) belajar terjadi secara sadar; (2) belajar bersifat kontinu, fungsional, positif, aktif, tidak sementara dan menetap, serta permanen dan tetap ada pada waktu yang cukup lama; (3) belajar memiliki tujuan atau terarah; (4) terjadi perubahan tingkah laku; dan (5) perubahan berdasarkan pengalaman Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Belajar pada mulanya adalah akibat dorongan rasa ingin tahu. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang 6

7 belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar. Jika belajar sebagaimana diuraikan di atas lebih ditekankan kepada adanya perubahan tingkah laku pada diri murid, maka pembelajaran lebih mengarah pada upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui strategi, metode dan teknik tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran kepada murid. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif menjadi siswa yang memiliki sikap,kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh guru. Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus terus-menerus dikembangkan di dalam setiap event pembelajaran. Kebiasaankebiasaan untuk bersedia mendengar dan menghargai pendapat rekan-rekan sesama siswa seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Gagne, Briggs, dan wagner (dalam Udin S. Winataputra 2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

8 Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 (Sri Anitah W:2008) yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Berdasarkan uraian di atas pembelajaran adalah suatu proses belajar siswa yang terjadi hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik yang mempunyai sifat permanen atau relatif lama, dan di dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu antara siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, media, dan evaluasi pembelajaran. Dan di dalam pembelajaran hal tersebut saling berkaitan karena: 1. Siswa: Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru: Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, fasilitator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Isi Pelajaran: Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Metode: Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6. Media: Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. 7. Evaluasi: Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. 2.1.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

9 pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan: pembelajaran salingtemas (Sains, Lingkumgan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S, 2003). Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Sri Harsono (dalam Indah, 2008), prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA diterapakan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat

10 sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI, mata Pelajaran IPA memiliki beberapa tujuan (Refandi, 2006), antara lain: a) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-kosep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari b) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan dan teknologi. c) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. 2.1.3 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang diukur secara langsung, hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina, 2009), hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

11 Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : 1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses Pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. 2.1.4 Hasil Belajar IPA Hasil belajar IPA merupakan hasil belajar yang telah dicapai pada mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, bertanggung jawab, serta dapat bekerja sama dan mandiri. Contoh dalam materi energi, dimensi produk yang akan diperoleh siswa adalah pemahaman konsep tentang pengertian energi, macam-macam energi, dan

12 pengaruh energi terhadap benda. Dari dimensi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan tentang berbagai macam jenis energi dan mampu mengkomunikasikan gagasan tentang pengaruh energi terhadap bentuk benda dan gerak benda. Serta siswa juga diharapkan dapat menerapkan konsepkonsep tentang energi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan dari dimensi sikap ilmiah yang akan diperoleh siswa meliputi sikap ingin tahu mengenai berbagai macam energi dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan berbagai macam permasalahan tentang energi dan pengaruhnya terhadap benda. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru. 2.2 Pendekatan Belajar Kelompok Menggunakan Alat Peraga Konkret 2.2.1 Pendekatan Belajar Kelompok Pengajaran Ilmu Pengetahuan alam (IPA) di SD harus menggunakan metode mengajar yang tepat sesuai dengan mental anak dan materi yang diajarkan. Maka dari itu, agar semua siswa aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA), guru memilih menggunakan pendekatan belajar kelompok. Pada dasarnya belajar kelompok adalah suatu aktivitas belajar dimana individu dalam hal ini siswa yang belajar terdapat lebih dari satu orang melalui prinsip kerja sama dalam menyelesaikan persoalan dalam belajar merupakan wujud pengembangan rasa sosial siswa. Dengan belajar kelompok diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina kesetiakawanan sosial antara siswa dengan siswa. (Djamrah, 2002). Istilah belajar kelompok mengandung arti bahwa siswa siswi dalam suatu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok, baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Yang dimaksud dengan pendekatan belajar kelompok

13 adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa mengerjakan sesuatu tugas dalam situasi kelompok di bawah guru. Keberhasilan dari pendekatan belajar kelompok ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu guru, pemimpin kelompok, kemauan masing-masing anggota kelompok, hubungan sosial antara anggota kelompok dan tingkat kesukaran dari tugas tersebut. Pendekatan belajar kelompok dari segi pedagogis dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa,seperti adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis dan disiplin. Dari segi psikologis dapat menimbulkan persaingan yang positif antar kelompok. Dan dari segi sosial, anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas. Belajar Kelompok adalah format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. ( Moedjiono, 1992 ) Belajar kelompok mempunyai tujuan utama agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama. Seperti melakukan percobaan, berdiskusi, bermain peran, serta untuk mendorong agar anak pemalu dan penakut mau berbicara. Anak-anak ini akan merasa aman jika berbicara dalam kelompok kecil daripada secara klasikal. Melatih anak belajar kelompok, berarti juga menyiapkan anak untuk menjadi dewasa yang bisa bekerjasama dengan orang lain. Dalam kenyataan hidup yang membuat manusia sukses adalah kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Penerapan belajar kelompok adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk memecahkan soal-soal belajar yang dianggap sulit apabila dikerjakan secara individu. Belajar kelompok dapat membantu siswa dalam rangka bertukar pikiran mengenai soal-soal yang akan dibahas tersebut, kebiasaan tukar pikiran antara siswa yang satu dengan siswa yang lain akan memacu cara belajar untuk lebih mengetahui banyak tentang objek atau bahan yang sedang dipelajari. Menurut Roestiyah N.K (1998 : 19 20) menyebutkan bahwa ada 6 langkah agar belajar kelompok dapat berhasil yaitu: a) Menjelaskan tugas kepada siswa.

14 b) Menjelaskan apa tujuan belajar kelompok. c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan hasil belajar kelompok tersebut. e) Guru berkeliling selama belajar kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/ pertanyaan. f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil belajar kelompok. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran belajar kelompok, hal ini disebabkan tiap-tiap individu peserta didik berbeda-beda dalam pengetahuannya maupun kepribadiannya, Berikut beberapa kelebihan serta kekurangannya : Roestiyah N.K (1998 : 17) menyebutkan beberapa kelebihan dan kelemahan belajar kelompok. Kelebihannya ialah: 1. Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah. 3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar. 5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. 6. Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya serta menghargai pendapat orang lain. Sedangkan kelemahannya ialah: 1. Belajar kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda. 3. Keberhasilan strategi belajar kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

15 Fase Tabel 2. 1 Tahap-tahap dalam pendekatan belajar kelompok Tingkah Laku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotifasi siswa untuk belajar Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas dengan menggunakan alat peraga konkret Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok Berdasarkan tahap-tahap di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan belajar kelompok harus dilakukan secara teratur agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam tahap penyajian materi, guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan memberi apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan

16 adanya hal tersebut akan dapat mendukung pelaksanaan belajar kelompok, karena masing-masing siswa memiliki gambaran mengenai apa yang dipelajarinya. Ciri-ciri yang menonjol dalam belajar kelompok adalah: a) siswa sadar sebagai anggota kelompok b) siswa memiliki tujuan bersama c) siswa memiliki rasa saling membutuhkan d) interaksi dan komunikasi antar anggota e) ada tindakan bersama f) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban kerja. Berdasarkan ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa pendekatan belajar kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi secara bersama-sama. Prinsip belajar kelompok adalah bersatu dalam mencapai tujuan secara bersama-sama. Namun demikian tidak selamanya belajar kelompok dapat membentuk kesatuan oleh siswa. Biasanya di dalam kelompok atau antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain menimbulkan persaingan dalam memecahkan atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu peran guru sebagai pendidik sangat diharapkan untuk mengantisipasi persaingan tersebut agar kekompakan dan kerjasama tetap terjaga dalam belajar. Suasana kerjasama yang terkendali dan menyenangkan itulah yang senantiasa memotivasi siswa untuk terus belajar sebagai wujud pencapaian hasil belajar yang maksimal. Dari hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar kelompok yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan. Siswa bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas untuk membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi secara bersama-sama. 2.2.2 Alat Peraga Konkret a. Pengertian Alat Peraga Konkret Alat peraga konkret adalah Alat peraga adalah alat-alat yang dipakai untuk peragaan (merupakan wujud) segala sesuatu yang diterangkan sehingga anak dapat

17 melihat sendiri,mendengar, merasakan, dan sebagainya. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi konkret dan realistik sehingga hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model yang berupa benda konkret yang dapat di lihat, dipegang, diputar balikkan sehingga lebih mudah di pahami. Penyediaan perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar. Penggunaan alat peraga dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap kegiatan belajar mengajar. Terutama alat peraga yang menarik dan akrab dengan lingkungan siswa. Benda-benda yang dapat dijadikan alat peraga dalam pembelajaran IPA misalnya air, ember, dua buah batu untuk menjelaskan tentang bunyi merambat melalui zat cair. Karena dengan memasukkan dua buah batu ke dalam ember yang berisi air kemudian membenturkan kedua buah batu menggunakan tangan maka dapat terdengar benturan kedua batu. Karena proses belajar anak dimulai dari yang konkret menuju abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari yang sederhana ke yang kompleks. Oleh sebab itu keberadaaan alat peraga dalam setiap pembelajaran sangatlah penting. Guru akan lebih mudah dalam mendeskripsikan materi yang sedang dijelaskan olehnya sehingga siswa pun akan lebih mudah dan cepat dalam memahami pelajaran Banyak para ahli mendefinisikan alat peraga, sebab alat peraga mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting. Menurut Gagne (dalam Noehi Nasution 2008) mendefinisikan alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut Briggs (dalam Noehi Nasution 2008) berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran. Dari uraian pendapat ahli hampir semua menjelaskan bahwa alat peraga adalah alat bantu yang digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Jadi, dengan menggunakan alat peraga dapat membantu dalam penyampaian materi sehingga materi/ konsep tampak lebih konkret atau nyata dan siswa akan lebih mudah dalam memahami materi/konsep tersebut. Dengan demikian peneliti

18 menyimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu dalam pembelajaran yang digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran tampak lebih konkret dan mudah dipahami oleh siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat dan proses belajar dapat lebih efektif dan efisien. b. Jenis-jenis alat peraga 1) Media audio: media yang hanya dapat didengar, contoh: radio 2) Media visual: media yang dapat dilihat, contoh: gambar,papan tulis 3) Media audio visual: media yang dapat dilihat dan didengar, contoh: vcd c. Fungsi dan Peranan Alat Peraga Tujuan penggunaan alat peraga adalah untuk mendemonstrasikan konsep yang abstrak ke dalam bentuk konkret. Dalam proses pembelajaran alat peraga berfungsi sebagai berikut: 1. Memecah rangkaian pembelajaran ceramah yang monoton 2. Memfokuskan perhatian siswa pada materi pelajaran secara konkret.. 3. Melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata. 4. Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep IPA 5. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep IPA dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dengan dengan kehidupan nyata. Peranan alat peraga IPA: Alat peraga IPA ialah alat bantu pengajaran IPA, yaitu alat yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam melaksakan kegiatan belajar mengajar. Alat peraga mempunyai peranan penting baik guru maupun siswa, antara lain sebagai berikut: 1. Membantu siswa mempermudah memahami konsep 2. Membantu guru dalam proses belajar mengajar 3. Membantu siswa lebih aktif belajar 4.Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. 5. Memupuk kerjasama antara guru dan siswa

19 d. Kelebihan dan Kelemahan Alat Peraga Kelebihan alat peraga yaitu: 1. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar 2.Memupuk kerja sama antara guru dan siswa 3.Membantu siswa mempermudah memahami konsep 4.Membantu guru dalam proses belajar mengajar 5.Memberi motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat 6.Membantu siswa lebih aktif belajar Kelemahan alat peraga yaitu: 1.Memerlukan banyak waktu 2.Membutuhkan banyak biaya 3.Tidak semua sekolah memiliki fasilitas alat peraga e. Alat peraga konkret yang digunakan dalam pembelajaran 1. Dua buah batu Untuk membuktikan timbulnya panas dari gesekan 2. Sendok logam, gelas, air panas Untuk menunjukkan peristiwa konduksi. 3. Kaleng kosong, pensil yang ujungnya diikat karet, pasir Untuk menyelidiki bagaimana sumber bunyi menghasilkan bunyi 4. Air, ember, dua buah batu Untuk membuktikan bahwa bunyi merambat melalui zat cair Tidak semua media pembelajaran harus mahal. Seorang guru harus kreatif dalam mengembangkan dan memanfaatkan semaksimal mungkin media sederhana. Dalam pembelajaran IPA tentang energi dapat memanfaatkan bendabenda konkret yang ada di sekitar. 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan 1. Nofita Iryani (2010) Penerapan belajar kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan energi siswa kelas IV SD Negeri 1 Mutisari Wonosobo Semester II Tahun 2009/2010. Subyek yang akan digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Mutisari

20 Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo yang berjumlah 19 siswa, 7 siswa diantaranya siswa laki-laki dan 12 diantaranya siswa perempuan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan pos test pada akhir siklus. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 100 % dari seluruh siswa kelas IV telah mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 60 ( 60). Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 5 siswa (26,32%) dan yang belum memenuhi KKM terdapat 14 siswa (73,68%). Siklus I menerapkan metode belajar kelompok terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 14 siswa memenuhi KKM (73,68%) dan 5 siswa (26,32%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 60 ( 60) dan 100% siswa tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan belajar kelompok pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Semester II SD Negeri 1 Mutisari Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Muhammad Bunasor (2006) membahas peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Negeri Karanglo 01 kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes pada sub pokok bahasan panjang dengan belajar kelompok. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah pengamatan dan tes hasil belajar. Indikator keberhasilan apabila siswa telah mencapai nilai rata-rata kelas minimal 7,5. Hasil penelitian mengalami peningkatan yaitu siklus nilai rata-rata 6,4, pada siklus II meningkat menjadi 7,4 dan pada siklus III menjadi 8,2. Hal ini dikatakan tuntas karena hasil pada siklus III mencapai rata-rata 8,2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan panjang di kelas VI SD Karanglo 01 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2005/2006. Saran kepada guru kelas VI diharapkan menerapkan tugas kelompok dalam pembelajaran matematika karena terbukti bahwa belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

21 Walaupun kedua penelitian tersebut berbeda dalam hal mata pelajaran yang akan diteliti tetapi intinya sama yaitu penerapan belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi dapat diartikan bahwa penerapan belajar kelompok itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama meneliti tentang penerapan belajar kelompok pada siswa kelas tinggi. Pada penelitian ini menekankan pada penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Dalam penelitian ini, secara berkelompok siswa tidak hanya melakukan percobaan tetapi siswa juga diminta untuk membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. Misalnya: baling-baling dan parasut. Dengan penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang pokok bahasan energi bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan. 2.4 Kerangka Berfikir Keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari peran guru sebagai salah satu sumber belajar. Peran guru sebagai sumber belajar sangatlah penting dimana guru harus lebih menguasai materi pelajaran/bahan ajar. Tidak hanya itu guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah melalui pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret, dimana pendekatan ini didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis sehingga dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Diharapkan dengan memanfaatkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Melalui pemanfaatan pendekatan belajar kelompok serta penggunaan

22 alat peraga konkret siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi pada mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, hasil belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya dan sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM. Penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu mempermudah siswa dalam penguasaan materi yang disampaikan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan mengajar yang tepat untuk siswa, maka guru dapat merancang pembelajaran yang bermanfaat untuk mengaktifkan siswa, meningkatkan kreatifitas dan mendorong semangat dan minat siswa dalam proses belajar sehingga memberikan kesempatan yang luas kepada siswa secara aktif dan kreatif untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Penggunaan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disesuaikan dengan sub pokok bahasan tentang energi. Guru dapat menggunakan pendekatan belajar kelompok pada proses pembelajaran yang digunakan untuk menunjang rencana pembelajaran yang dilaksanakan serta pendekatan belajar kelompok dapat membuat siswa aktif untuk bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan tugas, mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan berdiskusi dalam kelompok sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan percobaaan dalam belajar kelompok diharapkan dapat membuat proses belajar mengajar lebih berkualitas dilihat dari berbagai aspek diantaranya siswa termotivasi, terbimbing, lebih aktif dan kreatif serta situasi dan kondisi pembelajaran menyenangkan. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian.

23 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menggambarkan kerangka berfikir dengan skema berikut ini: KONDISI AWAL Pra Siklus GURU : Masih menggunakan metode ceramah belum menggunakan pendekatan belajar kelompok dan penggunaan alat peraga konkret. Pra Siklus SISWA : Hasil belajar IPA masih rendah < KKM (60) TINDAKAN Menerapkan pendekatan belajar kelompok dan penggunaan alat peraga konkret. SIKLUS I : Menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok besar. Ada peningkatan KKM (60) KONDISI AKHIR SIKLUS II : Menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok kecil. Ada peningkatan KKM (60) diharapkan tuntas. Melalui penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan energi siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan meningkat KKM (60) dengan Ketuntasan klasikal 80% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut.

24 2.5 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Melalui penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang pokok bahasan energi bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2011/2012.